Renungan hari ini:
“HARTA DALAM BEJANA TANAH LIAT”
2 Korintus 4:7 (TB) "Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami"
2 Corinthians 4:7 (NET) "But we have this treasure in clay jars, so that the extraordinary power belongs to God and does not come from us"
Harta biasanya identik dengan benda fisik yang harus disimpan dalam sebuah tempat. Paulus mencoba mengatakan bahwa harta yang kita punyai itu tersimpan dalam bejana tanah liat. Hal ini menggambarkan bahwa harta kita itu memiliki keterbatasan dalam menyimpannya. Tanah liat itu mudah rapuh dan pecah. Harta yang kita simpan di tanah liat akan berpotensi pecah dan hancur. Artinya, harta yang kita miliki dari duni ini hanya bersifat sementara karena bisa hilang dan lenyap.
Paulus hendak menyatakan bahwa jika harta dunia yang disimpan dalam bejana akan lenyap, maka kita memiliki suatu “harta rohani” yang luar biasa, yaitu keselamatan yang dianugerahkan Tuhan melalui Yesus Kristus, yang harus Paulus beritakan kepada orang-orang yang belum mengenal keselamatan itu. Walaupun harta rohani tersebut tidak ternilai dengan apapun juga, namun harta rohani tersebut tidak ditempatkan pada wadah yang bagus dan mahal, melainkan hanya ditempatkan pada bejana tanah liat saja (ay. 7a). Yang dimaksud Paulus dalam hal ini adalah bahwa keselamatan yang luar biasa berharga itu tidak dipercayakan kepada orang-orang yang hebat atau kepada malaikat-malaikat Tuhan yang bersinar, tetapi justru dipercayakan kepada Paulus, seorang biasa yang justru memiliki masa lalu yang kelam sebagai penganiaya jemaat (Flp. 3:6).
Namun, Paulus menyatakan bahwa ketika Tuhan memilih Paulus untuk menjadi pembawa keselamatan bagi bangsa-bangsa, hal tersebut hanya dapat terjadi karena anugerah dari Tuhan semata. Hanya karena anugerah Tuhan saja, Paulus dapat diberikan kekuatan yang luar biasa untuk menyampaikan kabar baik tersebut (ay. 7b). Dalam ayat-ayat selanjutnya, Paulus menceritakan tantangan yang dialaminya dalam memberitakan injil, yaitu ditindas, dianiaya, dihempaskan, bahkan habis akal. Akan tetapi Tuhan selalu memberikan kekuatan kepada Paulus sehingga mereka pun dapat melewati tantangan demi tantangan yang terjadi (ay. 8-9).
Apa yang membuat Paulus dapat menghadapi keadaan yang sangat sukar sekalipun? Tidak bukan dan tidak lain adalah karena Paulus memiliki Yesus di dalam tubuhnya (ay. 10). Paulus membawa kematian Yesus (ay. 10a), yang dapat diartikan bahwa Paulus juga meneladani bagaimana penderitaan yang ditanggung Yesus, sehingga dalam keadaan yang sulit pun, Paulus dapat mengerti bagaimana penderitaan yang dulu ditanggung Yesus untuk menyelamatkan manusia (ay. 11). Paulus juga membawa kehidupan Yesus, yang dapat diartikan bahwa walaupun ada penderitaan yang harus dialami, tetapi kebangkitan Yesus membawa kita memiliki pengharapan akan upah yang besar di surga kelak (ay. 10b). Satu hal lagi yang membuat Paulus mampu menghadapi keadaan yang sukar adalah karena kasih yang dimiliki Paulus kepada jemaat-jemaat Tuhan (ay. 12). Tidak mengapa bagi Paulus ketika ia harus menderita, asalkan semakin banyak orang dapat mendengar kabar keselamatan, dan orang-orang yang telah percaya juga semakin bertumbuh dalam iman mereka.
Bagaimana dengan kita? Mungkin ada dari kita yang masih menjadi orang Kristen yang biasa-biasa saja? Hal tersebut berarti kita tidak menyadari potensi yang ada dalam diri kita. Tuhan telah meletakkan “harta rohani” di dalam tiap-tiap kita, Tuhan pun telah memberikan kita karunia dan talenta yang dapat kita gunakan untuk melayani Tuhan. Sudahkah kita menggunakannya? Dan bagi kita yang telah mengambil bagian dalam pelayanan, sudahkah kita menghayati esensi pelayanan? Pelayanan bukan berarti kita mengambil tempat duduk paling depan sehingga orang lain dapat melihat kita. Pelayanan seharusnya berarti bahwa kita memberikan yang terbaik kepada Tuhan karena Tuhan lebih dulu memberi yang terbaik kepada kita. Jika Paulus saja berkata bahwa ia hanyalah “bejana tanah” yang tidak kelihatan menarik di mata manusia, masakan kita justru berlomba-lomba menghias “bejana luar” kita tapi tidak peduli terhadap harta rohani yang ada di dalam? Kita melayani bukan untuk dipuji orang dan dengan demikian mengambil kemuliaan Allah, tetapi kita melayani untuk memuliakan Allah dan supaya orang lain pun dapat memuliakan Allah. Karena itu, simpanlah harta kita yang paling berharga yakni harta rohani agar kita beroleh keselamatan kekal. (rsnh)
Selamat berakhir pekan dan besok kita beribadah kepada TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar