Minggu, 21 Maret 2021
Kotbah: Ibrani 5:5-10 Bacaan: Yeremia 31:31-34
Minggu ini kita memasuki Minggu Judika artinya Berilah keadilan bagiku, ya Allah – Luluhon ahu ale Jahowa (Mzm. 43:1a). Dalam memasuki dan menjalani minggu ini kita akan dikuatkan dan diarahkan Firman Tuhan dengan tema “Kristus Pokok Keselamatan”. Setelah membaca perikope ini dengan cermat maka kita akan menumkan kata kunci tema ini terdapat dalam ayat 9. Dalam ayat 9 dikatakan bahwa sesudah Yesus mencapai kesempurnaan-Nya, maka Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi orang yang taat kepada-Nya. Tentu akan timbul pertanyaan kita kapan Yesus mencapai kesempurnaan-Nya? Dan apa artinya menjadi pokok keselamatan?
Pertama, kapan Yesus mencapai kesempurnaan-Nya? Jika kita mau menjawab pertanyaan ini, kita harus mengerti betul kata yang digunakan dalam bahasa aslinya (bahasa Yunani), yaitu kata “teleios” (τέλειος). Kata “teleios” diartikan sebagai “mencapai akhir, lengkap, utuh, sempurna”. Dengan demikian, kita dapat lebih memahami bahwa Yesus tidak dapat dikatakan sempurna ketika Ia baru lahir di dunia ini, melainkan baru dapat dikatakan sempurna ketika Ia telah dapat membuktikan bahwa hidup-Nya telah sempurna, yaitu ketika Ia menunjukkan kehidupan yang tak bercacat dan tak bercela, ketika Ia menunjukkan ketaatan-Nya dan kesetiaan-Nya kepada kehendak Bapa, hingga Ia mati di atas kayu salib. Perhatikan bahwa salah satu ucapan terakhir Yesus Kristus adalah “sudah selesai” (selesai = tetelestai) yang menunjukkan bahwa Ia telah mencapai kesempurnaan hidup di dunia ini ketika ia telah taat sampai mati di atas kayu salib (Flp. 2:8)
Kedua, apa artinya menjadi pokok keselamatan? Perlu dipahami bahwa kata “pokok” dalam bahasa aslinya menggunakan kata “aitios” (αἴτιος). Kata “aitios” diartikan sebagai penulis atau penggubah (author/composer).Seorang penggubah (biasanya dalam hal musik, dalam hal ini misalnya musik klasik) adalah seorang yang menciptakan komposisi musik (nada-nada lagu), dan menulisnya dalam bentuk notasi musik (not balok atau not angka), sehingga orang lain yang membaca notasi musik tersebut dapat memainkan komposisi musik tersebut dengan sempurna sesuai dengan yang dimaksud oleh sang penggubah.
Jadi jelas bahwa Tuhan Yesus telah menjadi sempurna melalui ketaatan-Nya yang luar biasa terhadap kehendak Allah Bapa, hingga kematian-Nya di atas kayu salib. Dan melalui kesempurnaan-Nya tersebut, Tuhan Yesus meninggalkan suatu “notasi musik” yang harus kita ikuti dengan seksama, supaya hidup kita juga boleh menjadi sempurna sama seperti Tuhan Yesus telah menjadi sempurna di hadapan Allah Bapa. Agama lain diluar kekristenan tidak mengenal hal ini karena mereka tidak mengakui Tuhan Yesus telah berjuang untuk hidup sempurna (dan telah mencapai kesempurnaan-Nya), sehingga mereka tidak memiliki model atau pokok keselamatan yang harus mereka teladani. Sebaliknya, kekristenan memiliki Yesus Kristus sebagai pokok keselamatan yang membuat kita juga dimungkinkan diselamatkan, yaitu dikembalikan kepada rancangan semula.
Keselamatan hanya ada di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Dalam hal ini kita perlu mengenal pribadi Yesus Kristus dengan lebih mendalam, melalui Firman-Nya dan melalui persekutuan pribadi dengan diri-Nya sendiri. Yesus Kristus telah menyelesaikan pekerjaan-Nya di dunia ini dengan sempurna dan menjadi pokok keselamatan bagi kita.Selanjutnya bagian kita adalah untuk menjalani hidup seperti Tuhan Yesus hidup, sehingga kita juga boleh mengambil bagian dalam keselamatan yang direncanakan Allah bagi setiap orang yang mau percaya kepada-Nya.
Timbul pertanyaan kita sekarang apakah yang kita teladani dari Yesus sebagai pokok keselamatan bagi kita? Penulis Ibrani memberikan beberapa hal yang harus kita teladani dari kehidupan Yesus sebagai pokok keselamatan bagi kita, yakni:
Pertama, Yesus tidak memuliakan diri-Nya sendiri dengan menjadi Imam Besar (ay. 5). Sejatinya, Rasul Paulus menyatakan, bahwa tidak seorang pun yang mengambil kehormatan itu bagi dirinya sendiri. Karena ia dipanggil untuk melakukan kewajiban itu oleh Allah yang bertahta di sorga. Hal itu ditetapkan oleh-Nya seperti yang telah terjadi dengan Harun pada zaman dahulu kala.
Maka, demikian jugalah Kristus Yesus, Tuhan kita. Ia, Anak Allah Bapa yang bertakhta di sorga, tidak memuliakan diri-Nya sendiri, walaupun Ia sudah ditetapkan menjadi Imam Besar sejak dari mulanya. Akan tetapi Ia dimuliakan oleh Dia, yaitu Allah Bapa-Nya, yang sudah berfirman kepada-Nya sejak dunia belum dijadikan-Nya dari tiada menjadi ada.
Kedua, Yesus setia berdoa di kala menghadapi penderitaan (ay. 7). Dalam menghadapi penderitaan-Nya, Tuhan Yesus berdoa, bahkan dengan ratap tangis (ay. 7). Yesus sendiri berdoa, apalagi kita ini yang sangat lemah tentunya tidak akan dapat lepas dari doa kepada Tuhan. Ketika kita ada niat untuk berdoa, hal ini menandakan bahwa pergumulan itu pasti dapat kita hadapi. Ketika kita memanjatkan doa kepada Tuhan, maka itu artinya, kita tidak sendiri menghadapi pergumulan itu, tetapi kita bersama dengan Tuhan.
Doa adalah kekuatan dan peneguhan bagi kita, ketika kita memanjatkan doa, maka bukan lagi ketakutan yang menguasai diri kita, tetapi kita akan dikuasai oleh kekuatan dan keyakinan dari Tuhan. Sehingga doa itu tidak hanya sekedar permohonan, namun ketika kita berdoa saat itu juga Tuhan telah memberikan kepada kita kekuatan dan keyakinan untuk dapat menghadapi penderitaan yang kita hadapi.
Ketiga, Yesus taat dalam penderitaan (ay. 8). Walaupun Tuhan Yesus adalah Anak, namun Dia taat dalam penderitaan-Nya (ay. 8). Sebenarnya Dia adalah Tuhan, apa yang tidak dapat dilakukan dalam penderitaan-Nya. Namun Dia taat dalam penderitaan-Nya sampai mati di kayu salib. Hal ini menjadi tiruan yang berharga bagi kita, bagaimana kita dapat meniru ketaatan Tuhan Yesus dalam penderitaan-Nya.
Seperti apapun pahitnya derita dan pergumulan yang kita hadapi, tetaplah kita jalani dengan tidak gentar. Jangan pernah lari dari masalah dan jangan tinggalkan iman percayamu kepada Tuhan.
Keempat, Yesus menerima dengan iman segala sesuatu. Dalam penderitaan-Nya, Tuhan Yesus berdoa agar luput dari maut. Namun apa yang terjadi? Tetap Yesus mati dengan hina di kayu salib. Bisa muncul pertanyaan, “apakah tidak ada kuasa dari doa Tuhan Yesus?” Jika kita melihat dan memahami perbuatan dan kasih Tuhan, bisa saja iman kita goyah bahkan meninggalkan iman kita. Namun kita harus ingat bahwa kita tidak dapat mengukur dan menilai kebesaran perbuatan Tuhan dengan pikiran dan logika kita. Selama kita mempercayakan hidup kepada Tuhan dan tetap taat, walaupun yang terjadi tidak seperti yang kita harapkan dan pikirkan terjadi dalam hidup kita, namun yang Tuhan lakukan adalah yang terbaik bagi kita.
Apakah doa Tuhan Yesus tidak dikabulkan untuk luput dari maut? Dari logika manusia tentu jawabnya “tidak dikabulkan”, namun dari rencana besar Tuhan apa yang terjadi jauh lebih dari situ, lihatlah apa yang terjadi pada hari ketiga setelah kematian-Nya, bukan hanya Tuhan yang hidup tetapi juga memberikan kehidupan bagi setiap orang yang percaya. Demikianlah kita memahami walaupun yang terjadi dalam hidup kita tidak seperti yang kita harapkan, namun Tuhan akan berbuat jauh lebih besar, yang terbaik diberikan-Nya kepada kita.
RENUNGAN
Apa yang kita renungkan pada Minggu Judika ini?
Pertama, keadilan Allah harus kita terima dengan bahagia. Berbahagialah kita yang percaya bahwa Yesus Kristus, Tuhan kita, tidak memuliakan diri-Nya sendiri dengan menjadi Imam Besar, walaupun Ia sudah dipilih dan ditetapkan menjadi Imam Besar untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedeki, karena Dia sudah melimpahkan bagi kita kasih setia dan kasih karunia-Nya yang berkelimpahan.
Kedua, keadilan Allah harus kita lalui dengan doa. Walau banyak rintangan dan lika-liku hidup yang harus kita lalui kita harus melewatinya dengan doa. Saat kita lemah dan berbeban berat kita menyerahkan segala beban kita itu kepada TUHAN melalui doa-doakita.
Ketiga, keadilan Allah harus kita jalani dengan taat. Penderitaan tidak akan berlalu dari kit ajika kita lari daripadanya dan mencari jalan pintas. Yesus tidak mau mencari jalan pintas dan mengelak dari penderitaan-Nya, tetapi Ia menjalani keadilan Allah dengan taat hingga akhir hidup-Nya. Kita pun marilah taat menjalani hidup kita untuk tetap setia kepada TUHAN walaupun ada banyak penderitaan yang sedang kita hadapi. Karena itu, tetaplah menjadikan Yesus sebagai pokok keselamatan bagi hidup kita. (rsnh)
Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar