Renungan hari ini:
“MENYESALI PEMBERONTAKAN”
Yesaya 59:12-13 (TB) "Sungguh, dosa pemberontakan kami banyak di hadapan-Mu dan dosa kami bersaksi melawan kami; sungguh, kami menyadari pemberontakan kami dan kami mengenal kejahatan kami: kami telah memberontak dan mungkir terhadap TUHAN, dan berbalik dari mengikuti Allah kami, kami merancangkan pemerasan dan penyelewengan, mengandung dusta dalam hati dan melahirkannya dalam kata-kata"
Isaiah 59:12-13 (NET) "For you are aware of our many rebellious deeds, and our sins testify against us; indeed, we are aware of our rebellious deeds; we know our sins all too well. We have rebelled and tried to deceive the Lord; we turned back from following our God. We stir up oppression and rebellion; we tell lies we concocted in our minds"
Memiliki rasa penyesalan merupakan hal yang sangat baik sebab ada kemungkinan untuk bertobat dan mengubah sikap dan tingkah laku di hadapan TUHAN. Namun yang menjadi persoalan adalah ada orang yang berbuat kejahatan dan dihukum, sehingga mengalami penderitaan, tetapi tidak menyesal. Bahkan dihukum lagi karena mengulangi kejahatannya, sehingga mengalami penderitaan lagi, tetapi tetap saja tidak menyesalinya. Ada juga orang yang melakukan kejahatan dan menyadari kejahatannya, tetapi tidak menyesalinya, karena tidak ada orang yang mengetahuinya, sekalipun dia mengalami penderitaan karena kejahatannya itu. Tetapi juga ada orang yang melakukan kesalahan kecil, tetapi sangat menyesalinya, bukan hanya karena Tuhan pasti mengetahuinya, tetapi karena kesalahannya telah menyebabkan orang/pihak lain mengalami kecewa atau celaka, karena mengecewakan Tuhan.
Penyesalan yang dalam sangat disyaratkan untuk memperoleh pembebasan dan pengampunan dari kesalahan serta keselamatan dari penderitaan buah kejahatan. Demikianlah diungkapkan oleh Yesaya dalam nas hari ini. Dia menyuarakan pengakuan dan penyesalan yang sungguh dalam atas dosa dan kejahatan bangsa Israel. Tetapi tentu dia tidak hanya menyuarakan pengakuan dan penyesalan umat Israel, melainkan dia sendiri juga mengakui dan menyesali ketidakbaikan dirinya sendiri. Sebab, dia sendiri mengakui kecemaran dirinya (Yes. 6:5).
Penyesalan yang dalam hanya bisa lahir dari dalam hati, tidak hanya terucap di bibir. Pengakuan dan penyesalan yang dalam bahkan bisa tidak terucap di bibir. Berdasar pengakuan dan penyesalan yang dalam itulah, dan hanya dengan begitulah, Tuhan memberikan pengampunan dan keselamatan, kebebasan dan kedamaian. Sebab, Tuhan tidak hanya mendengarkan ucapan bibir, tetapi melihat kesungguhan hati.
Manusia selalu ingin memiliki sebuah kebebasan yang absolut, artinya manusia bisa melakukan apa saja yang dia mau lakukan. Kenyataannya ketika manusia berbuat demikian, mereka menjadi orang yang tidak bisa tidak melakukan apa yang menjadi hawa nafsunya. Menjadi orang merdeka bukanlah bisa berbuat apa saja, tetapi menjadi orang yang bisa melakukan apa yang patut dilakukan, yaitu segala sesuatu yang memperkenankan Tuhan.
Pernyataan yang seringkali disebutkan orang terkait dengan hukum atau peraturan, yaitu “peraturan dibuat untuk dilanggar”, tentu kalimat ini merupakan kalimat sedikit sindiran, pasti maksudnya peraturan tidak dibuat untuk dilanggar. Namun, pada umumnya adanya peraturan maka semakin banyak pelanggaran, kita pun heran bahwa semakin dilarang semakin dilanggar. Bagaimana sikap kita terhadap dosa, kejahatan, kesalahan atau ketidakbaikan yang kita lakukan selama ini? Apakah kita dengan kesungguhan hati mengakui dan menyesalinya di hadapan Tuhan? Karena itu, marilah menyadari dirikita adalah manusia yang berdosa dan kita menyesalinya di hadapan TUHAN agar kita mendapatkan keselamatan kekal. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar