Renungan hari ini:
MEMENGGAL KEPALA YOHANES
Matius 14:10 (TB) "Disuruhnya memenggal kepala Yohanes di penjara"
Matthew 14:10 (NET) "So he sent and had John beheaded in the prison”
Resiko sebuah keyakinan bisa saja mengalami kematian. Artinya, orang yang berjalan dalam kebenaran akan mengalami banyak rintangan dan tantangan termasuk mengalami kematian. Nas hari ini merupakan pelajaran yang sangat penting untuk kita semua, sebuah pelajaran tentang keberanian mengungkapkan kebenaran, tentang seorang Yohanes Pembaptis yang memiliki integritas pribadi yang tak meragukan samasekali.
Herodes mengagumi Yohanes Pembaptis. Raja ini merasa tertarik pada kesucian Yohanes dan dia senang juga mendengarkan dia. Namun demikian, Herodes tidak pernah menanggapi seruan Yohanes Pembaptis agar dia bertobat. Kelekatan kuat Herodes pada harta-kekayaan, kekuasaan dan status mematahkan setiap hasrat yang muncul dalam dirinya untuk meluruskan hubungannya dengan Allah. Akhirnya, pada pesta perjamuan ulang tahunnya dia terjebak oleh nafsunya sendiri yang menggelora karena tarian eksotis puteri tirinya. Gengsinya (raja ini manusia ja-im) mencegahnya untuk melanggar sumpahnya di depan puteri tirinya seusai menari, sebuah ucapan sumpah yang memang terasa bodoh itu. Dasar sok ja-im raja ini! Herodes mengatakan kepada puteri tirinya itu: “Mintalah apa saja yang kauingini, maka akan kuberikan kepadamu! Apa saja yang kauminta akan kuberikan kepadamu, sekalipun setengah dari kerajaanku!” (Mrk. 6:22,23). Dan permintaan putri tirinya adalah untuk memenggal kepala Yohanes. Dengan demikian Herodes pun dengan terpaksa memerintahkan algojo untuk memenggal kepala Yohanes Pembaptis, sesuai permintaan puteri tirinya, yang dalam tradisi dikenal dengan nama Salome itu.
Dalam banyak hal, tanggapan Herodes terhadap seruan Yohanes Pembaptis mencirikan reaksi sejumlah orang terhadap seruan Yesus. Mereka tertarik pada Yesus dan menemukan bagian-bagian dari ajaran-Nya atau berbagai mukjizat dan tanda-heran yang diperbuat-Nya sebagai hal-hal yang menarik sekali. Namun seruan Yesus agar mereka meninggalkan kehidupan penuh dosa, dan menyerahkan hidup mereka kepada Allah masih terasa sangat berat untuk diikuti. Jadi, mereka tidak pernah menerima undangan Yesus untuk menjadi murid-murid-Nya. Bahkan kita yang telah memutuskan untuk mengikuti-Nya pun masih mengalami pergolakan dan konflik batin. Kita ingin menjadi murid-murid-Nya, namun kadang-kadang terasa seakan Dia menuntut terlalu banyak dari kita. Seperti Herodes, kita pun menjadi objek dari dua kekuatan yang saling tarik-menarik. Kita pun seringkali tidak dapat lepas dari pergumulan pribadi yang melibatkan pertempuran spiritual.
Apa yang dapat kita lakukan bila kita mengalami konflik dalam hati kita? Langkah pertama adalah membuat telinga rohani kita jernih dalam mendengarkan suara-suara dalam batin kita. Suara si Jahat itu licin terselubung, namun dapat dikenali. Dia memunculkan dengan jelas perintah-perintah Allah ketika perintah-perintah tersebut terasa tidak menyenangkan kita; dia memberikan pembenaran-pembenaran yang diperlukan bagi kita untuk membuat suatu kekecualian terhadap kehendak Allah dalam kasus kita (Misalnya: “Kamu sesungguhnya tidak perlu mengampuni saudaramu yang telah membuatmu susah itu”). Akan tetapi suara Roh Kudus selalu mendorong kita untuk memilih jalan pendamaian (rekonsiliasi) dan penyembuhan serta mendorong terciptanya kesejahteraan orang-orang lain, walaupun pada awalnya menyakitkan kita.
Kita dapat memproklamasikan kebenaran-kebenaran iman untuk melawan kebohongan-kebohongan Iblis (Misalnya: “Aku tahu bahwa kalau aku mengampuni, maka dosa-dosaku pun akan diampuni. Aku mungkin tidak mempunyai kuasa untuk mengampuni, tetapi Kristus dalam diriku cukup berkuasa untuk mengampuniku sekarang juga!”). Kebenaran-kebenaran iman itu juga dapat kita ungkapkan seturut teladan Yesus pada waktu dicoba oleh Iblis di padang gurun, khususnya seperti yang terdapat dalam Injil Lukas (Luk. 4:1-13). Setiap godaan dari si Jahat dapat kita patahkan dengan dengan ayat-ayat Kitab Suci: “Ada tertulis: Jika jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu” (Mat. 6:14-15).
Herodes adalah seorang pengagum-jarak-jauh Yohanes Pembaptis yang akhirnya bertanggung jawab atas kematian orang yang dikaguminya. Kita tidak perlu seperti Herodes: kita mengagumi Yesus dari kejauhan juga, karena tidak sanggup mengambil sikap positif terhadap panggilan Yesus kepada kita untuk menjadi murid-murid-Nya. Kita hanya perlu mendengarkan Roh Kudus selagi Dia berbicara melalui batin kita, agar kita dapat mengetahui jalan mana yang harus kita tempuh. Karena itu, marilah kita mohon kepada Roh Kudus untuk membimbing kita dan memberdayakan kita untuk sepenuhnya mematuhi kehendak Allah. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar