Renungan hari ini:
“BERSYUKUR KEPADA TUHAN KARENA KASIH SETIANYA”
Mazmur 107:23-24, 31 (TB) "Ada orang-orang yang mengarungi laut dengan kapal-kapal, yang melakukan perdagangan di lautan luas; mereka melihat pekerjaan-pekerjaan TUHAN, dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di tempat yang dalam. Biarlah mereka bersyukur kepada TUHAN karena kasih setia-Nya, karena perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib terhadap anak-anak manusia"
Psalms 107:23-24, 31 (NET) "Some traveled on the sea in ships, and carried cargo over the vast waters. They witnessed the acts of the Lord, his amazing feats on the deep water. Let them give thanks to the Lord for his loyal love, and for the amazing things he has done for people!"
Pemazmur mengajak umat tebusan untuk bersama-sama bersyukur kepada Tuhan, karena Allah telah menebus umat-Nya dari kematian. Mazmur 107 ini adalah sebuah nyanyian yang berupaya mengoreksi pemikiran orang yang enggan bersyukur. Sang pemazmur (banyak yang menganggapnya sebagai Raja Daud) sampai empat kali menegur hati orang-orang yang telah dingin dan enggan berterima kasih, “Biarlah mereka bersyukur kepada Tuhan karena kasih setia-Nya, karena perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib terhadap anak-anak manusia” (ay. 8,15,21,31). Bahkan dalam masa-masa tersulit sekalipun, kita punya banyak alasan untuk bersyukur. Kiranya kita belajar bersyukur kepada Allah atas kebaikan-Nya bagi kita!
Mazmur ini merupakan nyanyian syukur umat Israel yang mengalami kasih setia Allah, yang diterima melalui karya penebusan Allah dalam hidup mereka. Penebusan Allah dialami umat tidak hanya dari kungkungan problem kehidupan sosial-jasmani umat, namun juga kungkungan problem kehidupan rohani umat. Misalnya, terkait dengan problem kehidupan sosial-jasmani, lazim pada masa itu, ketika umat jatuh miskin dan harus menjual sebagian tanahnya, pertolongan Allah dirasakan melalui kerabatnya yang mau menebus tanah yang dijual tersebut dan diberikan kembali kepadanya. Kebaikan hati kerabatnya ini disyukuri sebagai wujud kasih setia Allah yang menolong mereka. Terkait problem kehidupan rohani, umat sering merasakan dirinya sebagai kafilah jiwa, pengembara di padang pasir yang merasakan lapar dan haus jiwanya, namun pada akhirnya jiwa yang haus dan lapar ini dipuaskan oleh Allah, yang berkenan menunjukkan jalan yang lurus dan benar hingga sampai tujuan.
Melalui mazmur ini, kesetiaan Allah dihayati, dirasakan, dan dialami oleh umat. Umat menyadari: kasih setia Allah bersifat permanen, bukan temporerer. Kasih setia-Nya tetap, bukan sementara. Kasih-Nya begitu dalam dan bertahan lama, bukan dangkal dan cepat berlalu. Kasih setia Allah semacam inilah yang pada akhirnya menjadi sumber kehidupan umat untuk mengembangkan kesetiaan mereka dalam beragam kehidupan yang dialami. Ketika Allah merelasikan, mengkoneksikan diri-Nya dalam sebuah kesetiaan yang permanen dengan umat-Nya, umat semestinya tidak membalas-Nya dengan kesetiaan yang temporer. Kesetiaan kita pada Allah janganlah menjadi kesetiaan jangka pendek, melainkan tetap mewujud dalam kesetiaan jangka panjang.
Bersyukur berasal dari kata dasar syukur. Syukur, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan: rasa terima kasih kepada Allah. Sedangkan mensyukuri berarti mengucapkan terima kasih kepada Allah. Bersyukur artinya berterima kasih atau mengucapkan syukur. Pengalaman sehari-hari menunjukkan adanya orang-orang tertentu yang kurang mensyukuri berkat-berkat yang diterimanya. Di antara mereka, orang-orang yang kurang bersyukur itu, ada yang hanyut dalam kekecewaan yang sangat dalam. Mereka ada yang patah semangat, nglokro, hilang pengharapan dan kemudian sakit. Mereka kian kuatir, gelisah dan takut menjalani kehidupan yang dirasakan penuh masalah dan menghimpit dirinya.
Mengapa seseorang kurang mensyukuri berkat-berkat yang sudah diterimanya? Secara kedagingan dan keduniawian, seseorang kurang bersyukur karena: 1. kurang membiasakan diri untuk bersyukur atau berterima kasih, 2. Kurang memahami kasih setia-Nya, 3. Kurang memahami kedahsyatan dan keajaiban perbuatan-Nya, 4. Serakah, 5. Tertekan dan gelisah, 6. Tidak menuruti kata hati, dan 7. Hanyut dalam keinginan duniawinya. Sementara itu, banyak orang percaya, termasuk kita, yang selalu bersyukur. Apa pun berkat yang di terimanya, mereka senantiasa mengucapkan syukur kepada Allah dengan segenap hati dan jiwa.
Ada beberapa alasan bagi kita untuk mengucapkan syukur atas berkat-berkat Tuhan, yakni:
Pertama, karena kita menyadari bahwa Tuhan itu baik dan kasih setia-Nya selama-lamanya.Alkitab mengatakan dalam 1 Tawarikh 16:34: “Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.”
Kedua, karena kita memahami kasih setia dan perbuatan Tuhan yang ajaib bagikita. Demikianlah Firman Tuhan yang ditulis oleh pemazmur dalam Kitab Mazmur 107:8: “Biarlah mereka bersyukur kepada TUHAN karena kasih setia-Nya, karena perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib terhadap anak-anak manusia,”
Ketiga, karena kita menyadari bahwa Tuhan bertindak karena baik nama-Nya. Firman Tuhan mengatakan dalam Kitab Mazmur 52:9: “Aku hendak bersyukur kepada-Mu selama-lamanya, sebab Engkaulah yang bertindak; karena nama-Mu baik, aku hendak memasyhurkannya di depan orang-orang yang Kaukasihi!”
Keempat, karena kejadian yang dialami dahsyat dan ajaib. Alkitab mengatakan dalam Kitab Mazmur 139:14: “Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.” Karena itu, teruslah bersyukur kepada TUHAN atas segala kebaikan-Nya yang telah kita rasakan dan nikmati. (rsnh)
Selamat berakhir pekan dan besok beribadah untuk TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar