Renungan hari ini:
“KUATKAN DAN TEGUHKANLAH HATIMU”
Yosua 1:9 (TB) "Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi"
Joshua 1:9 (NET) "I repeat, be strong and brave! Don’t be afraid and don’t panic, for I, the Lord your God, am with you in all you do”
“Kuatkan dan teguhkan hatimu”—sesuatu yang dapat memotivasi kita ketika kita sedang menghadapi permasalahan kecil. Namun, bagaimana jika kita sedang menghadapi permasalahan yang besar? Bagaimana jika yang kita hadapi adalah kehilangan anggota keluarga yang sangat kita kasihi? Bagaimana jika yang kita hadapi adalah kehancuran dalam pekerjaan? Bagaimana jika yang kita hadapi adalah penyakit yang tidak ada obatnya? Sangat sulit untuk memiliki hati yang kuat dan teguh di tengah-tengah keadaan-keadaan seperti itu bukan?
Ketika kita sedang menghadapi masalah yang besar, kita seringkali bertanya kepada Tuhan: “Tuhan, bagaimana mungkin saya dapat tidak kecut dan tawar hati di tengah keadaan yang begitu berat seperti ini?” Dan Tuhan biasa menjawab kita dengan mengingatkan kita untuk tidak hanya membaca kalimat pertama dari Yosua 1:9, tetapi menyadari kebenaran dari kalimat keduanya—”sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi.”
Pertanyaan kita sekarang adalah apa yang hendak kita pelajari dari nas hari ini?
Pelajaran pertama yang dapat kita pelajari hari ini adalah: Tuhanlah yang akan senantiasa menyertai kita kemana pun kita pergi. Itu berarti, Tuhan ada bersama kita ketika hidup sedang mudah, dan Tuhan juga ada bersama kita ketika hidup sedang susah. Tuhan ada bersama kita ketika kita sedang punya banyak, dan Tuhan juga ada bersama kita ketika kita hanya punya sedikit. Tuhan ada bersama kita ketika kita sehat, dan Tuhan juga ada bersama kita ketika kita sakit. Tuhan ada bersama kita ketika kita sedang sukses, dan Tuhan juga ada bersama kita ketika kita sedang gagal. Tuhan ada bersama kita ketika kita sedang beriman, dan Tuhan juga ada bersama kita ketika iman kita sedang lemah.
Pelajaran kedua adalah: Jangan salah, Tuhan tidak memaksa kita untuk tidak takut—sangatlah normal untuk manusia merasa takut ketika masalah besar datang. Namun, hanya karena kita merasa takut, bukan berarti kita harus dikuasai oleh ketakutan itu. Cara terbaik agar kita tidak dikuasai oleh ketakutan adalah dengan terus memandang kepada Tuhan kita yang telah berjanji akan senantiasa menyertai kita. Kebenarannya, semua yang terjadi di dalam hidup kita, yang baik dan juga yang buruk, Tuhan biarkan terjadi untuk sebuah tujuan, yaitu untuk mempersiapkan kita menuju janji-Nya.
Sama seperti Yosua yang memimpin Bangsa Israel menuju tanah perjanjian—sungai Yordan, orang-orang Kanaan, dan tembok Yerikho merupakan rintangan-rintangan yang Tuhan letakkan di hadapan Yosua untuk membentuknya dan mempersiapkannya untuk menerima janji Tuhan. Jika kita mengingat kebenaran ini, barulah kita dapat hidup dengan kuat dan teguh tanpa kecut dan tawar hati. Ingatlah bahwa semakin besar janji yang Tuhan sediakan, semakin besar musuh yang akan menghadang. Tidak ada cerita menakjubkan yang muncul dari pertempuran yang biasa-biasa saja.
Pelajaran ketiga adalah musuh terbesar kita sebenarnya bukanlah raksasa yang ada di hadapan kita, melainkan ketakutan yang ada di dalam pikiran kita. Pada Bilangan 13, diceritakan bahwa Bangsa Israel mengintai tanah perjanjian yang masih dikuasai oleh musuh-musuh mereka. Namun, mayoritas dari mata-mata Bangsa Israel kembali dengan mengatakan mereka tidak mungkin menang karena musuh-musuh mereka terlalu kuat. Mereka menceritakan kepadanya: “Kami sudah masuk ke negeri, ke mana kausuruh kami, dan memang negeri itu berlimpah-limpah susu dan madunya, dan inilah hasilnya. Hanya, bangsa yang diam di negeri itu kuat-kuat dan kota-kotanya berkubu dan sangat besar, juga keturunan Enak telah kami lihat di sana. Orang Amalek diam di Tanah Negeb, orang Het, orang Yebus dan orang Amori diam di pegunungan, orang Kanaan diam sepanjang laut dan sepanjang tepi sungai Yordan.”
Kemudian Kaleb mencoba menenteramkan hati bangsa itu di hadapan Musa, katanya: “Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!” Tetapi orang-orang yang pergi ke sana bersama-sama dengan dia berkata: “Kita tidak dapat maju menyerang bangsa itu, karena mereka lebih kuat dari pada kita.”
Juga mereka menyampaikan kepada orang Israel kabar busuk tentang negeri yang diintai mereka, dengan berkata: “Negeri yang telah kami lalui untuk diintai adalah suatu negeri yang memakan penduduknya, dan semua orang yang kami lihat di sana adalah orang-orang yang tinggi-tinggi perawakannya. Juga kami lihat di sana orang-orang raksasa, orang Enak yang berasal dari orang-orang raksasa, dan kami lihat diri kami seperti belalang, dan demikian juga mereka terhadap kami.” (Bil. 13:27-33).
Pelajaran keempat adalah: Ketika kita diperhadapkan oleh tantangan di dalam hidup kita, kita memiliki pilihan: untuk mengatakan kepada diri kita bahwa kita tidak mampu, atau mengatakan kepada diri kita bahwa kita mampu. Kita memiliki pilihan, untuk menjadi seperti mayoritas dari mata-mata Bangsa Israel yang takut, atau menjadi seperti Kaleb yang berani. Namun, satu hal yang saya ingin kita semua mengerti, Kaleb begitu berani bukan karena dia merasa dirinya kuat atau karena merasa musuh-musuhnya lemah; melainkan, karena dia sadar akan betapa besarnya Tuhan yang akan berperang untuknya.
Pelajaran kelima adalah: musuhkita mungkin sangat besar dan kuat—di mana kita tidak memiliki kesempatan untuk mengalahkannya sendiri. Tetapi janganlah lupa, kita tidak berperang sendiri—ada Tuhan yang lebih besar dan lebih kuat yang menyertai kita kemana pun kita melangkah—Dialah yang akan berperang bersamakita melawan musuh-musuhkita. Karena itu, jangan takut sebab ada TUHAN yang menyertai dan menolong kita. (rsnh)
Selamat berakhir pekan dan besok kita beribadah kepada TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar