KOTBAH MINGGU XII SETELAH TRINITATIS
Minggu, 22 Agustus 2021
“ORANG BENAR DI HADAPAN TUHAN”
(HALAK NA SINTONG DI JOLO NI DEBATA)
Kotbah: Mazmur 34:12-18 Bacaan: Roma 12:17-21
Kita telah memasuki Minggu 12 Setelah Trinitatis. Tema yang akan kita renungkan adalah “Orang Benar di Hadapan TUHAN”. Sebagai orang benar tentu kita akan memiliki karakter, gaya hidup, pola tingkah laku, tata krama yang sesuai dengan kehendak TUHAN. Orang benar tentu sikap hidupnya menghasilkan kebaikan dan membawa dampak positif bagi semua orang.
Minimal ada tiga hal yang Daud ingin sampaikan agar kita dapat benar di hadapan TUHAN.
Pertama, jaga perkataan kita dari segala ucapan yang jahat dan hal-hal yang tidak benar (ay. 14). Lidah adalah anggota tubuh kita yang sangat rentan untuk berbuat dosa (Yak. 3:5-6). Kita mungkin tidak mencuri, kita mungkin tidak membunuh, kita mungkin tidak berzinah, tetapi melalui perkataan kita, kita bisa mengutuk orang atau mengucapkan kata-kata yang tidak pantas kepada orang lain. Itu pun sama saja hukumnya dengan berbuat dosa (Mat. 5:21-22). Bahkan jika kita sudah terbiasa mengucapkan kata-kata dusta, hal tersebut pun dapat menjadi suatu kebiasaan yang jika tidak segera dihentikan, akan merusak diri kita sendiri. Kita akan menjadi orang yang tidak dapat dipercayai, dan juga akan merusak “image” orang Kristen (orang percaya) dimana orang lain akan menganggap bahwa orang Kristen di mana-mana juga sama penipunya.
Salah satu permasalahan yang sedang terjadi di dunia akhir-akhir ini adalah banyak orang cenderung lebih suka berbicara daripada mendengar: sedikit-sedikit melakukan protes, sedikit-sedikit berkomentar, sedikit-sedikit berdebat, sedikit-sedikit mengkritik, sedikit-sedikit mencela, memaki atau berkata kasar tanpa memperdulikan perasaan orang lain. Intinya, orang lebih senang berbicara tanpa mau belajar untuk mendengar orang lain. Ada tertulis: "Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya" (Ams. 18:21). Berhati-hatilah! Lidah menentukan banyak dalam hidup manusia, dan sebagian besar persoalan dalam kehidupan rumah tangga/keluarga, masyarakat, gereja dan bahkan suatu bangsa seringkali dimulai dari lidah.
Dari awal Tuhan menciptakan manusia dengan satu mulut dan dua telinga dengan tujuan supaya manusia lebih banyak mendengar dari pada berbicara, bukan sebaliknya. Maka penting sekali menjaga lidah atau perkataan kita. Orang yang takut akan Tuhan bukan hanya akan mampu menjaga hati dan pikiran, tetapi juga lidahnya. Kalau berbicara, perkataannya pasti mendatangkan berkat, damai sejahtera, menguatkan, memberi semangat dan memberkati orang yang mendengarnya. Sebaliknya orang yang tidak bisa menjaga lidahnya dan suka menggemakannya, di mana pun pasti tidak disukai orang dan memiliki banyak musuh, karena lidahnya "...seperti pisau cukur yang diasah," (Mzm. 52:4), sehingga banyak orang terluka karenanya, bahkan bisa menjadi senjata makan tuan.
Tuhan menghendaki kita untuk banyak mendengar! "Hai anakku, perhatikanlah hikmatku, arahkanlah telingamu kepada kepandaian yang kuajarkan, supaya engkau berpegang pada kebijaksanaan dan bibirmu memelihara pengetahuan" (Ams. 5:1-2). Dengan mengarahkan telinga kepada nasihat, ajaran, saran atau hal-hal positif dan terutama sekali mendengar firman Tuhan, maka bukan hanya pengetahuan, kebijaksanaan dan kepandaian yang semakin ditambahkan, tapi juga berkat-berkat Tuhan semakin dinyatakan dalam hidup kita.
Kedua, menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik (ay. 15a). Ini tentu saja adalah suatu hukum yang berlaku umum. Setiap agama atau ajaran pasti mengajarkan orang untuk menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik, kecuali mungkin beberapa ajaran-ajaran ekstrem yang mengajarkan untuk membunuh orang lain yang tidak sepaham dengan kita. Walaupun demikian, satu hal yang mungkin kita harus ingat adalah bahwa hal-hal yang jahat itu pastilah enak untuk dilakukan, sedangkan hal-hal baik biasanya lebih sulit untuk dilakukan. Walaupun demikian, sebagai salah satu syarat untuk dapat menyukai hidup, kita harus belajar untuk boleh melakukan hal baik yang berkenan kepada Tuhan.
Ketiga, berusaha mencari perdamaian (ay. 15b). Tentu saja hidup kita tidak akan tenang jika kita memiliki banyak musuh. Oleh karena itu, carilah perdamaian dengan orang-orang yang ada di sekitar kita. Contoh paling mudah adalah keluarga kita sendiri. Jangan sampai kita justru tidak pernah hidup rukun dan damai dengan keluarga kita sendiri (misal suami dengan isteri, orang tua dengan anak, saudara dengan saudara, dan lain sebagainya). Jika keluarga saja tidak damai, bagaimana kita bisa damai dengan orang lain? Dengan jemaat di gereja kita? Bahkan dengan orang-orang yang memusuhi kita? Ingat bahwa kita juga punya tugas untuk menjadi pembawa damai di dunia ini.
Tiga hal di atas adalah tiga hal sederhana yang dapat membuat kita menjadi orang benar di hadapan TUHAN menurut pemazmur. Bukan berarti hidup di dunia ini adalah segala-galanya, karena kita juga harus menyiapkan diri kita untuk hidup kekal di surga kelak. Tetapi bagaimanapun juga kita boleh hidup di dunia ini adalah karena anugerah Tuhan, oleh karena itu jangan sia-siakan hidup kita di dunia ini. Isi hidup kita dengan hal-hal yang positif, yang dapat membuat kita semakin berkenan di hadapan Tuhan.
RENUNGAN
Apa yang perlu kita renungkan melalui kotbah dalam Minggu ini? Pemazmur menuliskan “mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar” merujuk pada pembenaran kita di hadapan TUHAN. Dalam Roma 3:23-24 menyatakan bahwa “semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma oleh karena penebusan dalam Kristus Yesus.” Perjanjian Baru menegaskan bahwa status “orang benar” terkait erat dengan pembenaran yang dikerjakan Kristus di kayu salib. Oleh karena itu, jika kita berkata bahwa kita adalah pengikut Kristus, apa pun pergumulan kita hari ini, tidak akan dapat meniadakan perhatian kasih dari Tuhan, sebab jemaat-Nya adalah “orang benar” oleh Tuhan Yesus.
“Mata Tuhan tertuju kepada orang benar” adalah ungkapan yang menyatakan pengakuan iman dari orang percaya. Jelas sekali dari keseluruhan rangkaian Mazmur 34, ketika Daud menuliskan “mata Tuhan tertuju kepada orang benar” ia mengakui secara tulus bahwa di tengah-tengah kesusahannya pasti ada Tuhan.Maka, tema ini bukan sekedar barisan kalimat indah dalam rangkaian syair dari puisi, tetapi juga merupakan pengakuan iman Daud bahwa Tuhan berdaulat.Sudah tentu, pengakuan iman ini sungguh dihayati dan dialami dalam kehidupan mengiring Tuhan (lih. ay. 1-5). Dalam terang Firman Tuhan, teks ini adalah ajaran bagi orang percaya untuk sungguh-sungguh menaruh iman kepada Tuhan dan juga mengungkapkan iman kepercayaannya di setiap keadaan di dalam kehidupan sehari-hari.
“Mata Tuhan tertuju kepada orang benar” adalah ungkapan pengalaman iman orang percaya. Jika kita mengamati perjalanan kehidupan dari Daud, baik ketika ia masih menjadi gembala domba, berhadapan dengan Goliat, hingga terhindar dari upaya pembunuhan oleh Raja Saul, tampak bahwa ungkapan “mata Tuhan tertuju kepada orang benar” adalah kesaksian Daud dari pengalaman kehidupannya, bahwa perhatian kasih dari Tuhan serta imannya kepada Tuhan bukan sekedar kata-kata, tetapi dialami dalam hidup Daud.Bagi Daud, kebaikan Tuhan yang nyata dalam kehidupannya tidak hanya menjadi renungan pribadi, tetapi kesaksian untuk meneguhkan iman pengharapan orang lain (lih. ay. 3, 10, 12). Karena itu, marilah kita berjuang menjadi orang benar di hadapan TUHAN sampai akhir hidup kita. (rsnh)
Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar