Renungan hari ini:
“JANGAN SEMBUNYIKAN WAJAHMU TUHAN”
Mazmur 102:3 (TB) "Janganlah sembunyikan wajah-Mu terhadap aku pada hari aku tersesak. Sendengkanlah telinga-Mu kepadaku; pada hari aku berseru, segeralah menjawab aku!"
Psalms 102:2 (NET) "Do not ignore me in my time of trouble! Listen to me! When I call out to you, quickly answer me!"
Peryataan pemazmur ini agar TUHAN tidak menyembunyikan wajah-Nya kepadanya menunjukkan keadaan hidupnya yang sedang mengalami pergumulan yang berat. Pemazmur hendak menggambarkan kepada kita bagaimana pergumulan imannya tat kala sedang menghadapi pergumulan hidup yang sungguh membebani dirinya. Itulah sebabnya Mazmur 102 ini berbicara tentang iman dan harapan yang dirajut di dalam penderitaan. Di tengah penderitaan orang harus tetap memiliki iman dan harapan dan tidak boleh kehilangan mereka. Orang beriman dan yang penuh harapan menerima penderitaannya sebagai bagian dari imannya bahkan merupakan cara untuk memuliakan keagungan Tuhan. Dengan demikian penderitaan bukan halangan untuk beriman maupun memuliakan Tuhan, malahan penderitaan mengantar diri kepada jalan purifikasi, jalan kematangan, jalan harapan dan jalan iman. Kata Paulus: Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan (Rm. 5: 3).
Di dalam penderitaan, iman dan harapan bersatu melekat seperti dua sisi dari sebuah mata uang. Iman melahirkan harapan dan harapan kiranya menjadi pegangan dan kekuatan dalam menghadapi penderitaan. Penderitaan dalam terang iman menjadi sumber dan sekolah harapan. Penderitaan, dalam terang harapan juga menjadi sumber dan sekolah iman. Jadi, iman adalah harapan dan harapan adalah iman. Kenyataan ini terukir jelas di dalam penderitaan si pemazmur. Dia mempunyai iman dan harapan yang besar.
Maka, iman dan harapan yang terukir di dalam penderitaan meniupkan kesetiaan untuk memuji Tuhan. Kesetiaan kepada Tuhan menjadi ganjaran tidak hanya bagi dirinya tetapi juga bagi orang lain. Penderitaan yang disatukan dengan iman dan harapan menjadi silih untuk diri sendiri dan sesama. Ia menjadi pelayan iman dan harapan bagi orang lain. Di dalam Kristus, iman dan harapan orang Kristen merupakan iman dan harapan bagi sesama, bagi dunia dan bukan melulu untuk diri sendiri. Harapan orang Kristen selalu menjadi harapan sesama; iman orang Kristen selalu menjadi iman semua orang. Berkat iman dan harapan, dunia selalu terbuka kepada Tuhan. Tidak diragukan lagi bahwa mereka yang memiliki iman dan harapan seperti pemazmur adalah hamba Tuhan yang setia. Mereka akan selalu berada di kediaman-Nya dan selalu bersama di dalam keabadian-Nya.
Bapa Gereja Agustinus memberi judul Mazmur 102 dengan “Lihatlah, dia yang menderita berdoa”. Penderitaan mengantar dan mendorong orang untuk berdoa. Di dalam doa, Tuhan mendengarkan segala permohonan dan keluh kesah yang ada di batin baik yang terkatakan maupun yang tak terkatakan. Hanya Tuhanlah yang mengerti dan mendengarkan segala doa secara sempurna. Tetapi juga bahwa TUhan berbicara kepada kita di dalam doa. Di dalam doa pula, manusia belajar memohon sesuatu yang benar kepada Tuhan, belajar meminta sesuatu yang sesuai dan selaras dengan kehendak Tuhan. Ada ketenangan ketika doa dan permohonan sesuai dengan kehendak-nya. Doa yang benar selalu memuat doa personal dan doa umum: doa yang ditujukan bagi orang lain, bagi segala yang ada. Mengapa demikian? Karena pergulatan yang ada, persoalan yang melanda dunia juga persoalan dan penderitaan bagi dirinya. Gereja mendoakan persoalan dunia dan yang terjadi melalui doa umat. Dengan demikian doa merupakan sumber dan tempat utama harapan dan iman.
Penderitaan yang dialami orang beriman sebenarnya juga adalah bagian dari kasih Tuhan. Maka: Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? (Rm. 8:35). Penderitaan memiliki artinya karena salib Yesus. Sebab salib-Nya membawa kepada kebangkitan-Nya sehingga penderitaan adalah jalan menuju kebangkitan bersama Kristus. Penderitaan tidak dapat dipisahkan dari hidup dari orang yang beriman. Melalui penderitaan, orang beriman mengambil dan terlibat pula di dalam penderitaan Yesus sehingga penderitaannya menjadi satu dengan penderitaan Yesus. Orang beriman menerima penderitaannya sebagai cinta kehidupan bersama Kristus. Yesus kristus telah menderita untuk kita dan bersama kita.
Kalau si pemazmur di tengah penderitaannya mendoakan pembangunan Zion, Yesus di atas penderitaan-Nya di kayu salib mendoakan mereka yang menyalibkan-Nya. Di atas salib ia menjadi harapan baru bagi segala bangsa karena ia membangun dunia baru dan memberikan hukum yang baru yaitu dunia kasih, hukum kasih. Zion baru adalah Yesus Kristus karena salib-Nya menunjukkan dan membuktikan karya kasih agung Tuhan bagi segala ciptaan. Karena itu, walau kita mengalami penderitaan TUHAN bukan menyembunyikan wajha-Nya kepada kita tetapi Ia bersama kita untuk menolong kita. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar