Renungan hari ini:
“MATI DENGAN KRISTUS”
Roma 6:8 (TB) "Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia"
Romans 6:8 (NET) "Now if we died with Christ, we believe that we will also live with him"
“Mati dengan Kristus” kita terima saat kita menerima baptisan kudus. Ketika kita dibaptiskan ke dalam nama Allah Bapa, Anak-Nya Yesus Kristus dan Roh Kudus, sebenarnya kita sudah mati dengan Kristus.Artinya, baptisan adalah lambang kematian. Orang yang dibaptis harus berani berkomitmen untuk meninggalkan semua perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Komitmen tersebut menunjukkan kesediaan mati bersama dengan Tuhan Yesus, mati terhadap dosa dan kesenangan dunia. Adapun kata “kebangkitan” dalam pasal ini (Rm. 6) lebih menunjuk kepada kehidupan baru yang dijalani sekarang di bumi, bukan nanti di balik kubur.
Orang percaya harus memandang bahwa dirinya sudah mati bersama dengan Yesus di kayu salib,selanjutnya selalu hidup dalam kesadaran dan penghayatan bahwa dirinya sudah hidup dalam kehidupan yang baru. Kehidupan baru tidak diberikan secara mistis, spektakuler dan adikodrati (di luar kodrat). Kehidupan yang baru terjadi atau berlangsung ketika seseorang bersedia berkomitmen dengan tekad bulat meninggalkan cara hidupnya yang lama. Kemudian berjuang untuk mengenakan manusia baru yang terus menerus diperbaharui. Terkait dengan hal ini Paulus juga mengatakan agar kita sendiri yang menanggalkan manusia lama kita (Ef. 4:21-23). Bukan Tuhan yang menanggalkan, tetapi kita. Roh Kudus menolong kita untuk ini dalam proses yang bertahap dalam perjalanan waktu, bukan sesuatu yang instan; bukan sekejap dan otomatis. Sepanjang hidup kita adalah perjalanan perjuangan untuk terus menerus mengalami perubahan.
Dalam hal ini setiap orang percaya harus mengerti risiko sebagai orang percaya yang mengaku menerima Yesus sebagai Juruselamat. Percaya kepada Tuhan Yesus berarti masuk dalam kematian bersama dengan Yesus, agar juga mengalami kebangkitan dalam hidup yang baru. Hidup baru bukan hanya ditandai dengan hal-hal lahiriah seperti beragama Kristen (bagi yang tadinya belum Kristen), pergi ke gereja (yang tadinya tidak rajin ke gereja), menjadi aktivis gereja (bagi mereka yang tadinya tidak aktif dalam kegiatan gereja) dan menjadi pejabat gereja (yang tadinya bukan pejabat gereja). Hidup baru artinya perubahan seluruh perilaku dalam segala hal, dimulai dari sikap batiniahnya kemudian akan memancar atau terekspresi dalam semua tindakan yang kelihatan. Kalau hidup baru hanya ditandai dengan hal-hal lahiriah, maka keselamatan yang benar belum atau tidak berlangsung atau tidak terjadi dalam kehidupan seseorang.
Sikap batiniah yang harus dimiliki orang percaya adalah komitmen untuk hidup tidak bercacat dan tidak bercela, sebuah kehidupan yang berbeda sama sekali dengan yang sudah dijalani. Harus ditegaskan bahwa tidak ada kebangkitan (mengalami hidup baru) tanpa kematian. Hal ini bukan terjadi secara mistis, artinya tidak terjadi karena mukjizat atau suatu fenomena yang spektakuler, tetapi berlangsung dalam kesadaran setiap individu yang dimulai dari komitmen pribadi. Bukan sesuatu yang berlangsung di luar kesadaran dan niat manusia itu sendiri. Harus diperhatikan, jika sesuatu terkait dengan hati atau pikiran, Tuhan tidak akan berintervensi. Pikiran dan hati manusia adalah wilayah manusia yang otonomi atau independen (mandiri). Manusia menjadi tuan atau majikan atas dirinya sendiri, tetapi kemudian apakah ia mau menyerahkannya kepada kehendak Allah atau kehendaknya sendiri, tergantung masing-masing individu.
Kesadaran dan penghayatan bahwa kita telah mati bersama dengan Tuhan Yesus meneguhkan bahwa manusia lama kita disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar kita jangan menghambakan diri lagi kepada dosa (Rm. 6:6, Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa).
Kata “tahu” dalam teks Roma 6:6 adalah ginosko (γινώσκω), yang artinya mengetahui berdasarkan pengalaman konkret (knowing by experiencing). Jadi, pengetahuan mengenai kematian bersama Tuhan bukanlah sekadar perenungan dari sebuah kajian teologi atau paparan sebuah pengajaran, tetapi dari pengalaman riil yang dialami orang percaya yang serius memasuki proses kematiannya. Hal ini membawa seseorang pada pengalaman hilangnya kuasa dosa dalam tubuhnya. Terkait dengan hal ini kita menemukan banyak orang Kristen - bahkan teolog yang memiliki pengetahuan mengenai Alkitab, cakap berdebat dan berkhotbah - tetapi tidak mematikan kedagingannya, sehingga tidak mengetahui hidup Kekristenan yang sejati. Mereka tidak pernah mengalami kematian bersama dengan Tuhan, kematian terhadap dosa dan hidup dalam hidup yang baru. Mereka bisa berkhotbah mengenai kelahiran baru, tetapi mereka tidak pernah mengalaminya. Karena itu, matilah dengan Kristus agar kita memeroleh hidup yang kekal. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar