Minggu, 05 Desember 2021
“BERTOBATLAH, PERSIAPKANLAH JALAN BAGI TUHAN”
Kotbah: Lukas 3:1-6 Bacaan: Maleakhi 3:1-5
Minggu ini kita memasuki Minggu Advent II. Tema yang akan kita renungkan adalah “Bertobatlah, Persiapkanlah Jalan bagi TUHAN”. Ada dua hal yang menjadi tekanan utama dari tema Advent II ini, yakni bertobat dan mempersiapkan jalan bagi TUHAN. Kedua hal ini tidak bisa dipisahkan karena hanya orang yang sudah bertobatlah mampu mempersiapkan jalan bagi TUHAN. Tanpa pertobatan, kemungkinan datangnya Yesus ke dalam dirikita adalah sesuatu yang mustahil. Pertobatan adalah pintu masuk bagi Yesus bagi hidup kita.
Bertobat jalan utama bagi YESUS untuk kedatangan-Nya kali kedua ke dunia ini
Kedatangan Yesus kali kedua ke dunia ini harus kita persiapkan dengan baik. Kedatangan Yesus kali kedua itu akan terjadi jika kita mengalami pertobatan. Pada kedatangan Yesus kali pertama kala itu, Yohanes telah berseru-seru di padang gurun agar semua umat Israel bertobat dan memberikan diri untuk dibaptis oleh Yohanes. Kini kita pun diajak oleh penulis Lukas untuk melakukan pertobatan sebagai jalan utama bagi Yesus datang ke dunia ini kali kedua ke dunia ini.
Memang harus kita akui bahwa tidak semua orang menyukai kata “bertobat”. Mengapa demikian? Ada beberapa alasan, yakni:
Pertama, kata bertobat mendatangkan rasa tidak nyaman bagi semua orang. Sebab, bertobat itu identik dengan kelemahan. Sementara, tidak ada satu orang pun manusia yang mau dianggap lemah. Kita selalu mencari alibi terhadap semua salah yang kita buat, agar kita tampak orang yang kuat dan hebat.
Kedua, tobat artinya sembuh. Karena dengan bertobat kita akan mengalami kesembuhan. Lalu timbul pertanyaan, memangnya kita sakit. Ya! Kita sakit karena dosa. Karena itu, pemazmur banyak mengidentikan kesalahan dan dosa sebagai sesuatu yang mendatangkan rasa sakit. Dan, memang, dosa itu membuat kita sakit. Jiwa sakit. Roh kita sakit. Itulah sebabnya kita butuh bertobat agar kita sembuh.
Dosa membuat kerusakan yang parah. Dia merusak hubungan kita dengan sesama kita. Dosa menghancurkan hubungan orangtua dan anak. Dosa membuat suami dan istri saling melukai. Dosa membuat hati seorang ayah hancur dan hati seorang anak terluka. Dosa mematikan banyak orang yang tidak bersalah. Dosa membuat kita berlari dari persekutuan, menghindar dari sesama. Dosa membuat kepala kita tertunduk. Dosa menusuk bathin kita, merusak kemanusiaan kita. Dosa menghilangkan damai sejahtera. Damai yang ada pada manusia berdosa, di dapat dari kesenangan dunia, hiburan dunia, tapi semuanya semu dan hampa.
Jika kita tidak mengaku kita sakit, mustahil kita bisa sembuh. Sungguh kasihan, kita manusia yang berdosa, tapi lebih kasihan lagi orang yang tidak mau mengakui dosa. Karena itu, syarat untuk terbebas dari dosa, tidak ada lain lagi, kecuali, mengakui dosa dan mengakui bahwa kita butuh pertolongan.
Itulah sebabnya penulis Lukas dengan tegas menyatakan bahwa pertobatan menjadi jalan utama kedatangan Yesus kali kedua ke dunia ini agar melalui pertobatan kita mengalami pemulihan berkat Tuhan. Pertobatan adalah panggilan untuk berbalik dari dosa kita dan beralih kepada Tuhan. Dengan kata lain, pertobatan adalah panggilan untuk berbalik dari sikap menyakiti diri sendiri karena dosa dan beralih pada penyelamatan diri dengan kesembuhan dari dosa. Pertobatan adalah tindakan yang menyelamatkan nyawa.
Di sisi lain, pertobatan merupakan jalan bagi kita untuk kembali kepada Allah, setelah kita mengalami kesesatan dan kesesakan oleh dosa. Tuhan dapat meraja dan lahir dalam diri dan hidup kita, jika kita kembali memurnikan mata hati kita yang telah keruh oleh dosa.
Pertobatan itu ibarat air atau pembersih untuk menghilangkan kotor yang sempat menodai baju kehidupan kita. Kotoran makin menumpuk bila kita tidak secepatnya melakukan pembersihan. Dosa makin membuat hidup kita keruh, bila kita tidak datang untuk menerima perjamuan Kudus untuk mengampuni dosa-dosa kita semua.
Mempersiapkan jalan bagi TUHAN
Mempersiapkan jalan bagi TUHAN bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah. Sedangkan mempersiapkan jalan secara manusia saja kita mengalami kesulitan apalagi mempersiapkan jalan bagi TUHAN. Mempersiapkan jalan di dunia ini mungkin cukup membawa alat-alat berat untuk meratakan semua gunung, bukit dan lain-lain. Tetapi untuk mempersiapkan jalan bagi TUHAN kita perlu meratakan setiap lembah hati yang harus ditimbun, setiap gunung dan bukit hati yang harus diratakan, setiap hati yang berliku-liku yang harus diluruskan, dan setiap hati yang berlekuk-lekuk yang perlu diratakan.
Untuk melakukan pekerjaan yang berat itulah Yohanes menerima “Firman Allah” (ay. 2) sebagai alat untuk mempersiapkan jalan bagi TUHAN. Jika utuk membuka jalan di dunia ini dibutuhkan alat-alat berat, maka untuk mempersiapkan jalan bagi TUHAN dibutuhkan “Firman Allah”.
Kata “firman” dalam ayat 2 ini, dalam bahasa Yunaninya menggunakan istilah RHEMA, bukan LOGOS. Ini dijadikan dasar dari “theologia RHEMA” yang kurang tepat dalam kalangan Kharismatik. Dalam pandangan orang-orang Kharismatik, bahwa kata RHEMA dan LOGOS diartikan sebagai berikut:
Ø LOGOS adalah firman yang bersifat sejarah dan obyektif dan RHEMA adalah firman yang bersifat pribadi dan subyektif.
Ø LOGOS menjadi RHEMA kalau itu berbicara kepadamu.
Ø LOGOS itu bersifat hukum (?) sedangkan RHEMA adalah sesuatu yang dialami.
Ø LOGOS tidak selalu menjadi RHEMA, firman Allah bagimu.
Itulah sebabnya orang Kharismatik sering berkata: “Kalau RHEMAnya turun ...”. Ini berarti bahwa ia mendapat suatu pimpinan dan perintah secara pribadi dari Tuhan, langsung kepada hati dan pikirannya. Dan RHEMA yang turun itu bisa berupa ayat Kitab Suci ataupun tidak.
Dasar Kitab Suci yang dipakai oleh orang-orang Kharismatik: “datanglah firman (RHEMA) Allah kepada Yohanes” (Luk. 3:2; Mrk. 14:72 dan Mat. 26:75; Luk. 24:8 dan Kis 11:16 menggunakan kata RHEMA).
Padahal jika kita teliti lebih dalam ajaran Kharismatik ini tidak konsisten. Jika kita perhatikan Kitab Markus 14:72 dan Matius 26:75 paralel dengan Lukas 22:61, maka kita akan menemukan bahwa dalam Markus 14:72 dan Matius 26:75 menggunakan kata RHEMA, tetapi dalam Kitab Lukas 22:61 ternyata menggunakan LOGOS!
Demikian juga, dalam Lukas 24:8 dan Kisah 11:16 menggunakan kata RHEMA, tetapi dalam Kisah 20:35 menggunakan LOGOS, padahal ketiga ayat ini sama-sama berbicara tentang seseorang yang teringat akan kata-kata Yesus!
Dari contoh-contoh ini terlihat bahwa LOGOS dan RHEMA digunakan secara interchangeable (=bisa dibolak-balik) dan tidak ada batasan yang terlalu jelas antara RHEMA dan LOGOS!
Karena itu membedakan RHEMA dan LOGOS seperti yang dilakukan oleh orang-orang Kharismatik, adalah sesuatu yang tidak berdasar!
Orang-orang Kharismatik berkata bahwa kalau firman itu berbicara kepada kita, maka LOGOS itu berubah menjadi RHEMA. Tetapi dalam Kisah 2:41; 4:4; 8:14; 11:1; 13:48 sekalipun firman itu jelas berbicara kepada orang-orang itu (karena mereka bertobat), tetapi tetap digunakan kata LOGOS dan bukannya RHEMA! Demikian juga 1Petrus 1:23 menggunakan kata LOGOS, padahal firman di sini adalah firman yang melahirbarukan (ini lahir baru dalam arti luas)!
Ajaran yang berkata LOGOS tidak selalu menjadi RHEMA, firman Allah bagimu, jelas sekali berbau ajaran sesat Neo Orthodox, karena ajaran Neo Orthodox juga berkata bahwa kata-kata dalam Kitab Suci hanya menjadi firman Allah kalau berbicara kepada kita.
Ini jelas merupakan ajaran salah dan sesat, karena kita harus percaya bahwa seluruh Kitab Suci adalah firman Allah secara obyektif! Jadi, apakah kita membaca dan mendengarnya atau tidak, mengerti atau tidak, merasa Tuhan berbicara kepada kita atau tidak, mentaati atau tidak, Kitab Suci itu tetap adalah firman Allah!
Kalau Kitab Suci hanya menjadi firman Allah kalau berbicara kepada kita, maka orang-orang yang tidak mau bertobat karena tidak merasa Allah berbicara kepada mereka tidak bersalah karena mereka memang belum pernah mendapatkan firman Allah yang menegur dan memperingati mereka.
Ajaran Kharismatik tentang RHEMA ini berbahaya, karena ini menyebabkan banyak orang lalu mencari RHEMA tersebut dalam hati mereka, sehingga lalu mengabaikan Kitab Suci!
Memang Roh Kudus bisa mengingatkan kita akan Firman Tuhan (Yoh. 14:26), tetapi kalau kita tidak pernah belajar dan mengerti Kitab Suci/Firman Tuhan, maka tidak ada sesuatu yang bisa Ia ingatkan kepada kita! Karena itu, belajar Kitab Suci dengan sungguh-sungguh dan tekun haruslah menjadi prioritas dalam hidup kita untuk mampu bertobat dan mempersiapkan jalan bagi TUHAN.
Pertanyaan kita sekarang adalah apa artinya mempersiapkan jalan bagi Tuhan dalam memasuki masa Advent II ini bagi kita?
Pertama, mempersiapkan jalan bagi TUHAN berarti kita harus melakukan perubahan sikap hati atau bertobat. Keagamaan jangan hanya di permukaan saja tetapi harus mendasar di hati dan disertai ibadah nyata dalam hidup sehari-hari. Bila tidak demikian, maka kapak telah tersedia pada akar pohon dan siap menebang pohon-pohon yang tidak berbuah, sekalipun ia keturunan Abraham dan Yahudi.
Kedua, mempersiapkan jalan bagi TUHAN berarti kita harus melakukan perubahan sikap hidup, dari yang hanya memikirkan diri sendiri menjadi peduli dan memikirkan sesama. Membagikan pakaian pada yang tidak punya dan makanan pada yang kelaparan. Perubahan sikap hidup tidak sama dengan perubahan jabatan/pekerjaan, bila pekerjaan itu pada dasarnya baik.
Ketiga, mempersiapkan jalan bagi TUHAN berarti kita harus menyadari keberadaan diri, tidak meninggikan diri dan belajar menerima serta bertanggung jawab dengan jabatan yang ada. Itulah sebabnya Yohanes Pembaptis berkata, "Aku bukan Mesias, membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak".
RENUNGAN
Apa yang hendak kita renungkan dalam Minggu Advent II ini? Untuk itu, kita harus tahu dulu bagaimana situasi dan kondisi "jalan" yang ada pada kita. Apakah berlubang, bergunung, atau berkelok-kelok? Mari kita lihat jalan-jalan di sekitar kita:
Pertama, bereskan sikap kehidupan keluarga kita. Hubungan suami dengan istri, orangtua dan anak, mertua dan menantu, kakak dan adik dsb. Persiakanlah jalan dengan memperbaiki seluruh hubungan tersebut dengan perubahan sikap hidup dan sikap hati terhadap Suami, istri, anak-anak, orangtua dsb.
Kedua, bereskan sikap keagamaan kita. Apakah kita beragama hanya formalitas saja, sekedar kewajiban menjalankan hukum agama saja?
Ketiga, bereskan sikap pelayanan kita. Apakah kita paham betul apa artinya menjadi pelayan, yang berarti merendahkan diri dan menganggap orang lain lebih utama, lebih penting dan lebih segala-galanya dari pada diri sendiri atau kita melayani dengan arogansi dan kesombongan untuk memerintah sesama?
Keempat, bereskan sikap kita terhadap sesama. Apakah kita selalu curiga dan iri dengki terhadap sesama?
Untuk menyambut Natal dan kedatangan-Nya yang kali kedua, pada masa Advent II ini, Tuhan menghendaki kita untuk mempersipkan jalan bagi-Nya dengan mengadakan perubahan sikap hidup dan hati dalam segala bidang kehidupan kita. Karena jika Ia datang yang kedua, sebagai Hakim maka yang akan Ia lihat bukanlah Saudara Kristen atau keturunan Abraham atau bukan, melainkan apakah ada buah-buah pertobatan dalam hidup kita Karena itu, bertobatlah dan persiapkanlah jalan bagi TUHAN. (rsnh)
Selamat Merayakan Mingugu Advent II!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar