Renungan hari ini:
“SEGALA KESALEHAN KAMI SEPERTI KAIN KOTOR”
Yesaya 64:6 (TB) "Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin"
Isaiah 64:6 (NET) "We are all like one who is unclean, all our so-called righteous acts are like a menstrual rag in your sight. We all wither like a leaf; our sins carry us away like the wind"
Perhatikan bahwa yang mengatakan kata-kata ini adalah Yesaya, seorang nabi, yang jelas sungguh-sungguh beriman. Perhatikan juga bahwa Yesaya tidak mengatakan “segala dosa kami seperti kain kotor”. Ia juga tidak mengatakan “sebagian kesalehan kami seperti kain kotor”. Ia mengatakan “segala kesalehan kami seperti kain kotor”.
Kalau segala kesalehan kita digambarkan seperti “kain kotor” di hadapan Allah, bagaimana dengan dosa kita? Untuk itu mari kita membaca Yehezkiel 36:17, “‘Hai anak manusia, waktu kaum Israel tinggal di tanah mereka, mereka menajiskannya dengan tingkah laku mereka; kelakuan mereka sama seperti cemar kain di hadapanKu”. Dosa dan kejahatan kita digambarkan seperti “cemar kain”. Apakah “cemar kain” itu? “Cemar kain” itu adalah kenajisan bulanan dari seorang perempuan (mensturasi).
Kitab Suci menggambarkan kesalehan kita seperti kain kotor, dan menggambarkan dosa dan kejahatan kita seperti cairan yang dikeluarkan oleh seorang perempuan pada saat mengalami datang bulan!
Sebenarnya untuk memahami nas hari ini lebuh dalam kita harus membaca ayat 5 yang mengatakan: “Engkau menyongsong mereka yang melakukan yang benar dan yang mengingat jalan yang Kautunjukkan! Sesungguhnya, Engkau ini murka, sebab kami berdosa; terhadap Engkau kami memberontak sejak dahulu kala”.
Yesaya menjelaskan bahwa TUHAN menyongsong mereka yang melakukan yang benar. Dalam frasa ini menyatakan bahwa Allah menyongsong mereka yang melakukan yang benar. Secara Etimologi kata dalam teks ini perlu di bahas mengenai istilah benar. Istilah benar (Ibrani: tsedeq) artinya: rightness, righteousness (Benar dan Kebenaran).
Pertanyaannya adalah apakah dalam perikop tersebut penulis mengakui bahwa ada yang melakukan Kebenaran tersebut? Sama sekali tidak. Perhatikan frasa selanjutnya: “Engkau ini murka sebab kami berdosa” dan “Terhadap Engkau kami memberontak”. Dan Yesaya menggunakan kalimat “sejak dahulu kala”. Istilah kami, merupakan suatu sifat representative dari semua orang bahkan dari sejak dahulu kala. Yesaya tidak mengatakan “Mereka” tetapi “Kami”. Yesaya mengakui bahwa mereka adalah orang yang berdosa atau memberontak kepada Allah.
Lalu mengapa ada frasa “mereka yang melakukan yang benar”? Kalimat ini merupakan tuntutan Allah untuk semua manusia agar hidup dalam keberadaan BENAR. Namun realitanya, Yesaya mengakui bahwa mereka justru adalah berdosa dan pemberontak. Dan hal ini diteguhkan oleh Rasul Paulus dalam Roma 3:23, Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. Bahkan dalam Rm 3:10 seperti ada tertulis: “Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. Hal ini sangat jelas bahwa dalam hal Kebenaran, baik Yesaya dan Paulus menyatakan bahwa realita tidak ada yang benar.
Dalam ayat 6, Yesaya menyimpulkan bahwa kesalehan mereka seperti kain kotor. Apakah mereka tidak pernah melakukan perbuatan moral yang benar? Pasti pernah! Tetapi standart Allah dalam hal kebenaran, layak disamakan dengan kain kotor (Kain Lap). Jadi sangat Jelas bahwa meskipun ada kalimat dalam ayat 5 yang mengatakan “ALLAH menyongsong mereka yang melakukan yang benar”, namun realitanya dalam konteks sama sekali mereka mengakui bahwa justru mereka adalah orang yang berdosa layak dimurkai.
Perlu dipahami berdasarkan ayat 5 dan 6 serta disinkronkan dengan Roma 3:10 dan Roma 3:23 membuktikan bahwa sama sekali tidak ada satu orangpun yang benar-benar melakukan apa yang dituntut Allah sebagai suatu Kebenaran berdasarkan standart Allah. Lalu pertanyaannya, bagaimana kita memenuhi tuntutan Allah itu? Satu-satunya jalan adalah Yesus Kristus harus menggenapi tuntutan Allah supaya Kebenaran tersebut dianugerahkan kepada kita yaitu Kebenaran yang dianugerahkan oleh Allah berdasarkan kepercayaan dan iman. Hal ini dinyatakan oleh Rasul Paulus dalam Filipi 3:9, “Dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan”. Kita tidak bisa mencapai kebenaran. Sebab kebenaran itu diberikan oleh Allah, bukan berdasarkan ketaatan pada Hukum Taurat (Hukum Sipil, Hukum Ceremonial dan Hukum Moral), melainkan berdasarkan iman. Karena itu, teruslah beriman kepada Yesus agar kita dibenarkan-Nya. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar