Minggu, 10 Nopember 2019
Kotbah: Amsal 19:20-29 Bacaan: Efesus 6:1-9
Minggu ini kita akan memasuki Minggu Keduapuluh satu Setelah Trinitatis. Dalam Minggu ini kita akan membahas tema “Mendengar dan Melakukan Nasihat”. Kata “dengarkanlah”, itu sama artinya berikan waktu dan perhatianmu untuk mendengarkan, tinggalkan kesibukanmu maupun aktifitasmu karena hanya dengan mendengarkanlah kita dapat mengerti tentang nasihat dan didikan apa yang disampaikan kepada kita. Jika kita mau mendengarkan secara sungguh-sungguh, maka nasihat dan didikan itu yang akan mengarahkan kita untuk memilih hidup menjadi bijak dan akan membuat kita memiliki rasa bahagia untuk menjalani hari-hari hidup kehidupan kita.
Ada banyak manfaat jika kita mau mendengarkan nasihat dan melakukan nasihat itu. Orang yang mau mendengar dan melakukan nasihat akan menjadikan hidupnya menjadi bijak dan berbahagia. Tujuan utama mendengar nasihat adalah agar kita menjadi BIJAK.
Jika kita telah mengetahui bahwa orang yang mendengar nasihat maka dia akan menjadi bijak. Pertanyaan kita sekarang adalah apakah nasihat yang disampaikan pengamsal bagi kita dalam Minggu ini agar kita bisa menjadi orang bijak?
Pertama, kita harus tunduk pada rancangan dan keputusan TUHAN (ay. 21). Rancangan manusia boleh banyak. Manusia boleh merancangkan segala sesuatu dalam hidupnya. Tuhan memberikan kita akal dan pikiran untuk digunakan memecahkan masalah dan mengantisipasi segala masalah yang akan timbul. Kita dapat merencanakan segala hal yang akan kita jalani di depan kita. Dan seringkali kita berharap bahwa apa yang kita rencanakan dapat berjalan dengan sempurna. Tetapi kita harus sadar bahwa kita hanyalah sebatas tukang rancang, sebab keputusan atas rancangan kita ada di tangan TUHAN.
Kedua, kita harus setia kepada TUHAN (ay. 22). Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya; lebih baik orang miskin daripada seorang pem-bohong. Kesetiaan sangat penting dari setiap orang. Orang yang setia itu bisa dipegang kata-katanya. Orang setia bisa dipercaya. Setia dan iman itu sama, yaitu ketetapan kepada satu keyakinan. Kesetianmu itulah harga dirimu di dalam bertuhan. Kese-tiaanmu itulah bukti kualitas iman-mu di dalam Tuhan. Jadi, bertuhan itu pun harus seperti itu. Kita per-caya bahwa rancangan Tuhan selalu baik. Rancangan yang baik menurut Tuhan itu bisa jadi sakit-penyakitmu, atau berbagai persoa-lan yang kamu hadapi.
Ketiga, kita harus takutlah akan Tuhan (ay. 23). Orang yang bijaksana akan menjalani kehidupannya saat ini dan memandang masa depan dengan iman maka dia “bermalam dengan puas” dan apa yang akan terjadi dimasa akan jauh dari “malapetaka”. Tuhan adalah pemilik kehidupan, orang bijak akan selalu merendahkan diri di hadapan Tuhan untuk memohon pengajaran dan bimbingan Tuhan dalam hidupnya.
Keempat, kita harus bersungguh-sungguh hidup dalam janji penyertaan Tuhan (ay. 24). Janji berkat Tuhan di masa depan haruslah disabut dengan aktif bukan dengan bermalas-malasan. Sebagaimana tertulis di 2 Tesalonika 3: 10 “jika seorang tidak maubekerja, janganlah ia makan.” Itulah sebabnya Tuhan Yesus berfirman kepada kita “Mintalah....carilah....ketoklah...” (Matius 7:7).
Kelima, kita harus selalu belajar menjadi lebih baik (ay. 25). Orang bijak tidak akan meninggikan diri akan apa yang telah diterimanya hari ini, namun dia akan selalu belajar menjalani segala sesuatu dengan rendah hati. Orang bijak akan selalu belajar dari kekurangannya bukan justru melihat apa yang bisa disombongkan dari dirinya.
Keenam, kita harus mampu mengorbankan masa lalu untuk meraih masa depan (ay. 26). Istilah “keren”-nya “lupa kacang akan kulitnya”. Hambatan untuk kita maju terkadang bukanlah rintangan yang datang dari luar tetapi justru dari diri kita sendiri. Ada orang yang durhaka kepada masa lalu yang telah menopang dan mengangkatnya bisa sampai ke atas. Ada orang yang tidak menyadari bahwa kesuksesannya adalah karena dukungan orang-orang yang disekitarnya bukan semata-mata hanya karena kemampuannya. Ada kerja keras, doa dan kasih sayang orang disekitarnya yang mengangkatnya untuk maju.
Ketujuh, kita harus selalu berhati-hati memperhatikan setiap langkahnya (ay. 27-29). Orang bijak akan selalu mencintai didikan. Tidak akan semberono dalam melangkah. Orang bijak bukanlah orang yang sudah merasa diri pintar dan tahu segalanya, namun dia akan selalu berhati-hati dengan selalu merendahkan diri menerima pengajaran. Karena itu, berusahalah mendengarkan nasihat dari TUHAN agar hidup kita menjadi BIJAK. (rsnh)
Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar