KOTBAH MINGGU PENTAKOSTA 1
Minggu, 31 Mei 2020
“ROH YANG MENUNTUN”
Kotbah: Yesaya 63:11-14 Bacaan: Galatia 5:16-26
Hari ini kita merayakan Hari Raya “Pentakosta”. Hari Raya ini adalah Hari Raya Kelima dalam Kekristenan setelah Natal, Jumat Agung, Paskah dan Kenaikan Tuhan Yesus. Perayaan ini sangat sepi dan tidak begitu bersemarak dirayakan oleh umat Kristen di dunia ini. Tidak ada panitia yang dibentuk, diangkat dan dilantik untuk mensukseskan perayaan ini. Seolah perayaan ini tidak begitu penting.
Padahal dalam iman Kristen, Pentakosta adalah sangat penting bagi kita. Karena dengan pencurahan Roh Kudus, maka umat percaya bisa saling mengerti dan memahami semua bahasa yang berbeda sehingga Injil keselamatan bisa sampai ke seluruh bumi. Dengan pencurahan Roh Kudus kita akan mendapatkan Penolong, dan Penghibur sejati bagi kita.
Pada Minggu Pentaskosta ini kita akan membahas tema “Roh yang Menuntun”. Fungsi Roh sebagai penuntun sudah dirasakan oleh umat Israel tatkala mereka keluar dari Mesir menuju Tanah Perjanjian Kanaan. Peristiwa ini pastilah mereka tidak lupakan. Umat Isael mengakui bahwa Tuhan sendirilah yang menyelamatkan mereka menyeberangi laut Merah, dengan membelahnya menjadi dua hingga bisa dilintasi. Mereka melintasi samuera raya seperti kuda melintasi padang gurun. Tidak tersandung dalam perjalanan. Sampai ke tempat perhentian Roh Tuhan meuntun mereka ke sana. Tempat yang aman dan nyaman setelah perjalanan yang melelahkan. Semua ini hanya bisa terjadi saat Tuhan ada di pihak umat-Nya. Pola teologi seperti ini sangat kuat terlihat dalam kitab nabi-nabi.
Dalam doa pengakuan dan permohonan ini, Yesaya mewakili bangsa Yehuda memohon agar Tuhan memimpin dan menuntun kembali umat-Nya. Bangsa Yehuda memang sudah terbebas dari masa pembuangan, mereka sudah menempuh perjalanan kembali ke tanah terjanji itu. Tetapi mereka merindukan jaminan bahwa Allah ada di pihak mereka. Ada kerinduan agar hubungan Allah dengan umat-Nya dipulihkan, dan Yerusalem pun dipulihkan.
Perikop kita hari ini dimulai dengan sebuah doa yang berlangsung sampai akhir pasal 64, dan dibalas dengan janji-janji Tuhan pada pasal 65-66. Perikop kita mengingat dasar kasih setia Tuhan sebagaimana dilihat dalam sejarah keselamatan.
Ada beberapa pelajaran penting dari perikope ini, yakni:
Pertama, umat Israel teringat zaman dahulu kala (ay. 11). “Teringat” dalam ayat 11 memakai kata dasar yang sama dengan “menyebut-nyebut” dalam ayat 7. Sang nabi mau mengingatkan Israel tentang perbuatan-perbuatan Tuhan, tetapi dalam ayat 11 justru permusuhan Tuhan yang menjadikan mereka sadar. Yang diingat adalah masa Musa. Pada saat itu Roh Kudus berkarya di antara mereka, khususnya di dalam mujizat-mujizat yang dilakukan melalui Musa (ay. 12-13a) sampai Israel mencapai tempat perhentian, yaitu tanah Israel. Terhadap karya itulah Israel memberontak, sehingga Roh Kudus didukakan. Ayat 12 dan 14 juga mengangkat nama Tuhan sebagai tujuan Tuhan dalam menyelamatkan Israel. Nama itu menjadi satu dasar lagi dalam doa yang berikut, karena keadaan buruk yang dialami Israel bertentangan dengan tujuan itu. Pada akhir ayat 14 Tuhan mulai menjadi alamat langsung (“Engkau”) untuk mengantarkan doa itu.
Kedua, Roh Kudus adalah dalam hati umat Israel (ay. 11c). Bahasa aslinya berarti “di tengahnya” (beqirbo, “-nya”merujuk pada Israel). “Di tengah” dapat berarti di tengah setiap orang masing-masing (tafsiran LAI), atau juga “di antara mereka” (misalnya, NIV “among them”). Dalam Bilangan 11:29 dikatakan dengan jelas bahwa tidak pada seluruh umat Roh Tuhan itu ada, paling sedikit dalam artian yang sama dengan Musa dkk.
Namun, terjemahan LAI cocok untuk kita yang hidup pasca-Pentakosta. Roh Kudus berkarya di dalam hati setiap kita. Jika kita memberontak, kita mendukakan bukan hanya kebajikan Allah yang dinyatakan dalam karya Kristus, tetapi juga belas kasihan-Nya yang dicurahkan ke dalam hati kita (bnd. Rm. 5:5). Hubungan Allah yang akrab dengan Israel menjadi lebih akrab lagi dalam Perjanjian Baru yang diadakan Yesus.
Timbul pertanyaan kita sekarang, mengapakah Roh Kudus perlu menuntun hidup kita saat ini?
Pertama, kita perlu dipimpin Roh Kudus karena kita sedang mengadakan perjalanan ke suatu tempat perhentian, yakni Surga.
Kedua, kita perlu dipimpin Roh Kudus karena hidup kita sedang menuju sesuatu yang baru. Penuntun diperlukan hanya apabila kita tidak tahu jalan ke tempat yang baru. Keselamatan itu bukanlah hasil usaha manusia. Jika keselamatan dapat dicapai melalui usaha manusia maka kita tidak membutuhkan Roh Kudus untuk menuntun kita. Untuk apa kita membutuhkan Roh Kudus? Jika saya tahu jalan menuju kehidupan baru, saya tidak membutuhkan Roh Kudus. Diselamatkan oleh anugerah berarti bukan oleh usaha manusia karena kita tidak mampu melakukannya bahkan tidak tahu jalannya. Kita tidak tahu bagaimana menuju ke sana maupun memiliki kekuatan untuk sampai ke sana. Jadi Roh Kudus terlibat dalam seluruh doktrin anugerah. Dialah yang menunjukkan kepada kita jalannya. Dia akan memegang tangan kita. Ketika tiba di tempat yang sulit, Dia akan mengangkat kita untuk mengatasi setiap rintangan, setiap hadangan, setiap bukit, setiap gunung, setiap sungai yang menghalangi dan membawa kita ke tanah perjanjian. Sekarang Anda dapat melihat betapa penting pengajaran ini.
Ketiga, yang harus segera diperhatikan ialah dituntun oleh Roh Kudus berkaitan dengan gerakan. Kita sedang berbicara tentang sebuah dinamika. Kita sedang berbicara tentang kekuatan. Ini bukan soal intelektual di mana kita mempercayai hal ini dan itu. Dituntun berarti kita sedang bergerak. Seluruh pribadi kita bergerak maju. Kita bukan duduk di kursi sambil dalam perjalanan menuju ke tanah perjanjian. Tampaknya itulah yang dilakukan oleh banyak orang Kristen dan mereka menyebut itu iman. Menurut saya iman semacam itu hanyalah sebuah latihan imajinasi – bagaimana cara tiba di tanah perjanjian tanpa berpindah dari tempat duduk kita. Kita harus bergerak melakukan tugas pekabaran Kabar Baik, melalukan kehendak TUHAN, melakukan perintah TUHAN. Sebagai orang yang dituntun Roh maka kita harus punya gerakan dalam dirikita untuk terus melakukan kebaikan, misi, bagi dunia ini.
Keempat, hidup kita dituntun dari hidup yang umum kepada hidup yang khusus. Mari kita perhatikan lebih terperinci lagi tentang bagaimana Roh Allah memimpin kita dari cara umum dan cara spesifik. Apa maksudnya cara umum dan cara spesifik? Roh Allah menuntun kita ke arah besar kemudian memimpin kita juga dalam hal yang spesifik.
Secara umum hidup kita akan dituntun sama seperti bangsa Israel dipimpin keluar dari Mesir dan menuju ke tanah perjanjian. Itulah arah umum yang ditujui semua orang – ke tanah perjanjian. Itulah yang terjadi. Jadi setiap Kristen, jika dia adalah anak Allah, sedang menjauh dari malam yaitu dunia yang berada dalam belenggu dosa dan menuju ke kota abadi, kota Allah. Dia sedang menuju hidup kekal. Dia sedang masuk ke kehidupan yang ada di dalam Allah di mana Yesus berkata, “Aku akan pergi dan menyediakan tempat bagimu.” Itulah arah umum untuk hidup kita. Kita semua menuju ke kehidupan yang abadi di dalam Kristus.
Secara spesifik, kita dituntun dalam kehidupan sehari-hari. Karena setiap hari kita harus membuat keputusan tentang ini dan itu. Umpamanya kita ramai-ramai dalam perjalanan seperti bangsa Israel ke arah tertentu. Namun setiap hari kita masing-masing perlu membuat keputusan yang belum tentu perlu diambil oleh orang lain pada waktu yang sama. Misalnya kita perlu memutuskan perlu ke sekolah ini atau ke sekolah itu? Apakah kita menerima pekerjaan ini atau menerima pekerjaan itu? Ini ialah urusan spesifik. Kita masih dalam perjalanan ke arah besar yang menuju ke Kerajaan Allah, menuju Yerusalem Baru. Namun terdapat banyak keputusan yang harus diambil di sepanjang jalan ini. “Keputusan apa yang harus saya pilih?” Kita semua dipimpin dalam arah besar itu tetapi kita juga membutuhkan pimpinan Allah dalam hal-hal spesifik.
Perenungan
Apa yang perlu kita renungkan dari Firman TUHAN hari ini?
Pertama, mengingat karya Allah di masa lampau, menolong kita untuk tetap berpengharapan pada masa kini.Sebab Allah tidak berubah. Itulah kenapa Alkitab tetap relevan. Sekalipun konteks pergumulan yang dihadapi oleh bangsa Israel berbeda dengan yang kita hadapi, Tuhan Allah yang dipersaksikan teks Alkitab ini adalah Allah yang sama dengan yang kita sembah. Kita berusaha berefleksi dari jatuh bangunnya iman percaya orang Israel. Kita juga selalu bisa berefleksi dari masa lalu kita sendiri. Tentunya kita pun sudah mengalami Tuhan dalam hidup kita. Kadang kita seperti bangsa Yehuda, tidak setia menjalankan perintah Tuhan. Lalu saat kesulitan menghimpit, kita kembali mencari Tuhan. Saat itulah kita harus betul-betul bertobat dan menyerahkan hidup dipimpin oleh Tuhan. Tuhanlah yang memimpin dan mengarahkan hidup kita.
Kedua, peristiwa Pentakosta bagi orang Kristen adalah peringatan akan peristiwa turunnya Roh Kudus atas para rasul. Jadi bukan hari ini kita baru menerima Roh Kudus. Ia telah, sedang, dan akan terus menuntun kita. Roh Kudus menuntun, menolong dan membimbing, menopang dan meneguhkan. Kita yang hidup dalam tuntunan Roh Kudus, tidak akan mengikuti keinginan daging. Hidup dalam Roh, berarti dipimpin oleh Roh. Jangan mengaku hidup dalam Roh kalau kita masih hidup sebagai pemberontak. Hidup yang dituntun oleh Roh Kudus berarti dari hidup kita tercermin buah dari Roh Kudus itu. Dalam diri kita pastilah ada kasih, ada sukacita, ada damai sejahtera, ada kesabaran, ada kemurahan, ada kebaikan, ada kesetiaan, ada kelemahlembutan, dan penguasaan diri (bnd. Gal. 5:16-26). Roh Kudus tidak terbatas hanya hadir di gereja, dalam ibadah dan doa, tetapi Ia hadir setiap saat. Saat kita bekerja, saat kita bergaul, saat kita bersama keluarga. Karena itu, berilah diri dan hidup kita terus dituntun oleh Roh Kudus. (rsnh)
Selamat merayakan Turunnya Roh Kudus!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar