KOTBAH MINGGU KANTATE
Minggu, 02 Mei 2021
“SEGALA YANG BERNAFAS MEMUJI TUHAN”
Kotbah: Mazmur 150:1-6 Bacaan: Wahyu 15:1-4
Minggu ini kita akan memasuki Minggu Kantate, artinya nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan (Mzm. 98:1). Dalam Minggu ini kita akan membahas tema “Segala yang Bernafas Memuji TUHAN”. Ajakan pemazmur agar segala yang bernafas memuji TUHAN diungkapkannya dalam Mazmur 150 ini. Mazmur 150 ini sebagai Mazmur yang terakhir dari kitab Mazmur sekaligus penutup Mazmur Haleluya (146-150). Mazmur ini dibuka dan ditutup dengan seruan “Haleluya”. Seruan untuk memuji Tuhan bukan karena Tuhan ingin dipuji-puji seperti kita manusia yang senang kalau mendapat pujian, disanjung atau yang senang kalau diangkat-angkat orang lain, tetapi memuji Tuhan adalah ungkapan iman, refleksi iman kita yang terdalam atas berkat, kebaikan, kemuliaan dan kasih Tuhan yang besar dalam kehidupan kita. Bahwa pada akhirnya, semua perenungan kita tentang pengalaman hidup kita dan juga perbuatan besar Tuhan, kita akan menyerukan “haleluya, Pujilah Tuhan”.
Ada beberapa hal yang heidak kita pelajari dari Mazmur 150 ini, yakni:
Pertama, di mana kita memuji Tuhan? Tentu kita bisa memuji TUHAN di dalam tempat kudus-Nya dan di dalam cakrawala-Nya yang kuat. Tempat yang kudus dan cakrawala yang kuat bisa merujuk pada tempat kemuliaan Allah di sorga, tetapi yang disebut dengan memuji Tuhan tempat yang kudus tentu tidak hanya merujuk hanya pada suatu tempat bahwa pujian kepada Tuhan hanya terjadi di sorga. Sebab pujian kepada Tuhan tidak terbatas oleh tempat, di Mazmur 148 dikatakan bahwa tempat memuji Tuhan adalah di sorga dan di bumi. Disorga malaikat dan bala tentara Tuhan memuji nama Tuhan, tetapi di bumi semua ciptaanNya memuji nama Tuhan.
Maka pujian kita kepada Tuhan tidaklah dibatasi oleh tempat, di Gereja kita memuji Tuhan bersama dengan orang-orang yang dikuduskan oleh Tuhan, di rumah kita memuji Tuhan bersama dengan keluarga yang telah dikuduskan oleh Tuhan, kita memuji Tuhan di tempat pekerjaan yang dikuduskan oleh Tuhan, di dalam diri kita juga tempat memuji Tuhan bersama dengan tubuh roh dan jiwa kita yang juga telah dikuduskan oleh Tuhan.
Kedua, mengapa kita memuji Tuhan? Kita memuji Tuhan karena keperkasaan dan kebesaran Tuhan yang hebat. Apa itu? Di Mazmur 103 sangat jelas diterangkan kepada kita:
- Dia yang mengampuni segala kesalahanmu
- Dia yang menyembuhkan segala penyakitmu
- Dia yang menebus hidupmu dari lobang kubur
- Dia yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat
- Dia yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan
Maka tidak ada alasan untuk tidak memuji Tuhan, Dia adalah Tuhan yang besar dan perkasa yang memberkati hidup kita ini dengan berkat rohani dan jasmani.
Ketiga, bagaimana kita memuji Tuhan? Kita memuji Tuhan dengan alat musik (sangkakala, gambus, rebana, kecapi, seruling) dan tarian bukan artinya bahwa cara kita memuji Tuhan itu hanya dengan musik. Tidak semua orang dapat memainkan musik, tidak semua orang dapat bernyanyi dengan suara yang indah. Namun yang hendak disampaikan kepada kita bahwa kita tidak diam, pasif, tidak berbuat apa-apa, tetapi ada respon kita atas perbuatan Tuhan yang besar dalam hidup kita.
Perbuatan Tuhan yang besar jika kita padukan dengan sikap kita menerima firman Tuhan maka akan terciptalah irama yang indah. Seperti perpaduan musik dan tarian, kita juga akan memadukan firman Tuhan dengan sikap dan perbuatan kita, sehingga akan tercipta hidup yang memuji Tuhan. Hidup yang memuji Tuhan bukan dengan perkataan, tetapi adalah dengan perbuatan sebagai buah dari iman kita atas kasih dan kebesaran Tuhan. Ada sukacita menyambut dan melakukan firman Tuhan.
Keempat, siapa yang memuji Tuhan? Yaitu “segala yang bernafas”. Seluruh yang diciptakan oleh Tuhan patut untuk tunduk mengakui keberadaannya sebagai ciptaan Tuhan dengan memujiNya. Seperti ciptaan Tuhan yang lainnya yang memuji Tuhan, terlebih kita manusia yang dikasihiNya, patutlah kita memuji Tuhan yang telah mengasihi kita dan yang memberikan nyawaNya bagi keselamatan kita.
Selama Tuhan masih memberikan nafas kehidupan bagi kita, apapun keadaannya tetaplah kita memuji Tuhan tanpa henti-hentinya. Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak memuji Tuhan, sebab Tuhan masih tetap memberikan kita nafas kehidupan bagi kita.
Setiap saat kita akan selalu menyanyikan nyanyian baru bagi Tuhan, sebab rahmat dan kasih setia Tuhan senantiasa baru dalam kehidupan kita, seperti nafas kehidupan yang selalu baru kita hirup setiap saat. Setiap saat dan setiap keadaan kita akan selalu memuji Tuhan sebab kehidupan yang kita jalani adalah seperti mengikuti irama lagu, ada saatnya terdengar suara yang datar, terkadang lambat laun semakin tinggi dan kadang semakin rendah, terkadang lagi ada hentakan keras dan ada pula yang tiba-tiba lembut. Semuanya itu terpadu dan menciptakan nada yang indah.
Jika kita boleh mengikuti irama kehidupan kita hingga saat ini, tentulah kita pasti akan merasakan hal yang demikian. Terkadang kita menjalani kehidupan yang biasa saja, tiba-tiba bisa muncul masalah yang semakin lama semakin memuncak, namun di lain kesempatan kita juga merasakan masalah itu semakin hari semakin reda dan dapat teratasi. Tiba-tiba kita dapat merasakan sukacita dan bisa juga tiba-tiba kita merasakan dukacita. Itu adalah irama kehidupan yang sedang kita jalani, tetapi jika kita mau menerima itu semua adalah bahagian dari kehidupan maka kita akan menikmatinya layaknya menikmati lagu kesukaan, sehingga kita senantiasa dapat memuji Tuhan, karena Tuhan akan memakai suka dan duka untuk kebaikan kita.
Di dalam Perjanjian Baru, ada berbagai contoh pujian yang diberikan pada Yesus. Matius 21:16 membahas mereka yang memuji Yesus ketika Ia menumpang di atas keledai sambil memasuki Yerusalem. Matius 8:2 merekam seorang penderita penyakit kusta yang menunduk di kaki Yesus. Di dalam Matius 28:17 para murid Yesus menyembah Yesus setelah kebangkitan-Nya. Yesus menerima pujian mereka sebagai Allah.
Gereja mula-mula sering mengadakan puji-pujian. Sebagai contoh, gereja pertama di Yerusalem mengadakan fokus pada ibadah bersama (Kis. 2:42-43). Banyak surat-surat Paulus yang memuat pujian Tuhan yang cukup panjang (1 Tim. 3:14-16; Flp. 1:3-11). Di akhirat, semua umat Allah akan bergabung memuji Allah selamanya (Why. 22:3). Dengan kutukan dosa tercabut, mereka yang berada dengan Tuhan akan memuji Dia dalam kesempurnaan. Mungkin sekali memuji Allah di dunia ini hanya sebuah persiapan untuk pesta pujian yang agung dan kekal ketika kita sudah pulang ke pangkuan Bapa di surga. Karena itu, Marilah terus memuji TUHAN di dalam kehidupan kita. (rsnh)
Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar