Minggu, 1 Maret 2020
“BILAKU BERSERU, ENGKAU MENJAWAB”
Kotbah: Matius 9:27-31 Bacaan: Mazmur 91:14-16
Minggu ini kita telah memasuki Minggu Invokavit, artinya “Bila ia berseru kepadaKu, Aku akan menjawab – Pio on na ma au” (Mzm. 91:15a). Dalam minggu ini kita akan membahas tema “Bilaku berseru, Engkau menjawab”.Berseru kepada Tuhan adalah hal yang kita lakukan apabila kita sedang diperhadapkan pada masalah yang berat dan jalan buntu. Ketika doa-doa kita serasa tidak kunjung dijawab dan ketika daya upaya kita sudah tidak memungkinkan, hanya ini yang bisa kita lakukan yaitu berteriak dan berseru-seru memanggil nama Tuhan dengan segenap kekuatan kita. Hal ini merupakan anjuran dan ajakan TUHAN agar kita selalu berseru tat kala kita menghadapi pergumulan. Janji firman-Nya: ketika kita mau berseru kepada Tuhan, Dia akan menjawab kita, bahkan lebih dari yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kita ketahui. "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia" (1 Kor. 2:9).
Dalam perikope yang kita baca Minggu ini terlihat ada dua orang buta yang berseru kepada Yesus. Mereka berseru dengan iman mereka yang sungguh. Seruan mereka didengar Yesus dan menjawab seruan mereka sehingga mata mereka dimelekkan oleh Yesus. Dua orang buta dalam Injil hari ini adalah orang-orang yang menderita. Mereka menderita, baik secara fisik maupun secara batiniah. Secara fisik, mata mereka tidak bisa melihat dunia sekitarnya secara nyata dan jelas. Dunia yang indah dan terang benderang, bagi mereka merupakan sesuatu yang buram atau bahkan gelap. Secara bathiniah, mereka tidak bisa “melihat” dengan jelas karena dosa-dosa yang membelenggu mereka. Mata yang dikendalikan oleh si jahat dapat menjerumuskannya ke dalam dosa yang lebih besar.
Menyadari akan kedosaannya, kedua orang buta tersebut memohon belaskasihan Tuhan Yesus. Yesus kemudian membuat kedua orang buta tersebut dapat melihat, bukan karena belaskasihan-Nya semata, namun karena iman atau kepercayaan mereka. Setelah Yesus bertanya apakah mereka percaya bahwa Yesus dapat melakukan apa yang mereka inginkan, maka kemudian Yesus menjamah mata mereka sambil berkata: “Jadilah kepadamu menurut imanmu.” (ay. 29).
Berdasarkan refleksi dan perenungna kita akan perikop hari ini, maka timbul pertanyaan kita, apakah kebutaan yang kita alami saat ini sehingga mata rohani kita tidak melek?
Pertama, kita juga seringkali buta terhadap dirikita sendiri, terhadap sesama dan Tuhan. Mata kita kadangkala tertutup rapat terhadap kekeliruan dan dosa-dosa kita sendiri, namun terbuka lebar atau melek terhadap kesalahan sesama.Sikap dan perilaku seperti ini harus kita buang. Mata rohani kita harus kita melekkan agar kita sadar akan keberdosaan kita. Kita diajak untuk jujur dan rendah hati melihat kesalahan dan dosa kita, untuk kemudian hidup secara lebih baik. Kita juga dituntun Tuhan untuk lebih rendah hati melihat kebaikan dan kelebihan orang lain.
Kedua, secara fisik kita tidak mengalami kebutaan, namun secara rohani mata rohanikita “buta”. Mata kita sering melihat ketidakbenaran, ketidakadilan, kejahatan, dan lain sebagainya, namun kita tidak memiliki kemauan untuk membebaskan dan menolong orang-orang yang mengalami hal disebutkan tadi. Kita lebih cenderung membiarkan ketidakbenaran, ketidakadilan, kejahatan, dan lain sebagainya itu terjadi tanpa ada keterbebanan kita secara rohani untuk menghalau dan menghentikannya. Mata rohani kita sebagai orang percaya buta sehingga kita seolah-olah tidak melihat ketidakbenaran, ketidakadilan, kejahatan, dan lain sebagainya itu terjadi di sekitar kita. Kita lebih memilih acuh-tak acuh dan tidak peduli dan takut direpotkan dan dilibatkan untuk menyelesaikan perosalan itu.
Ketiga, mata rohani kita akan dicelikkan hanya melalui iman. Iman membawa kita untuk percaya bahwa hal-hal yang baik dan dahsyat pasti akan terjadi. Iman membuka mata rohani kita sehingga kita dapat mempercayai bahwa Tuhan sanggup melakukan perkara-perkara yang dahsyat. Alhasil kita tidak menyerah dengan keadaan yang ada. Iman menuntun kita untuk melewati kemustahilan, sedangkan ketakutan hanya akan memunculkan kata mustahil dalam hidup ini.
Kedua orang buta itu hanya mendengar bahwa Tuhan Yesus akan lewat di situ. Tetapi, mereka berdua sama sekali tidak ter-fokus lagi pada kebutuhan materi, melainkan pada iman bahwa Tuhan Yesus sanggup mencelikkan mata mereka.
Apa bukti iman mereka? Mereka berdua dengan tanpa ragu mengatakan "Tuhan, anak Daud, kasihanilah kami."
Bagaimana mereka menempatkan Tuhan Yesus dalam imannya?
Ø Mereka beriman bahwa Yesus adalah Tuhan, anak Daud.
Ø Mereka beriman bahwa Yesus sanggup membuat mereka melihat.
Dengan iman kedua orang buta itu, maka tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan, lalu Ia menjamah mata mereka dan seketika itu juga mereka melihat dan mengikuti Dia. Iman membuat mata rohani kita melek. Dengan iman maka kita dimampukan untuk membawa pembebasan atas ketidakbenaran, ketidakadilan, kejahatan, dan lain sebagainya yang terjadi di atas bumi ini.
Apa yang hendak kita renungkan dari perikop hari ini?
Pertama, janganlah kita berseru kepada Yesus kalau kita belum beriman kepada-Nya bahwa Dia adalah TUHAN, Anak Daud.
Kedua, jika TUHAN sudah menjawab seruan kita maka tugas kita adalah memasyhurkan Dia di dalam seluruh kehidupan kita.
Karena itu, jika kita mengalami kebutaan secara jasmani maupun rohani, maka segeralah berseru kepada Yesus dengan iman. Yesus pasti akan menolong kita berdasarkan iman yang kita miliki. Iman yang sungguh-sungguh akan memelekkan kebutaan mata kita agar kita mampu memasyhurkan nama-Nya di sepanjang hidup dan kehidupan kita. (rsnh)
Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar