Minggu, 13 Pebruari 2022
“DIBERKATILAH ORANG YANG MENGANDALKAN TUHAN”
Kotbah: Yeremia 17 5-10 Bacaan: Matius 4:23-35
Minggu ini kita memasuki Minggu Septuagesima. Tujuhpuluh hari sebelum Paskah/Kebangkitan Yesus Kristus (70 ari dijolo ni ari Haheheon ni Tuhan Jesus Kristus). Dalam minggu ini kita akan membahas tema “Diberkatilah Orang yang Mengandalkan TUHAN”. Orang yang mengandalkan TUHAN hidupnya pasti diberkati TUHAN. Orang yang mengandalkan Tuhan akan menjalani hidup yang penuh berkat (diberkatilah – 17:7). Dia “tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah” (17:8). Selaras dengan Mazmur 1, orang yang mengandalkan Tuhan seperti pohon yang dekat dengan sumber air. Sekalipun dalam kekeringan, pohon itu akan tumbuh sangat subur karena selalu mendapat pasokan nutrisi yang cukup. Sebaliknya sebaliknya orang yang tidak mengandalkan Tuhan akan menjalani hidup yang seolah penuh hukuman (terkutuklah – ay. 5). Bagaimana pun keadaan hidupnya, dia “tidak akan mengalami datangnya keadaan baik” (ay. 6).
Perikop kotbah Minggu ini berbicara tentang 2 pilihan yang masing-masing memiliki konsekuensinya, yakni:
Pertama, hidup yang mengandalkan kekuatan sendiri dan hati yang menjauh dari TUHAN (ay. 5 dan 6). Terhadap pilihan ini, Alkitab secara tegas dalam ayat 5 memulai dengan kata "Terkutuklah". Hidup yang terkutuk adalah hidup yang penuh dengan penderitaan. Perikop ini lebih jauh menegaskan bahwa bagi siapa saja yang memilih pilihan ini, maka dia akan mengalami penderitaan, tinggal di tanah gersang dan terasing (ay. 6). Jika membayangkan kehidupan seperti ini, tentu tidak ada seorangpun yang ingin mengalaminya. Namun tanpa disadari, sesungguhnya banyak orang Kristen yang memilih pilihan ini. Jika orang Kristen memilih kehidupan menjadi terkutuk, maka konsekuensinya adalah mereka akan melakukan hal-hal sebagai berikut:
• Mereka mengandalkan manusia dan kekuatan sendiri! Artinya adalah lebih konfiden, lebih yakin, lebih merasa aman, lebih percaya dan lebih mempercayakan dirinya sepenuhnya hanya kepada kekuatan manusia, yaitu mengandalkan pikiran, pendapat, prinsip prinsip dan cara cara manusia.
• Hati mereka menjauh dari pada TUHAN! Arti kata “hatinya menjauh” dalam bahasa ibrani adalah “Cuwr” artinya hatinya memberontak kepada Tuhan, hatinya meninggalkan Tuhan dan hatinya semakin menjauhi dari pada Tuhan, sehingga semakin lama semakin tidak peka lagi dengan Firman Tuhan.
• Hati mereka licik! Arti kata Hatinya licik = Aqob (Ibrani), artinya adalah dalam diri manusia Tuhan melihat banyak kemunafikan, suka bohong, tidak jujur, suka menipu, curang, culas, palsu, sombong, ingin menonjol, suka membanggakan diri dan seperti orang yang berjalan diluar jalur kebenaran.
• Hati mereka membatu! Arti kata Hatinya membatu = Anash (Ibrani), artinya adalah dalam diri manusia Tuhan melihat hatinya keras, jahat, keji, gusar dan sulit untuk disembuhkan, sehingga pribadinya menjadi lemah, rapuh, murung dan sedih, biasanya orang yang seperti ini adalah orang yang tidak pernah bersyukur dan mudah putus asa.
Kedua, hidup mengandalkan TUHAN (ay.7). Arti kata mengandalkan TUHAN dalam Bahasa Ibrani BATACH, artinya adalah lebih konfiden, lebih yakin, lebih merasa aman, lebih percaya dan lebih mempercayakan dirinya sepenuhnya hanya kepada Tuhan. Perikop kita saat ini menyatakan juga dengan tegas bahwa "Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!" (ay. 7). Ini pilihan yang bertolak belakang dengan pilihan pertama dan konsekuensinya juga bertolak belakang. Pilihan pertama mendatangkan kutuk, namun pilihan kedua ini akan mendatangkan berkat. Lebih jauh perikop ini menjelaskan berkat seperti apa yang diberikan oleh Tuhan, bahwa bagi siapa pun yang hidup mengandalkan Tuhan maka ia akan seperti pohon yang ditanam ditepi batang air. Artinya hidupnya tak akan berkekurangan karena dia akan selalu dekat dengan batang air, dekat dengan sumber kehidupan. Dalam pilihan hidup mengandalkan Tuhan, maka seseorang tidak akan mengalami kekeringan dan tidak akan berhenti menghasilkan buah.
Jika kita hidup mengandalakan TUHAN maka konsekuensi yang akan kita terima adalah:
• Kita hidup seperti pohon yang ditanam ditepi aliran air. Artinya kita menjadi pribadi yang selalu melekat kepada Tuhan dan kepada Firman Tuhan, sehingga yang menjadi sumber kehidupan kita adalah Firman Tuhan, yang menjadi pegangan kita adalah Firman Tuhan dan kita hanya percaya kepada apa yang dikatakan oleh Firman Tuhan, sebab air menggambarkan Firman Tuhan dan Yesus adalah air kehidupan.
• Kehidupan kita seperti merambatkan akar akarnya ketepi batang air. Artinya kehidupan kita berakar sangat kuat, memiliki pondasi dan dasar yang sangat kuat hanya kepada Firman Tuhan, sehingga segala aspek kehidupan kita hanya didasari dan ditopang oleh Firman Tuhan.
• Kehidupan kita tidak mengalami panas terik. Artinya adalah ketika kita menghadapi kesulitan, tantangan dan masalah kehidupan, kita tetap teguh, tidak mengeluh dan tidak mudah menyerah, karena selalu mengalami penyertaan dan perlindungan yang dari Tuhan.
• Kehidupan kita seperti daun yang tetap hijau. Artinya orang melihat kehidupan kita adalah kehidupan yang indah, yang menyenangkan dan yang penuh sukacita, jadi gambarannya seperti orang yang sedang melihat pohon yang rimbun, yang hijau dan yang indah, sehingga kehidupan kita menjadi berkat dan memuliakan Tuhan.
• Kehidupan kita tidak kuatir dalam tahun kering. Artinya kita selalu percaya akan janji Tuhan dan jaminan Tuhan, sehingga kita menjadi pribadi yang senantiasa bersyukur dan bersukacita, sebab kita percaya bahwa pengharapan didalam Tuhan tidak pernah mengecewakan.
• Kehidupan kita tidak berhenti menghasilkan buah. Artinya kehidupan kita menghasilkan buah karakter yang benar, yang penuh kasih, yang penuh damai sejahtera, yang selalu bersyukur dan bersukacita, sehingga kita menjadi pribadi yang produktif, kreatif, bermultiplikasi dan mengalami buah buah keberhasilan dalam segala aspek kehidupan kita.
Pertanyaan kita sekarang adalah bagaimana caranya untuk mengandalkan Tuhan?
Pertama, jangan pernah menggantikan sumber daya rohani (yang tak terbatas) dengan sumber daya duniawi (yang terbatas) (bnd. Mzm. 62:11b). Paulus, yang paham beratnya medan pertempuran orang beriman, menasihati jemaat Efesus untuk “mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah” (firman Tuhan, doa, dsb; baca daftar lengkapnya di Ef. 6:13-18).
Di tengah tekanan batin akibat pelayanan yang begitu berat (15:18), ada lima doa Yeremia yang berbentuk puisi tercatat dalam kitab ini (misal, 20:7-18). Itulah rahasia kekuatannya. Orang yang menggunakan sumber daya rohani tidak akan bisa dikalahkan oleh keadaan. Hal ini sesuai dengan teladan Tuhan Yesus. Malam sebelum disalib, Dia bukan sibuk mengatur siasat, tetapi sibuk berdoa. Hasilnya, Dia pun mendapatkan kekuatan ilahi (Luk. 22:43) untuk menggenapi misi-Nya.
Kedua, berusahalah semaksimal mungkin, tetapi serahkanlah hasilnya pada Tuhan. Mengandalkan Tuhan bukan berarti meniadakan usaha, namun berusaha dengan cara pandang bahwa Tuhanlah yang berdaulat (Ayb. 42:2). Walaupun menyampaikan pesan Tuhan dengan tekun, hanya dua orang yang tercatat bertobat dalam kitab Yeremia: Barukh, sekretarisnya (45:1-5) dan Ebed Melekh, sida-sida dari Etiopia yang melayani raja (39:15-18). Namun demikian, Yeremia terus melayani dengan setia selama 40 tahun sampai akhir hidupnya.
Banyak orang tekun berusaha tetapi tidak rela menempatkan Tuhan sebagai Tuhan (Penguasa) atas hidup mereka. Inilah yang membuat mereka mudah patah semangat ketika hasil usaha mereka tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan.
Ketiga, taatlah pada pimpinan Tuhan. Bersandar pada Tuhan menuntut ketaatan mutlak. Bahkan, seperti Yeremia, sampai harus mengalami berbagai kesulitan. Orang-orang sekampungnya berkomplot melawan dia (11:18-23) dan berbagai penyaniayaan diterimanya (20:1-6; 37:11-38:13; 43:1-7). Yeremia juga menjalani hidup yang “tidak wajar” ketika Tuhan memerintahkannya melakukan tindakan-tindakan simbolis untuk menyatakan pesan-Nya. Dia tidak diizinkan menikah (16:1-4), kemudian disuruh memanggul gandar/kuk dari kayu (27:2) dan bahkan menggantinya dengan besi (28:13). Relakah kita hidup menaati Tuhan sampai seperti ini? Ketika ingin menyerah, ingatlah dan mintalah kekuatan pada Kristus, yang terlebih dulu “taat sampai mati di kayu salib” (Flp. 2:8) demi menebus dosa kita.
Taat juga berarti bersiap selalu untuk mengganti rencana kita jika Tuhan menghendakinya. Paulus dan Silas pernah dicegah oleh Roh Kudus ketika ingin memberitakan Injil ke Asia dan Bitinia (Kis. 16:6-7). Secara manusia, itu terlihat sebagai sebuah kegagalan. Mungkin saja mereka merasa kecewa dan bertanya-tanya.
RENUNGAN
Apakah yang hendak kita renungkan dan hayati dari kotbah Minggu Septuagesima ini? Ada beberapa hal yang hendak kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari, yakni:
Pertama, hindarilah percaya dan mengandalkan manusia karena manusia dapat mengecewakan. Manusia seringkali ingkar kepada kata-kata dan janjinya sendiri. Ada begitu banyak orang yang dengan mudah mengucapkan janji-janji manis, namun semudah mengucapkan janji, semudah itu pula janji itu terlupakan. Mungkin kita juga adalah salah satu dari orang yang sering mengingkari janji kita kepada sesama. Selain manusia dapat mengecewakan, manusia juga memiliki kemampuan yang terbatas. Ada pula kenyataan orang yang berjanji kepada kita ingin sekali menepati janjinya, tetapi keadaannya tidak memungkinkan untuk menepati janji itu karena keterbatasannya.
Kedua, kita harus mengandalkan TUHAN dalam semua perjalanan hidup kita. Jika kita mengandalkan TUHAN, maka Dia selalu menepati janji-Nya. Dia tidak pernah mengingkari janji-Nya. TUHAN adalah pribadi yang Mahakuasa. Tidak ada yang dapat membatasi kuasa-Nya untuk menolong kita. TUHAN dapat memberikan pertolongan meski seberat apa pun masalah kita, kapan pun dan dimana pun kita perlu pertolongan-Nya. TUHAN adalah pribadi yang dapat diandalkan. Karena itu marilah kita menjadi pribadi yang mengandalkan Tuhan di sepanjang hidupkita. (rsnh)
Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar