Renungan hari ini:
ORANG YANG BERBAHAGIA
Mazmur 119:1 (TB) "Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat TUHAN"
Psalms 119:1 (NET) "How blessed are those whose actions are blameless, who obey the law of the Lord”
Definisi orang yang berbahagia itu sangatlah relative. Setiap kebabahagiaan memiliki sudut pandangnya masing-masing. Ada banyak faktor yang memuat orang berbagahia. Namun hari ini kita belajar salah satu kebahagiaan yang dijelaskan pemazmur dalam Mazmur 119 ini. Mazmur 119 ini, terdiri dari dua puluh dua bagian, sesuai dengan jumlah alphabet Ibrani, karena itulah maka Mazmur 119 ini juga dikenal sebagai Mazmur Alphabetical (Mazmur abjad).
Bagian pertama disebut sebagai bagian Aleph/Alef sebagai abjad pertama bahasa Ibrani, yang mencakup ayat 1 – ayat 8. Ada dua kata berbahagia yang ditulis mengawali bagian Aleph. Berbahagia artinya betapa senangnya. Kedua kata berbahagia itu adalah:
Pertama, “Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat TUHAN” (ay. 1). Hidup tidak bercela artinya sejarah hidup tanpa noda. Maksudnya ialah tidak melakukan perbuatan yang menyebabkan diri bisa didakwa, baik di hadapan manusia maupun di hadapan Tuhan. Itulah kehidupan yang ideal. Tapi adakah manusia yang sejak lahir sampai dia meninggal, tak bercacat sedikitpun? Kalau bukan perbuatan jahat yang besar, maka kejahatan yang kecil-kecil pastilah pernah dilakukannya. Kalau tidak dosa perbuatan, pastilah dosa pikiran, perasaan atau perkataan.
Pada dasarnya manusia berposisi sebagai ciptaan dan bukan pencipta. Kesempurnaan adalah milik Pencipta, karena Dialah yang berada di atas segala sesuatu. Allah, sang Pencipta manusia adalah Allah yang Kudus, karena itu kesempurnaan kita adalah kesempurnaan Sang Pencipta, bukan kesempurnaan dari diri kita sendiri. Seperti apakah kesempurnaan dari diri kita sendiri? Dalam Lukas 18:11-12, seorang Farisi membanggakan kesempurnaan dirinya, karena perbuatan-perbuatan baik dan rohaninya, tapi perhatikan dalam ayat 14, Yesus berkata bahwa perbuatan orang Farisi itu justru menjadi noda dosa di hadapan Tuhan. Kesempurnaan manusia adalah ketika dia mendapatkan perkenanan dari Tuhan. Pemungut Cukai adalah orang yang dipandang melakukan kejahatan dan najis secara agama. Ketika dia datang dalam doanya kepada Tuhan dengan hati yang hancur menyesali segala perbuatannya, serta memohon pengampunan Tuhan, maka dia menjadi seorang yang disempurnakan oleh kasih Tuhan (Luk. 18:13-14). Untuk terhindar dari dakwaan, maka carilah perkenanan Tuhan.
Kedua, “Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan- peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati” (ay. 2). Memegang artinya adalah menjaga, melindungi, menyelidiki, mengamati. Yang disebut “Firman Tuhan” adalah pernyataan dari pikiran dan kehendak Tuhan. Kalau kita rindu membangun hidup yang berkenan kepada Tuhan, maka Firman Tuhan akan menjadi penuntun dan jalan untuk kita menemukan perkenanan Tuhan.
Bagaimana cara kita dapat “memegang” Firman Tuhan? Dengan mengikuti dan taat petunjuk Firman (ay. 3). Memegang Firman itu sungguh-sungguh, jangan setengah-setengah tapi sepenuh hati (ay. 4–5). “Mengamat-amati” Firman Tuhan dalam bahasa Ibrani artinya menghormati, menjunjung tinggi, sebagai perintah utama dalam hidup kita (ay. 6). Belajarlah untuk bergembira atau bersyukur karena Firman Tuhan, jangan menerimanya sebagai beban dalam hidup kita, tapi bergembiralah, bersyukurlah (ay. 7). Bangun komitmen yang kuat untuk tetap berpegang pada Firman Tuhan seumur hidup (ay. 8). Karena itu, marilah berbahagia setiap hari agar hidupkita berpegang pada ketetapan TUHAN. (rsnh)
Selamat berakhir pekan dan besok ke Gereja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar