Renungan hari ini:
MATAKU TERTUJU PADA KASIH TUHAN
Mazmur 26:3 (TB) "Sebab mataku tertuju pada kasih setia-Mu, dan aku hidup dalam kebenaran-Mu"
Psalms 26:3 (NET) "For I am ever aware of your faithfulness, and your loyalty continually motivates me”
Mata yang tertuju kepada TUHAN itu merupakan sebuah sikap yang fokus hanya memandang TUHAN dalam perjalanan hidupnya. Walau terkadang harus kita akui bahwa sebaik-baiknya kondisi mata, mata kita memang terbatas kemampuannya dalam melihat. Kita akan kesulitan mengenali orang dari jarak pandang sekitar 100 meter. Kita akan sulit membaca tulisan yang letaknya sudah terlalu jauh dari jarak pandang normal. Belum lagi jika kita mengalami gangguan pada mata. Kacamata plus diperlukan apabila kita kesulitan melihat yang dekat, sebaliknya kacamata minus akan membantu bagi orang yang punya masalah dalam melihat jauh. Apabila ada hal-hal yang membatasi jarak pandang seperti asap, kabut dan sebagainya, maka jarak pandang kita pun akan menurun drastis. Mata kita tidak bisa tembus pandang, kita tidak bisa melihat apa yang ada dibalik sebuah tembok atau tirai dan benda-benda lain yang menyekat pandangan kita. Kita juga tidak bisa melihat masa depan dengan mata kepala sendiri. Kesimpulannya, dengan mata kita memang bisa melihat segala yang ada di bumi dan benda-benda langit sampai batas tertentu, tapi kita tetap tidak mampu melihat segala-galanya karena kemampuannya memang terbatas.
Bagaimana atau kemana mata rohani kita memandang dalam menghadapi sulitnya kehidupan? Seperti halnya mata, kita pun merupakan manusia yang kemampuannya terbatas. Ini akan makin terasa ketika kita berhadapan dengan masalah dalam perjalanan hidup kita. Seringkali dalam himpitan persoalan kita merasa bahwa kita menghadapinya sendirian dan tidak lagi yakin bahwa Tuhan tetap ada bersama kita. Kita mengira bahwa Dia telah meninggalkan kita, atau terlalu sibuk mengurusi orang lain di dunia ini. Mungkin juga kita merasa bahwa Tuhan sudah bosan kepada kita dan memilih untuk membiarkan kita menghadapi masalah sendirian. Atau kita mungkin merasa Tuhan terlalu lama atau bergerak terlalu lambat dalam menolong kita. Bukankah semua ini sering kita rasakan ketika kita merasa terhimpit berbagai kesulitan atau situasi yang berat?
Ada banyak tokoh alkitab yang sempat mengalami hal yang sama seperti itu. Contohnya Daud. Dia pernah berseru: "Berapa lama lagi, TUHAN, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku?" (Mzm. 13:2). Ayub pernah bersikap sinis kepada Tuhan ketika merasa diperlakukan tidak adil. Dan ada banyak lagi contoh yang bisa kita dapat dalam alkitab mengenai perasaan ditinggalkan Tuhan ini. Kita bisa melihat bukan saja kemampuan kita terbatas, tapi daya tahan kita ketika dihimpit masalah pun sama terbatasnya. Lantas apa hubungannya dengan mata? Apa yang ingin saya katakan adalah sebagai berikut. Jika kita mengandalkan pandangan kita yang terbatas ini hanya untuk fokus melihat masalah saja, dalam waktu singkat kita akan patah semangat, kehilangan harapan dan akhirnya menyerah. Sebaliknya jika kita menyadari betapa terbatasnya kemampuan pandangan kita, maka kita seharusnya mengarahkan mata rohani kita ke arah sumber yang tidak terbatas.
Kita harus menjaga diri kita agar tidak terlalu lama dikuasai perasaan kuatir itu. Berhentilah segera untuk mengarahkan pandangan hanya kepada masalah saja, karena seringkali yang kita dapatkan malah kecemasan dan ketakutan yang meningkat dan tidak akan menolong apapun alias tidak memberi solusi apa-apa. Pandangan kita yang terbatas ini tidak lagi bisa diandalkan ketika beratnya masalah sudah mencapai titik tertentu. Dan itu saatnya untuk mengarahkan pandangan kita kepada Tuhan yang tidak terbatas.
Mari kita kembali pada Daud. Meski Daud sempat goyah dan merasa seolah-olah Tuhan melupakannya, menganggap Tuhan menyembunyikan wajah-Nya dari Daud, namun Daud tidak mau berlama-lama membiarkan perasaannya tercemari oleh pikiran seperti itu. Ia tahu kemana ia harus mengarahkan pandangannya. Lihat bagaimana Daud segera merespon kekuatirannya. "Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu. Aku mau menyanyi untuk TUHAN, karena Ia telah berbuat baik kepadaku" (Mzm. 13:6a-6b). Bagaimana ini mungkin terjadi padahal baru saja ia mengeluh karena merasa Tuhan telah meninggalkannya? Itu dimungkinkan karena Daud mengarahkan pandangannya ke arah yang benar. Bukan ke arah masalah, tapi ke arah Tuhan. Dari mana kita tahu? Lihatlah ayat berikut ini: "Sebab mataku tertuju pada kasih setia-Mu, dan aku hidup dalam kebenaran-Mu" (Mzm. 26:3).
Sesungguhnya Tuhan tidak pernah meninggalkan kita seperti apa yang sudah Dia janjikan. Dia tidak akan pernah merasa bosan, Dia akan selalu punya waktu untuk kita. Tuhan tidak pernah jauh dari kita masing-masing (Kis. 17:27). ALLAH tidak pernah jauh dari kita. Jika kita mau mengambil waktu dengan rajin untuk membaca Kitab Suci, maka kita akan menemukan begitu banyak gambaran indah tentang penyertaan Tuhan yang dicatat dalam Kitab Suci. Karena itu, fokuslah memandang TUHAN sebab kemana mata kita memandang akan sangat menentukan bagaimana jalannya hidup kita. (rsnh)
Selamat berakhir pekan dan besok beribadah kepada TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar