Renungan hari ini:
“AKU HENDAK MENANTI-NANTIKAN TUHAN”
Yesaya 8:17 (TB) "Dan aku hendak menanti-nantikan TUHAN yang menyembunyikan wajah-Nya terhadap kaum keturunan Yakub; aku hendak mengharapkan Dia"
Isaiah 8:17 (NET) "I will wait patiently for the Lord, who has rejected the family of Jacob; I will wait for him"
“Menantikan” memiliki arti: menunggu kedatangan orang atau sesuatu yang akan datang. Menantikan Tuhan adalah menunggu Tuhan. Dalam Bahasa Ibrani kata yang di pakai adalah (chuwl) חוּל yang berarti menunggu dengan sabar. Menantikan TUHAN harus dilakukan dengan tenang dan sabar. Menantikan TUHAN dengan sabar melakukan sesuatu dengan cara TUHAN dan waktu Tuhan.
Yesaya menjalani panggilan pelayanan di saat bangsa Israel jauh dari Tuhan. Bangsa Israel melakukan penyembahan berhala dan meminta petunjuk kepada arwah dan roh peramal (Yes. 8:19). Akibat dosa bangsa Israel ini, Tuhan menutup mata terhadap seruan mereka. Dalam keadaan dunia yang gelap, Yesaya menyembunyikan diri dan mencari wajah Tuhan. Ia sadar bahwa Tuhan tidak berbicara kepada bangsa Israel sehingga Yesaya merendahkan diri, memisahkan dari kehidupan dosa. Yesaya menanti-nantikan Tuhan dan mengharapkan firman-Nya. Tingkat penyembahan yang terdalam adalah memuji TUHAN meski menderita, mengucap syukur selagi dalam pencobaan, berharap kepada-Nya ketika dicobai, berserah diri sementara menderita dan mengasihi TUHAN ketika terasa jauh.
Daud adalah orang yang berkenan di hati TUHAN, hubungannya dengan TUHAN sangat dekat. Namun dia jugalah yang sering merasa TUHAN terasa jauh dan meninggalkannya, misalnya dalam Mazmur 10:1 dia berkata, “Mengapa Engkau berdiri jauh-jauh, ya TUHAN, dan menyembunyikan diri-Mu dalam waktu-waktu kesesakan?” Meskipun ada perasaan demikian, TUHAN sebenarnya tidak meninggalkannya dan juga tidak meninggalkan kita. Janji TUHAN tetap, Aku sekali-kali akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.
Pengujian dan pendewasaan persahabatan dengan TUHAN terjadi ketika TUHAN terasa jauh. Hal tersebut kadang bisa terjadi berkali-kali dalam kehidupan kita. Doa-doa kita terkadang membentur langit-langit. Ayub pernah mengalami ini dan Dia berkata, “Sesungguhnya, kalau aku berjalan ke timur, Ia tidak di sana; atau ke barat, tidak kudapati Dia; di utara kucari Dia, Ia tidak tampak, aku berpaling ke selatan, aku tidak melihat Dia. Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas (Ayb. 23:8-10).
Banyak orang Kristen yang menyembah TUHAN hanya untuk mencari pengalaman dan bukan mencari TUHAN. Mereka mencari perasaan dan ketika mendapatkannya mereka merasa telah menyembah TUHAN, Namun yang harus kita ketahui, kemahahadiran TUHAN dan perwujudan kehadiran-Nya adalah hal yang berbeda. TUHAN selalu ada, meski kita tidak menyadari-Nya dan kehadiran-Nya terlalu dahsyat untuk dapat diukur dengan emosi kita.
TUHAN ingin agar kita mempercayai kehadiran-Nya daripada merasakan-Nya, TUHAN ingin kita memiliki Iman. Level tertinggi dalam beribadah ialah tetap memuliakan Tuhan ketika kita sakit, bersyukur kepada Tuhan selama masa pencobaan, percaya kepada Tuhan ketika kita bergumul dengan godaan, berserah kepada Tuhan di tengah penderitaan dan tetap mengasihi Tuhan ketika Dia terasa jutaan mil jauhnya. Karena itu, tetaplah menanti TUHAN walau kita berada dalam masa sukar dan menderita. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar