Minggu, 14 Maret 2021
“KASIH KARUNIA ALLAH YANG MENGHIDUPKAN”
Kotbah: Efesus 2:1-10 Bacaan: Bilangan 21:4-9
Minggu ini kita memasuki Minggu Letare (bersukacitalah senantiasa bersama-sama Yerusalem – Yes. 60:10a). Dalam memasuki dan menjalani minggu ini kita akan dikuatkan dan diarahkan Firman Tuhan dengan tema “Kasih Karunia ALLAH yang Menghidupkan”. Manusia berdosa sejatinya akan menuju kematian dan kebinasaan kekal. Manusia tidak mampu untuk memperoleh hidup yang kekal baik dari usahanya sendiri, melalui kebaikannya, atau melalui perbuatannya sendiri.
Dalam perikope kotbah Minggu ini kita akan belajar bagaimana manusia berdosa mendapatkan kehidupan yang kekal itu hanya oleh kasih karunia ALLAH semata.
Apa yang hendak kita pelajari dari perikope kotbah Minggu Letare ini agar kita bisa bersukacita senantiasa bersama-sama Yerusalem?
Pertama, kita sadar bahwa manusia mati dalam dosa dan pelanggarannya (ay. 1). Kata “mati” di ayat ini dipahami oleh sebagian orang Kristen sebagai keadaan di mana manusia tidak mampu sama sekali meresponi anugerah keselamatan. Sehingga menurut mereka, harus ada campur tangan Tuhan secara sepihak untuk “menghidupkan”manusia atau menyelamatkannya. Tanpa intervensi Tuhan secara sepihak dan secara penuh maka manusia tidak dapat menerima keselamatan.
Kata “mati” dalam ayat ini adalah keadaan tidak mencapai standar kesucian Alah. Untuk mengalami “dihidupkan bersama dengan Kristus,” bukan karena dipilih dan ditetapkan atau ditentukan secara sepihak untuk selamat masuk surga, tetapi harus merespon anugerah Allah, bertumbuh agar sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus. Untuk itu harus merespon anugerah keselamatan dengan memanfaatkan fasilitas keselamatan -yaitu Roh Kudus, Injil, dan penggarapan melalui segala peristiwa- agar mencapai standar menjadi manusia sesuai rancangan Allah semula.Dalam hal ini, dihidupkan bersama Kristus artinya memiliki kehidupan yang berstandar Kristus agar dapat dimuliakan bersama-sama dengan Dia.
Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat melihat ciri-ciri orang yang mati secara rohani:
· Tidak menghargai hal-hal yang rohani (1Kor. 2:14).
· Tidak kenal Allah dan hidup jauh dari persekutuan dengan Allah (Ef. 4:17-18).
· Aktif berbuat dosa, karena mereka tidak peduli kepada Firman Tuhan yang adalah hal rohani.
Kedua, manusia diperbudak oleh dosa (ay. 2). Dalam Alkitab Indonesia, pada ayat 2a terdapat 2 kata kerja yaitu: “mengikuti” dan “mentaati”. Seharusnya hanya ada 1 kata kerja dan terjemahan hurufiahnya adalah “berjalan” yang menunjukkan suatu gaya hidup dan kebiasaan. Jadi, ini menunjukkan bahwa manusia itu sudah begitu terbiasa berbuat dosa, atau dengan kata lain manusia itu diperbudak oleh dosa.
Juga, kata-kata “orang-orang durhaka” pada akhir ayat 2, seharusnya adalah “anak-anak ketidaktaatan”. Manusia disebut demikian karena mereka selalu tidak taat, mereka terus berdosa. Mereka adalah hamba dosa dan tidak bisa berbuat baik (Yoh. 8:34 Rm. 8:7-8). Dalam Lukas 6:33, seolah-olah Tuhan Yesus mengajar bahwa manusia bisa berbuat baik, tetapi yang dimaksudkan adalah perbuatan baik secara lahiriah. Tetapi dalam arti yang sesungguhnya manusia (yang belum bertobat) tidak bisa berbuat baik.
Ketiga, manusia ada di bawah murka dan hukuman Allah (ay. 3). Orang-orang yang harus dimurkai adalah adalah “anak-anak kemurkaan” dan ini menunjukkan bahwa manusia itu ada di bawah murka Allah. Jadi, manusia bukannya ada pada posisi “netral”. Dia ada di bawah murka Allah, dan kalau ia meneruskan hidupnya, tanpa ada pertobatan (percaya kepada Yesus), otomatis ia akan masuk ke neraka.
Ketiga hal tersebut di atas adalah keadaan alamiah manusia sebagai keturunan Adam. Ini ditunjukkan oleh kata-kata “Pada dasarnya” (ay. 3), yang seharusnya adalah “by nature” (= secara alamiah). Jadi, bayi yang baru lahirpun sudah ada dalam keadaan seperti itu.
Ketiga hal itu mencakup semua orang. Dalam ayat 1-2 Paulus menggunakan kata “kamu” (orang Efesus = non Yahudi). Dalam ayat 3 Paulus berkata “kami” (orang Yahudi). Dan dalam ayat 3 bagian akhir Paulus berkata “mereka yang lain”. Ini seharusnya adalah “sisanya”. Jadi, dari semua ini jelaslah bahwa ketiga hal itu merupakan keadaan dari semua manusia.
Dalam ayat 1-3 Paulus mengajak orang-orang Efesus untuk mengingat keadaan mereka dahulu. Hal ini kelihatannya bertentangan dengan apa yang Paulus katakan pada Filipi 3:13-14. Tetapi sebetulnya 2 hal itu tidak bertentangan. Kita harus melupakan masa lalu hanya kalau hal itu menghambat kemajuan iman kita. Tapi kalau kita ingat keadaaan kita dahulu (sebagai orang berdosa), itu justru bisa mendorong kita untuk lebih maju. Itu bisa menyebabkan kita makin merasakan kasih Allah, juga bisa menyebabkan kita lebih bisa mengampuni orang lain. Jadi mengingat masa lalu yang seperti itu jelas tidak dilarang.
Ketiga hal itu tidak bisa diperbaiki dengan pendidikan, hukum negara, lingkungan yang baik, dsb. Yang bisa mengubahkan adalah kelahiran kembali atau pertobatan yang sejati.
Jika demikian keadaan manusia maka usaha manusia untuk memperoleh kehidupan yang kekal sudah tidak ada kemungkinan. Namun Paulus memberikan kita Kabar Baik. Pada ayat 4-10, Paulus memperlihatkan bagaimana tindakan ALLAH untuk menghidupakan manusia dengan kasih karunia-Nya.
ALLAH mengambil inisiatif untuk memberikan kasih karunia-Nya yang menghidupkan bagi kita. Kata “Tetapi Allah....” (ay. 4) menunjukkan bahwa Allahlah yang mengambil inisiatif pada waktu Ia melihat manusia secara alamiah itu (bdk. Kej. 3:8-9). Allah bertindak untuk memberikan kasih karunia-Nya bagi manusia berdosa, diperbudah dosa dan yang berada di bawah murka ALLAH.
Pertanyaan kita sekarang adalah apakah tindakan kasih karunia ALLAH yang menghidupkan itu bagi kita manusia berdosa?
Pertama, ALLAH memberikan kehidupan bagi kita. Jika kita perhatikan kata “Ia menghidupkan” (ay. 5), “membangkitkan” (ay. 6); ini lebih tepat kalau diterjemahkan “mengangkat”, “memberi tempat di surga” (ay. 6); ini seharusnya adalah “mendudukkan di surga”. Ini semua sama seperti yang dialami oleh Kristus (kebangkitan, kenaikan ke surga, duduk di sebelah kanan Allah).
Kedua, ALLAH menyelamatkan (ay. 5,8). Apa artinya keselamatan? Keselamatan adalah lebih dari sekedar pengampunan. Keselamatan adalah pembebasan dari dosa yang merupakan keadaan manusia secara alamiah.Keselamatan adalah anugerah dan pemberian Allah; ini dinyatakan oleh ayat 8: “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah”. Keselamatan karena kasih karunia oleh iman adalah pemberian dan anugerah Allah. Dijelaskan bahwa kita diselamatkan dari kondisi berdosa hanya karena anugerah Tuhan. Keselamatan yang besar ini adalah pemberian cuma-cuma yang diberikan untuk semua orang. Melalui iman percaya kepada Yesus Kristus, menerima anugerah itu, dan diselamatkan. Barangsiapa ada di dalam Kristus ia adalah ciptaan baru.
2 Korintus 5:17 Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.
Pertayaan terkahir bagi kita adalah mengapa Allah melakukan hal itu?
Pertama, karena “rahmat” (ay. 4), “kasih” (ay. 4), “kasih karunia” (ay. 5,8) dan “kebaikan-Nya” (ay. 7). Semua alasan ini terdapat dalam diri-Nya. Jadi, Ia menyelamatkan bukan karena apa yang ada pada kita (misalnya: kebaikan, dsb).
Kedua, untuk menunjukkan kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah- limpah (ay. 7). “Pada masa yang akan datang” (ay. 7) bukan berarti nanti di surga, tetapi juga sekarang waktu kita masih hidup.
Ketiga, supaya kita berbuat baik (ay. 10). Pekerjaan baik itu sudah dipersiapkan Allah sebelumnya dan Ia ingin supaya kita “hidup” (terj. hurufiahnya “berjalan”) di dalamnya.
RENUNGAN
Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.
Kita dilahirkan kembali adalah anugerah di mana kita bisa bertobat, terima Tuhan Yesus dan dibaptis. Hal ini bukan hanya supaya jika mati masuk surga tetapi ada tujuan Allah menyelamatkan kita. Setelah dibaptis kita masih melanjutkan hidup. Selama menjalani hidup baru kita tidak hanya menunggu kapan Tuhan akan panggil pulang tetapi hidup untuk melakukan pekerjaan baik yang dipersiapkan Allah sebelumnya yaitu sebelum dunia dijadikan, dalam kekekalan.
Jika Tuhan masih memberikan kesempatan kepada kita sampai saat ini untuk menjalani kehidupan, gunakanlah itu untuk melakukan pekerjaan yang Allah sudah rancangkan dalam hidup kita. (rsnh)
Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar