Renungan hari ini:
“MENERIMA HORMAT DARI TUHAN BUKAN DARI MANUSIA”
Yohanes 5:44 (TB) "Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu yang menerima hormat seorang dari yang lain dan yang tidak mencari hormat yang datang dari Allah yang Esa?
John 5:44 (NET) How can you believe, if you accept praise from one another and dont seek the praise that comes from the only God?
Manusia memiliki kebutuhan akan penghargaan dan rasa hormat. Hal ini berkaitan dengan status, atensi dan reputasi. Tidak heran kalau ada orang-orang yang menjadi tersinggung dan marah jika apa yang dilakukannya tidak dihargai. Yesus dalam keberadaan-Nya sebagai manusia tidak memerlukan hormat dari manusia (ay. 41). Dia melayani dan berbuat baik kepada manusia karena kasih dan karena melakukan kehendak Allah Bapa di sorga.
Ketika Dia menyembuhkan seorang yang lumpuh 38 tahun pada hari Sabat, tidak ada penghargaan atau penghormatan yang Dia terima, sebaliknya orang-orang Yahudi malah berusaha menganiaya Dia (ay. 15-16), tetapi Dia tidak berhenti melayani dan berbuat baik sampai tugas-Nya selesai di dunia ini. Yesus tahu bahwa Dia datang dari Allah karena itu Dia tidak membutuhkan pengakuan manusia apalagi pengakuan dari orang-orang yang tidak mempunyai kasih akan Allah (ay. 42). Kasih akan Allah itulah yang membedakan Yesus dengan orang-orang Yahudi pada zaman itu.
Pembicaraan tentang “hormat” atau “kemuliaan” di dalam kehidupan manusia merupakan salah satu bagian yang penting, apalagi dalam kebudayaan Timur sangat mementingkan “hormat” ini. Kita seringkali mengaitkan kebutuhan untuk dihormati dengan dignitas diri. Orang mencari hormat dengan berbagai macam sarana; dan sarana ini mungkin sebetulnya bukan tujuangoal dalam kehidupannya, hanya semata untuk bisa mendapatkan hormat dari orang lain. Orang mencari kekayaan karena dia pikir dengan kekayaanlah dia akan mendapatkan hormat dari manusia (sesamanya). Mungkin juga bukan soal kekayaan, orang seringkali juga pasang “status” begini begitu di facebook untuk bisa lebih mendapatkan hormat dari orang lain (kalau zaman dulu pasang foto sedang jabat tangan dengan presiden atau jendral ini itu di ruang tamu). Kita mengaitkan “hormat” dengan dignitas atau kewibawaan, bahkan mungkin juga dengan identitas; lalu di sini kita membaca Yesus yang adalah manusia sempurna, manusia sejati sama seperti kita, mengatakan kalimat: “Aku tidak memerlukan hormat dari manusia” (ay. 41).
Dalam hal ini kembali ditekankan, ada banyak kalimat yang dikatakan Yesus yang kita bisa menghayatinya dari perspektif kemanusiaan-Nya, bukan hanya dari perspektif keilahian-Nya. Maksudnya begini, akan jadi alasan/dalih yang tidak berguna kalau kita tafsir: Ya, pastilahYesus tidak memerlukan hormat dari manusia karena Dia sendiri Tuhan; tapi kita ini manusia, kita perlu itu. Tafsiran seperti ini yang keliru. Justru yang mau dikatakan adalah: karena Yesus –yang adalah manusia sejati– tidak memerlukan hormat dari manusia, maka kita sebagai manusia harusnya mengikuti Yesus, yang adalah manusia juga. Ini aplikasi langsung. Dalam bagian lain Yesus mengatakan “Barangsiapa melayani Aku, dia dihormati oleh Bapa”. Sama dengan itu, Yesus tidak memerlukan hormat dari manusia karena Dia sendiri bukan mencari hormat itu dari manusia, melainkan mendapatkannya dari Bapa-Nya. Kehormatan yang diberikan Bapa kepada Sang Anak itu cukup, bukan kehormatan yang masih perlu ditambah-tambahkan oleh manusia.
Apa yang hendak kita pelajari dari nas hari ini? Ada dua hal yang hendak kita pelajari dari nas hari ini, yakni:
Pertama, jangan merusak iman dan kepercayaan kita kepada Allah. Kalimat “bagaimana kamu dapat percaya” artinya, ini menghalangi kepercayaan kita kepada Allah, merusak iman, yaitu waktu kita gila hormat satu dengan yang lain. Kita menerima hormat seorang dari yang lain, kita mencari hormat bagi diri kita sendiri dari manusia bukan dari Allah yang Esa, dan kita menikmati kehidupan seperti itu. Itu yang membuat kepercayaan kita rusak. Di dalam kebudayaan kita, ada banyak hal kita ditekan dari atas lalu mungkin secara tidak sadar kita menekan orang yang di bawah. Orang yang studinya susah sekali, ketika sudah berhasil dia pasang tarif mahal sekali, alasannya “dulu saya disiksa, sekarang giliran saya menyiksa orang lain”. Inilah konsep dunia tentang keadilan (fairness). Tapi Kekristenan tidak bicara konsep keadilan seperti ini. Kekristenan bicara asimetri, artinya: saya belajar untuk menghormati Tuhan dan sesama, tapi saya tidak mencari hormat dari manusia. Kalau kita kerja di perusahan ditekan dari atas tapi kita masih bisa baik dan tidak menyalah-gunakan kuasa kepada karyawan yang di bawah, maka kita betul-betul orang Kristen, asimetri, tidak mengikuti teorinya dunia. Kita akan rusak iman kepercayaannya kalau kita menghidupi kehidupan yang saling mencari dan menerima hormat satu dari yang lain, sesama manusia; dan akhirnya masuk pada like and dislike, “barangsiapa menghormati saya, saya akan menghormati dia; yang kurang menghormati, saya jadi kurang senang kepada dia”.
Dalam Kitab Ester, ada Haman yang kepadanya semua orang hormat, hanya satu orang tidak hormat yaitu Mordekhai. Haman jadi sebel sekali pada Mordekhai, “ini orang kurang ajar, semua orang hormati saya cuma Mordekhai satu-satunya yang tidak; apa dia tidak tahu saya siapa!” Kita tidak akan mendapati gambaran seperti ini di dalam pribadi Yesus, adanya di dalam diri Haman, orang jahat yang akhirnya dibinasakan Tuhan itu. Itulah kehidupan orang duniawi. Tapi, berapa banyak dalam kehidupan kita –termasuk orang-orang Kristen– juga menghidupi kehidupan yang mencari hormat seperti ini? Akhirnya kita jadi tidak bebas melayani Tuhan, cuma mencari mukanya sendiri, melayani wajahnya sendiri.
Kedua, hormati dan muliakanlah Allah sepanjang hidup kita. “Mencari hormat yang datang dari Allah yang Esa”, inilah integritas, karena Allah itu tidak terlihat. Allah membalas mereka yang melakukan di tempat-tempat yang tidak diketahui orang, yang mencari hormat dari Allah yang Esa. Di sini ada penyaliban daging, karena waktu melakukannya, daging kita sakit. Tapi tidak apa, biarkan sakit, karena bukankah sudah dipaku di atas kayu salib bersama dengan Kristus, bahkan kalau perlu –dan memang harus– mati sekalian. Mencari hormat yang datang dari Allah yang Esa saja seperti dalam kehidupan Yesus, bukan berarti kita menolak semua orang yang menghormati kita, tapi intinya bukan motivasi kita untuk mencari hormat dari manusia. Dan barulah di situ kita bisa memiliki iman kepercayaan yang benar, karena tadi Yesus mengatakan “bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu yang menerima hormat seorang dari yang lain dan yang tidak mencari hormat yang datang dari Allah yang Esa?”
Pemimpin-pemimpin agama juga rentan dengan hal ini. Saudara dan saya pun rentan. Waktu orang mulai pelayanan, gampang sekali menghayati ketidak-layakan. Tapi setelah lama dalam pelayanan, bisa bergeser, kehilangan perasaan ketidak-layakan lalu jadi mengejar hormat, dan mulai masuk dalam gambaran “saya layak dihormati” karena sudah ada track record-nya –track record kesetiaan, track record pelayanan– lalu pelan-pelan jadi sombong tanpa sadar. Menurut ayat ini, hal itu merusak iman kita. Apa aplikasinya kalau kita betul-betul menerapkan ayat ini dalam kehidupan kita –“mancari hormat dari Allah yang Esa”– termasuk waktu bergumul memilih studi ataupun waktu kita bekerja? Yaitu bukan mengejar bagian-bagian yang dihormati manusia tapi mencari hormat yang datang dari Allah. Karena itu, marilah berusaha menghormati Allah yang Esa di sepanjang hidup kita. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar