Renungan hari ini:
MENYAMBUT ANAK KECIL SAMA DENGAN MENYAMBUT YESUS
Markus 9:37 (TB) "Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku"
Mark 9:37 (NET) “Whoever welcomes one of these little children in my name welcomes me, and whoever welcomes me does not welcome me but the one who sent me”
Konteks pernyataan Yesus ini adalah untuk menjawab pertanyaan para murid-Nya, “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?” (Mat. 18:1). Sebagai respon, Yesus “memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku” (Mat. 18:2-5; Mrk. 9:36).
Jadi, ketika para murid-Nya berusaha mencari tahu apa yang membuat seorang “besar” di surga, Yesus memberikan wawasan yang baru: cara untuk “naik” adalah dengan “turun.” Kerendah-hatian disyaratkan (baca Mat. 5:5). Yesus menasihati para murid-Nya (termasuk kita juga) untuk menambahkan kerendahan hati pada iman mereka. Mereka yang dengan sukarela mengambil posisi terendah adalah yang terbesar menurut sudut pandang surgawi. Seorang anak kecil tidak mempunyai ambisi, kesombongan, dan keangkuhan sehingga cocok menjadi teladan bagi kita. Anak kecil pada umumnya rendah hati dan mudah diajar. Mereka tidak cenderung sombong atau munafik. Kerendahan hati adalah kebajikan yang diberkati oleh Allah; sebagaimana diajarkan Yakobus, “Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu” (Yak. 4:10).
Walaupun iman tidak disebut dalam Matius 18:1-5, kita mengetahui bahwa seseorang tidak masuk surga hanya karena rendah hati; melainkan melalui iman dalam Anak Allah. Mungkin iman yang rendah hati dan sederhana dapat disebut sebagai “iman seperti anak kecil.” Ketika Yesus ingin memberkati para anak kecil, Ia berkata, “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya” (Mrk. 10:14-15). Bagaimana cara seorang anak menerima kado? Tentunya dengan keterbukaan, kejujuran, dan kesenangan. Sama-halnya sukacita sejati itu seharusnya menandai iman kita ketika kita menerima karunia Allah melalui Kristus.
Namun, anak kecil mudah ditipu dan disimpangkan. Kadang mereka gagal menyadari kebenaran dan sebaliknya tertarik pada mitos dan khayalan. Bukan itu yang dimaksud oleh iman seperti anak kecil. Yesus meninggikan gambaran iman yang rendah hati dan jujur pada Allah, dan Ia menggunakan kepolosan anak kecil sebagai ilustrasinya. Demi mencontoh iman anak-anak, kita harus mempercayai Allah sebagaimana tertulis dalam Firman-Nya. Sama seperti anak kecil mempercayai ayah jasmani mereka, kita harus percaya bahwa “Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya” (Mat. 7:11).
Kata-kata Yesus ini cukup singkat tetapi maknanya sangat mendalam. Ia memberi contoh para murid bagaimana cara yang baik untuk menyambut-Nya. Dan contoh yang Dia pakai adalah dengan menyambut seorang anak "seperti ini". Perkataan "seperti ini" itu seperti apa? Kita temukan jawaban Yesus yakni: "Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka" (Mrk. 9:46; Mat. 18:2). Jadi, Yesus meminta para murid untuk menyambut-Nya seperti Ia menyambut seorang anak kecil, yakni dengan menempatkannya di tengah-tengah mereka. Kalau Yesus menempatkan seorang anak kecil di tengah, itu artinya Ia menjadikan anak itu sebagai pusat perhatian. Kita bisa mengambil contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari kita. Dalam sebuah keluarga, di mana ada seorang anak kecil, entah itu anak atau cucu, biasanya ia selalu menjadi pusat perhatian. Seorang ibu yang sedang mempunyai anak kecil, biasanya mencurahkan seluruh kasih dan perhatiannya terhadap anaknya itu. Sang bapak pun, begitu pulang kerja juga langsung mencurahkan kasih sayang padanya. Bahkan, kakek dan neneknya juga rela menghabiskan waktunya untuk jadi MC, alias momong cucu yang masih kecil itu. Dengan demikian, menjadi sangat jelas bagi kita: apa artinya menyambut Yesus seperti menyambut anak kecil. Yaitu, kita menjadikan Yesus sebagai pusat hidup dan pusat perhatian kita. Kita boleh sibuk dengan tugas dan pekerjaan kita sehari-hari, tidak dilarang pula untuk beristirahat dan berekreasi, namun kita tetap harus menjadikan Tuhan sebagai pusat dari roda kehidupan kita. Karena itu, sambutlah Yesus bagaikan kita menyambut anak-anak kecil di dalam hidup kita dengan kerendah-hatian. (rsnh)
Selamat memulai karya dalam Minggu ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar