Renungan hari ini:
KRISTUS SETIA MENGEPALAI RUMAH ALLAH
Ibrani 3:6 (TB) “Tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhirnya teguh berpegang pada kepercayaan dan pengharapan yang kita megahkan"
Hebrews 3:6 (NET) "But Christ is faithful as a son over God’s house. We are of his house, if in fact we hold firmly to our confidence and the hope we take pride in”
Untuk memahami tema ini tentu kita sulit mencernanya dengan pembacaan teks hari ini. Namun untuk memudahkan kita memahami tema ini saya akan bacakan bagi kita terjemahan teks dalam Bahasa Indonesia Sehari-hari, yang demikian: “Tetapi Kristus setia sebagai Anak yang bertanggung jawab atas Rumah Allah. Dan kita inilah Rumah Allah, kalau kita tetap bersemangat dan tetap yakin untuk mendapat apa yang kita harapkan” (Ibr. 3:6 BIS).
Dengan membaca teks Bahasa Indonesia sehari-hari ini kita menemukan kata “Rumah Allah”. Dari nas hari ini kita menemukan dua hal penting yang akan kita selidiki bersama, yaitu:
(1) siapakah yang mengepalai Rumah Allah dan,
(2) Siapakah rumah Allah itu, dan maukah dia diatur oleh kepala rumah tersebut?
Poin yang pertama, siapakah orang yang mengepalai Rumah Allah itu? Dalam pericope ini kita menemukan orang yang mengepalai rumah Allah itu, yaitu Musa dan Yesus. Dinyatakan bahwa Musa memimpin dan mengatur bangsa Israel pada waktu mereka dibawa keluar dari Mesir menuju Kanaan. Dijelaskan juga bahwa Tuhan Yesus mendapatkan kemuliaan lebih dari Musa, dan mengepalai sidang jemaat yang merupakan ”rumah-Nya”.
Poin kedua, siapakah rumah Allah itu? Berkaitan dengan poin 2, maka sebagai orang percaya kita semua pasti sudah mengetahui bahwa di hadapan Tuhan, kita disebut “rumah Allah”. “Rumah Allah” itu adalah dirikita sendiri umat percaya kepada Yesus. Firman Tuhan menyatakan bahwa sebagai "rumah Allah”, harus ada yang mengaturnya. Itulah sebabnya dibutuhkan seorang pemimpin yang setia mengepalai dan mengatur Rumah Allah tersebut.
Secara logika, tidak mungkin sebuah rumah ada secara tiba-tiba, mendadak, atau mungkin kita tidak tahu “sejarah”nya. Pasti butuh suatu proses untuk mendirikan sebuah rumah. Mungkin saat kita membeli sebuah rumah atau menyewanya, kita tidak tahu siapa yang membangunnya atau bagaimana rumah itu didirikan. Namun setiap rumah pasti melalui suatu proses tertentu. Rumah tidak “dengan tiba-tiba ada”.
Demikian juga dengan kehidupan manusia sebagai ”Rumah Allah”. Pastilah Tuhan tidak dengan serta-merta mendatangi Musa dan berkata, ”Aku akan mengutus kamu menjadi pemimpin bangsa Israel...” atau ”Hari ini Aku menjadikan kalian Rumah-Ku dan Aku mau tinggal di dalam kalian!” Dibutuhkan suatu proses yang cukup panjang untuk mempersiapkan Musa.
Melalui nas hari ini kita akan melihat perbedaan Musa dengan Yesus dalam hal mengepalai rumah Allah itu.
Pertama, soal pembebasan. Untuk membebaskan dan membawa bangsa Israel keluar dari Mesir, Musa harus melaksanakan proses “Korban Domba Paskah” bersama seluruh umat Israel pada waktu itu. Ini adalah satu syarat “mutlak” yang harus dilakukan! Suatu pengorbanan, domba paskah harus disembelih terlebih dahulu! Inilah “awal” dari proses yang dialami Musa. Ada suatu tanda “darah” (bnd. Ibr. 11:28). Musa membawa bangsa Israel keluar dari Mesir, dengan suatu pengorbanan, tetapi bukan menggunakan darah Musa atau darah orang lain, melainkan darah binatang yang disembelih. Tetapi Yesus telah membebaskan kita dari dosa, bukan menggunakan darah binatang atau darah orang lain, tetapi dengan darah-Nya sendiri melalui korban-Nya di atas kayu salib! (bnd Yoh. 4:42; Kis. 4:10-12)
Kedua, jalan yang dilalui untuk memperoleh keselamatan. Untuk dapat selamat dari kejar-kejaran pasukan Firaun, Musa telah melintasi Laut Merah.. Bangsa Israel selamat, sedangkan orang-orang Mesir tenggelam dan binasa (bnd Ibr. 11:29; 1 Kor. 10:1,2; 1 Pet. 3:21). Musa hanya memimpin mereka melintasi Laut Merah, tapi Yesus adalah Pembaharu Hidup kita melalui kelahiran baru oleh Air dan Firman (bnd Mrk. 16:16; Yoh. 3:3-7; Ef. 5:26).
Ketiga, tujuan keselamatan. Musa memimpin bangsa Israel ke tanah perjanjian, yang secara fisik atau geografis adalah tanah Kanaan, dan itu sesuai dengan perintah Allah pada dirinya. Musa hanya pelayan Allah, karena Allah sendiri yang menentukan arah atau tujuan akhir bangsa Israel pada waktu itu (bnd Kel. 3:8,17). Tetapi Yesus menyelamatkan kita, manusia berdosa, untuk masuk ke dalam Surga! (bnd Ibr. 10:19-21)
Ini menjadi suatu peringatan kepada kita, supaya kita jangan merasa puas dan bangga karena merasa yakin bahwa kita adalah “Rumah Allah”. Masih banyak orang yang belum menjadi “Rumah Allah”! Kita tidak boleh berpangku tangan saja, melainkan harus sungguh-sungguh memberikan Injil Kristus kepada orang-orang lain yang belum diselamatkan. Biarlah kita mau berubah dan taat pada firman-Nya, kepada Yesus Kristus, yang adalah kepala kita, gereja-Nya. Kita harus rela dan bahkan selalu suka memberitakan Firman Hidup ini, agar semakin banyak orang yang boleh diselamatkan dan menjadikan Yesus sebagai kepala dan pimpinan hidup kita. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar