Renungan hari ini:
“PRINSIP PELAYANAN KRISTEN”
1 Korintus 3:5 (TB) "Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya"
1 Corinthians 3:5 (NET) "What is Apollos, really? Or what is Paul? Servants through whom you came to believe, and each of us in the ministry the Lord gave us"
Dalam nas hari ini kita akan belajar tentang bagaimana “Prinsip Pelayanan Kristen” menurut Paulus. Paulus berkeyakinan bahwa hamba-hamba Tuhan tidak semua mempunyai karunia yang sama, tetapi mereka adalah pekerja-Nya. Masing-masing belajar dari Guru Maha Agung, dan kemudian mengkomunikasikan apa yang telah dipelajarinya. Tidak semua melakukan pekerjaan yang sama, tetapi di bawah pengaruh penyucian Roh Suci semua mereka menjadi pelayan-pelayan Allah. Allah menggunakan beraneka ragam karunia di dalam pekerjaannya untuk memenangkan jiwa-jiwa dan melawan bala tentara Setan.
Paulus tidak membedakan pelayan TUHAN. “Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama, dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri” (1 Kor 3:8). Allah adalah hakim bagi pekerjaan manusia, dan Dia akan membagikan kepada setiap orang upahnya yang adil. Tidak seorang pun diberi wewenang menghakimi manusia dan sesama pelayan TUHAN. Allah sendirilah satu-satunya yang akan menjadi Hakim dan pemberi upah kepada setiap pekerjaan yang baik.
Jika kita mendalami nas hari ini, maka kita akan menemukan ada dua prinsip pelayanan Kristen yang diajarkan Paulus bagi kita, yakni:
Pertama, kita harus sadar bahwa kita ini bukan siapa-siapa. Di ayat ini Paulus berkata, “Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus?” Di sini kita menarik prinsip siapakah kita ini? Kita bukan siapa-siapa. Kita ini sekadar budak. Kata “pelayan” memang enak didengar, tetapi di dalam bahasa Yunani kata yang dipakai adalah diakonos.Kata diakonos hanya bermakna “pelayan” – tanpa arti tambahan yang istimewa. Prinsip pertama di dalam melayani Tuhan adalah memahami bahwa kita ini bukan siapa-siapa. Kita hanya sekadar budak, bukan siapa-siapa. Pelayanan yang kita jalani adalah karunia dari Allah. Pelayanan bukanlah prestasi kita, bukan sesuatu yang dapat kita raih berdasarkan kemampuan kita. Pelayanan adalah hal yang diberikan oleh Allah kepada kita. Tak ada hal yang boleh dibanggakan dari pelayanan. Tak peduli apapun posisi kita di dalam gereja, kita adalah budak. Setiap kali kita merasa ada dorongan untuk menyombongkan diri, ingatlah selalu: kita bukan siapa-siapa. Inilah landasan dari setiap pelayanan. Sekalipun kita sudah melayani selama 30 tahun, 40 tahun, hal itu tidak membuat kita naik melewati posisi seorang budak. Kita hanya sekadar budak. Setiap kali kita merasa bahwa diri kita lebih dari budak, maka kita sedang membuat diri kita tidak layak untuk pelayanan. Pelayanan kepada Tuhan harus dijalani dengan rasa tidak layak, tidak berarti apa-apa. Di saat kita mulai berpikir bahwa kita orang penting, maka kita menjadi tidak layak untuk melayani Tuhan lagi.
Kedua, kita harus sadar bahwa kita harus paham akan Firman TUHAN. Kita adalah para budak dari pribadi yang kita percayai yakni Yesus. Lalu bagaimana orang akan percaya kepada Yesus? Kita dapat membacanya di Roma 10:17 – iman timbul dari pendengaran, yakni mendengar Firman Allah. Ini berarti untuk menunaikan pelayanan ini kita harus paham atau akrab dengan Firman Allah. Bagaimana iman timbul? Dari pendengaran. Namun apa yang didengarkan? Pemikiran manusia? Tentunya pendengaran tentang Firman Allah. Dengan demikian, jika kita ingin melayani Tuhan, maka prinsip yang kedua adalah kita harus paham akan Firman Allah. Perikop ini menyinggung tentang Apolos dan Paulus. Keduanya adalah orang-orang yang sangat menguasai Firman Allah. Sangat menarik melihat di Kisah 18:24, Apolos disebutkan sebagai orang yang “sangat mahir” dalam soal-soal Kitab Suci. Kata yang dipakai dalam bahasa Yunani adalah “dunatos” yang memiliki arti “kuat”. Dia sangat kuat dalam pemahaman akan Firman Allah. Berapa banyak dari kita yang sangat kuat dalam pemahaman akan Firman Allah? Kemahiran ini, dari satu sisi, datang dari Allah, tetapi di sisi lain, kemahiran ini juga berasal dari ketekunan dalam mempelajari Firman Allah, seperti yang dapat kita baca di 2 Timotius 2:15. Ayat ini menyebutkan, “Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu.” Jadi, di satu sisi, kemahiran itu merupakan anugerah Allah, tetapi di sisi lain, kemahiran itu juga ditumbuhkan dengan ketekunan belajar Firman Allah. Allah tidak menganjurkan kemalasan.
Jadilah hamba yang rajin supaya dipandang layak oleh Allah, bukan untuk dipandang oleh manusia. Kita bekerja bukan untuk dipuji manusia, “Oh, dia orang yang mahir dalam soal-soal Kitab Suci.” Pelayanan kita bukan untuk membuat kagum orang lain. Kita datang ke hadapan Allah sebagai para budak-Nya. Apolos adalah orang yang sangat mahir, kuat dalam pemahaman akan Firman Allah. Bagaimana agar bisa menjadi mahir di dalam Firman Allah? Di satu sisi, adalah dengan berdoa, karena Allah yang akan memberi kemahiran tersebut. Di sisi lain, melalui ketekunan belajar dan menggali firman-Nya. Karena itu, milikilah kedua prinsip pelayanan ini agar TUHAN berkenan kepada kita. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar