KOTBAH MINGGU KANTATE
Minggu, 15 Mei 2022
“BERNYANYI BAGI TUHAN”
Kotbah: Keluaran 15:19-21 Bacaan: Wahyu 4:8-11
Minggu ini kita akan memasuki Minggu Kantate, artinya nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan (Mzm. 98:1). Dalam Minggu ini kita akan membahas tema “Bernyany bagi TUHAN”. Bernyanyi bagi TUHAN adalah bentuk pemujian dan penyembahan kepada TUHAN melalui nyanyian. Dalam menyanyi kita sedang mengekspresikan pujian dan penyembahan kita kepada TUHAN.
Memuji Tuhan adalah sesuatu yang baik, indah, dan layak. Bagaimana kita harus bernyanyi? Kita bernyanyi dengan ucapan syukur. Hal ini memiliki arti bahwa nyanyian kita harus benar-benar kita jiwai, yakini, dan secara tulus dinyanyikan. Tuhan ingin kita memuliakan-Nya dengan pujian yang lahir dari hati kita (Mat. 15:8). Sebagai seorang ayah, suami, istri, teman, kita selalu bahagia ketika tahu anak, istri, suami, atau teman kita mengucapkan pujian atau rasa terima kasih dengan tulus dari hati mereka.
Kitab Suci tidak meminta kita untuk menyanyi bagus, tapi menyanyilah dengan nyanyian syukur. Ada orang yang sengaja datang telat ke ibadah sehingga melewatkan puji-pujian. Mereka berpikir bahwa mereka datang untuk yang paling utama yaitu firman Tuhan. Itu adalah salah. Kita butuh prinsip untuk pikiran kita dan musik untuk hati kita. Kita perlu menyembah Tuhan. Musik menginspirasi dan menyegarkan kita. Musik dan penyembahan memiliki kuasa penyembuhan dan pemulihan.
Memuji Tuhan dalam nyanyian memberikan tiga manfaat yang berharga kepada kita, yaitu: Pertama, nyanyian memberikan kepada kita kata-kata pujian yang “sudah ada”. Sering kali kita kehabisan kata-kata ketika kita memuji Tuhan. Tetapi dengan adanya nyanyian yang sudah ada, kita bisa menaikkan pujian pengagungan kepada Tuhan. Kedua, menyanyi akan membantu kita menyatu dalam pujian. Kita menyanyikan kata-kata yang sama, dengan kecepatan yang sama, lagu yang sama, dan pada waktu yang sama. Dan hal itu mempunyai efek yang dinamis dalam memuji Tuhan! Ketiga, memuji dengan nyanyian menolong kita terlepas dari tekanan ataupun masalah.
Iman Kristen adalah iman yang selalu memuji-muji Tuhan, iman yang tidak bisa dipisahkan dari menyanyi/nyanyian. Tidak ada iman di dunia ini yang menyanyi seperti iman Kristen menyanyi. Agama Kristen tentunya memang bukan satu-satunya agama yang menggunakan musik. Peran spiritual musik secara universal memang ada pada hampir semua agama, dimanifestasikan dalam praktik-praktik hampir semua agama. Agama-agama lain juga menyanyi dan memiliki beragam bentuk musik, tetapi tidak ada iman yang penuh getaran, menyanyi dengan penuh suka-cita seperti agama Kristen. Kita memiliki lagu-lagu pujian yang terbaik dibandingkan dengan tradisi iman yang lain di bumi ini. Ada lebih banyak lagu tentang Yesus daripada tentang tokoh-tokoh atau tema-tema lain, bahkan tentang lagu-lagu dengan tema cinta. Ini merupakan salah satu keunikan dari agama Kristen dan agama Yahudi, sebagai a singing faith.
Miryam adalah sosok perempuan yang luar biasa. Miryam dikenal sebagai sosok perempuan yang gagah berani dalam memimpin para perempuan untuk menyanyi dan menari pengucapan syukur kepada Allah. Pada waktu itu, kita tidak mudah menemukan sosok perempuan seperti Miryam. Ia adalah perempuan langka yang takut akan Tuhan.
Miryam juga dinyatakan sebagai nabiah, nabi perempuan yang melayani Allah, yang menyanyikan lagu pujian kemenangan setelah ke luar dari Laut Teberau. Ayahnya adalah Amran dan ibunya bernama Yakhobet. Miryam memiliki saudara kandung, yaitu Musa dan Harun. Miryam bersama dengan Harun, disebut-sebut melawan pernikahan Musa dengan seorang perempuan Kusy. Karenanya, Miryam dihukum menderita penyakit kusta, tetapi lalu dipulihkan oleh Allah. Dan kemudian berhubungan kembali pada Musa di kemudian hari.
Miryam adalah Nabiah pertama yang disebut dalam Alkitab. Menjadi nabiah artinya ia dikaruniai kepekaan untuk mendengar dan menyampaikan suara Tuhan. Miryam melakukannya melalui pujian, dan ia bahkan menggerakkan dan memimpin semua perempuan Israel untuk ikut menyembah Tuhan.
Posisi Miryam sebagai saudara dari orang-orang yang dipakai Tuhan, Musa dan Harun, tidak membuat dia bersantai-santai. Ia ikut aktif melayani Tuhan, sesuai dengan porsi yang bisa Ia kerjakan. Ketika Musa dipanggil untuk menjadi pemimpin, Harun dipanggil menjadi imam, Miryam mengerjakan panggilannya sebagai seorang penyembah.
Pertanyaan kita sekarang adalah apa yang bisa kita pelajari dari kehidupan Miryam agar kita bisa bernyanyi bagi TUHAN? Ada beberapa hal yang kita pelajari dari kehidupan Miryam, yakni:
Pertama, bernyanyi bagi TUHAN berarti kita harus mampu memimpin pujian (ay. 21). Kata "memimpin" secara literal ternyata muncul pertama kali di Alkitab di Keluaran 15:21, "Dan menyanyilah Miryam memimpin mereka: "Menyanyilah bagi TUHAN, sebab Ia tinggi luhur; kuda dan penunggangnya dilemparkan-Nya ke laut". Kesan langsung yang kita dapatkan dari ayat tersebut adalah bahwa wanita dapat memimpin. Selain itu, umat Tuhan perlu dipimpin dalam hal pujian penyembahan yang berfokus pada Tuhan dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di hidup mereka. Hal ini telah kita alami di gereja kita, yakni bahwa para pemimpin rohani kita selama ini dengan setia memimpin kita kepada restorasi pondok Daud.
Memimpin adalah sebuah seni dan di saat yang bersamaan adalah sebuah skill (keahlian). Oleh karena itu, kepemimpinan merupakan sesuatu yang dapat dipelajari dan dikembangkan terus menerus. Adapun konteks kehidupan kita saat ini adalah kehidupan yang sulit dan penuh tantangan di tengah pandemi yang berkepanjangan. Namun, di saat seperti inilah banyak orang membutuhkan pemimpin. Banyak orang sangat butuh dipimpin untuk bertahan di dalam krisis ini bahkan dapat keluar sebagai seorang pemenang.
Kedua, bernyanyi bagi TUHAN berarti kita harus memiliki kualifikasi seorang pemimpin yang baik. Kualifikasi pemimpin yang baik adalah:
1. Tidak Pernah Menyerah. Kita harus menyadari bahwa pemimpin bukanlah seseorang yang tidak pernah gagal tetapi adalah seseorang yang tidak pernah menyerah. Terkadang Tuhan mengijinkan kita mengalami kegagalan untuk menunjukkan dan memperlihatkan titik-titik kelemahan kita, sehingga kita dapat interospeksi dan melangkah maju serta bertumbuh setiap hari. Kita belajar dari kesalahan, kelalaian, kekhilafan, dan kegagalan di masa lalu. Tahukah kita bahwa orang-orang di sekitar kita, bukan saja dapat diberkati melalui kisah-kisah keberhasilan kita, tetapi juga melalui kisah-kisah bangkitnya kita dari kegagalan. Alkitab pun secara terbuka mengisahkan tokoh-tokoh yang bergulat dengan segala jatuh bangunnya, tetapi mereka bangkit dan keluar sebagai pemenang karena Tuhan.
2. Melayani bukan Dilayani. Tanamkan terus dalam diri kita bahwa pemimpin itu hadir untuk melayani, bukan untuk dilayani! Hal ini diteladankan dan disebutkan dalam Matius 20:28, "Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." Salah satu teori kepemimpinan yang masih berkembang dan diminati oleh banyak orang hingga saat ini adalah servanthood leadership. Sepanjang 20 tahun terakhir telah terdapat lebih dari 270 publikasi mengenai teori tersebut. Beberapa contoh sikap/perilaku seseorang dengan seorang pemimpin berhati hamba adalah autentik (apa adanya/asli), membangun hubungan, bertindak sesuai etika dan moral, dan sebagai mentor yang membawa para pengikut mengalami transformasi. Ketika Anda bergabung dalam kelompok seperti cool (community of love), dapatkah saudara melihat kualitas-kualitas tersebut dalam diri gembala cool saudara? Sebenarnya suatu saat nanti, bahkan dapat dimulai dari sekarang, tiba giliran Anda mempraktikkan servanthood leadership karena itulah yang telah diteladankan Yesus (Lih. Yoh. 13: 15-17)
3. Berani Mendelegasikan dan Mempromosikan. Jangan ragu mendelegasikan dan mempersiapkan pemimpin berikutnya karena pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang melahirkan/mencetak pemimpin yang baru. Sejatinya seorang pemimpin adalah seorang yang membentuk hasil bukan menerima hasil. Ia mau dengan sabar mencetak pemimpin berikutnya meski saat ini yang ia hadapi masih jauh dari harapan. Beberapa orang bertanya-tanya mengapa Yesus melayani hanya 3.5 tahun karena sepertinya 3.5 tahun terlalu singkat. Alkitab memang tidak memberi jawaban yang eksplisit akan pertanyaan itu, tetapi kita dapat menarik pembelajaran bahwa Yesus telah mempersiapkan murid-murid-Nya dan berani mendelegasikan pelayanan serta pengurapan kepada murid-murid-Nya seperti dalam Markus 6:7, "Ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat," Selain itu dalam Perjanjian Lama kita dapat menemukan Musa yang atas nasihat Yitro mendelegasikan pengambilan keputusan kepada pemimpin-pemimpin dalam kelompok (Kel. 18:13-27).
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah makna dari bernyanyilah bagi TUHAN pada Minggu Kantate ini?
Pertama, iman yang biblikal adalah iman yang menyanyi. Dari sejak awal Kekristenan, menyanyi telah memainkan peran utama dalam ibadah Kristen. Bahkan, dalam masa-masa Perjanjian Lama, menyanyi/lagu-lagu merupakan cara untuk mendeklamasikan sejarah Israel. Lagu pertama yang dicatat dalam Alkitab (dalam Kel. 15) adalah lagu Nabiah Miriam yang merayakan kemenangan Allah dan kekalahan tentara Mesir di Laut Merah. Nyanyian itu untuk mengingatkan orang tentang siapa Tuhan itu, apa yang telah Dia lakukan dan apa yang Dia janjikan untuk dilakukanNya di masa depan. Musik di dalam Alkitab selalu positif, menyatakan kasih, suka-cita, perayaan, kemenangan, ucapan syukur, kekaguman, pujian, penyembahan dan hormat bagi Tuhan. Musik di dalam Alkitab tidak pernah digunakan untuk hal-hal dan tujuan negatif.
Kedua, menyanyi merupakan perintah Alkitab. Alkitab memerintahkan kita untuk menyanyi bagi Tuhan. Tuhan memerintahkan umat-Nya untuk menyanyi. Tuhan ingin kita menyanyikan lagi-lagu puji-pujian untuk-Nya. Ini bukan pilihan atau anjuran, tetapi perintah. Tidak peduli bagus atau tidak bagus suara kita, tidak peduli berapa usia kita, kita harus menyanyi memuji Tuhan. Tidak ada prasyarat-prasyarat. Lagu gereja harus dinyanyikan setiap orang. Menjadi persoalan sekarang adalah banyak orang percaya tidak mau bernyanyi di Gereja karena suara musik lebih kuat dari suara manusia. Sejatinya alat musik hanyalah alat untuk menolong umat percaya menyanyi bagi TUHAN bukan hendak menggantikan umat percaya menyanyi bagi TUHAN.
RENUNGAN
Apa yang hendak kita renungkan dalam Minggu Kantate ini?
Pertama, Gereja harus selalu menjadi gereja yang menyanyi, karena lagu-lagu pujian kita merupakan ungkapan curahan hati kita yang bersuka-cita. Tetapi menyanyi jangan hanya dibatasi di dalam ibadah gereja saja, tetapi harus menjadi gaya hidup normatif sehari-hari umat Kristen. Karena kita bisa menyanyi di mana saja, kita bisa mengungkapkan kasih kita kepada Tuhan dimana juga. Itu berarti kita bisa menyembah Tuhan di kamar mandi. Kita bisa menyembahNya pada saat bekerja di kebun, pada saat menyuci piring, menyuci baju, atau pada saat dalam perjalanan ke kantor.
Kedua, Gereja tanpa nyanyian ibarat sayuran tanpa garam. Bagaimana rasanya kalau dalam sebuah ibadah di Gereja tanpa ada nyanyian dikumandangkan? Pasti sebagian besar dari kita akan bertanya-tanya dan menggerutu. Kalau tak ada nyanyian bisa sepertiga dari yang hadir akan mengantuk saat mendengar firman Tuhan.
Ketiga, bernyanyilah untuk Tuhan. Marilah kita menjadi umat-Nya yang suka bernyanyi, memuji, dan bermazmur bagi Tuhan. Kiranya menyanyi untuk TUHAN menjadi gaya hidup kita, sebab Ia telah mengaruniakan keselamatan, menyembuhkan kita, mengenal kita secara pribadi. Bernyanyilah untuk kemuliaan nama Tuhan, sebuah nyanyian memiliki kuasa dan sebuah nyanyian bisa mengubahkan kehidupan seseorang. Mulailah dengan sebuah nyanyian kecil dan berserulah dengan sepenuh hati kepada Tuhan. Angkatlah suaramu dan nyatakan kerinduanmu kepada-Nya. Karena itu, bernyanyilah untuk TUHAN setiap saat. (rsnh)
Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar