Renungan hari ini:
JALAN ORANG JUJUR
Amsal 16:17 (TB) "Menjauhi kejahatan itulah jalan orang jujur; siapa menjaga jalannya, memelihara nyawanya"
Proverbs 16:17 (NET) "The highway of the upright is to turn away from evil; the one who guards his way safeguards his life”
Jalan orang jujur tentu pastilah menjauhi kejahatan. Dengan menjauhi kejahatan kita telah memelihara nyawa dan kehidupan kita. Kejujuran merupakan komitmen akan kebenaran. Komitmen menciptakan identitas diri. Identitas diri itu berupa ketegakan hidup di depan sesama dan yang ilahi. Ketegakan hidup itu selalu memuat kelurusan jiwa. Jiwa lurus akan terpancar pada pembawaan dan penampilan. Pembawaan dan penampilan yang teratur dan indah adalah cermin dari jiwa yang melukis kejujuran.
Berkat identitasnya yang terbentuk dari komitmen akan kebenaran, orang jujur bisa diandalkan, dipercaya dan diperhitungkan karena meski diterpa aneka perubahan, kejujuran dirinya tetap tak tergoyahkan dan tak berubah. Kejujuran sebagi identitas telah terpatri dan terukir dalam jiwa dan hatinya. Ukiran kejujuran dalam jiwa tak mungkin lagi dihapus dan dihilangkan. Orang jujur tak pernah goyah, ia akan dikenang selama-lamanya.
Maka, orang jujur selalu bisa mempertanggungjawabkan perbuatan. Orang yang mampu mempertanggung jawabkan perbuatannya adalah orang baik. Dari orang baik terbitlah kehidupan yang baik pula. Kata Thomas Aquinas: “Zaman baik atau buruk biarlah, asal hidup kita baik zaman akan menjadi baik. Sebab kitalah pembuat zaman itu”.
Kemunafikan menjungkirbalikkan prinsip, mekanisme dan logika kejujuran. Di dalam kemunafikan, penampilan ditampakkan harmoni dan keren supaya orang percaya bahwa jiwanya lurus padahal apa yang ditampilkan hanya sebuah tipuan dan omong kosong. Lewat kemunafikan pula, orang menampilkan kata-kata yang indah dan menghibur supaya orang lain percaya bahwa apa yang dikatakan dan dibuat adalah cetusan keaslian dirinya. Kemunafikan itu selalu memakai topeng dan mudah sekali berkamuflase seperti bunglon demi keuntungan diri sendri tanpa mempedulikan kebenaran. Akibatnya, kebohongan dan kemunafikan menghapus identitas diri. Tanpa identitas diri berarti sama dengan orang yang membangun rumah di atas pasir. Ketika angin dan badai datang, maka hebatlah kerusakan yang terjadi pada rumah itu. Dan “Orang yang bicara dusta tidak bertahan dalam pandangan TUhan”.
Kemunafikan dan kebohongan mudah sekali bersarang di dalam agama. Banyak orang yang mengaku dirinya orang beragama namun kenyataannya selalu mengingkari kebenaran. Mayoritas kehidupan negara Indonesia penuh dengan korupsi padahal pengakuan diri sebagai bangsa religius selalu didegungkan. Kebohongan dan kemunafikan dalam wadah korupsi merembes ke semua lapisan termasuk para pengikut Kristus sendiri. Herannya para pelaku korupsi itu adalah orang –orang yang rajin berdoa dan ke gereja bahkan sebagai pemimpin. Bukan mau menghakimi dan meremehkan, tetapi sekedar untuk mengusik hati: apakah kejujuran itu sudah menjadi ukiran di dalam hidup iman?
Apa pun yang terjadi, ketika kebenaran yang menjadi jiwa kejujuran dikhianati dan ditolak, malapetaka pun tak terhindarkan baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Kemunafikan dan kebohongan merupakan suatu pengkhianatan terhadap diri sendiri, sesama dan Tuhan. Di dalam kebohongan, kebenaran dibungkam, keadilan terkikis dan kesejahteraan tak pernah bertumbuh. Tak mengherankan kalau sikap kemunafikan selalu dikecam dengan keras oleh Yesus. “Celakalah hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran” (Mat. 23: 27)
Kehidupan itu dapat berkilau-kilau dan sejernih kristal atau seburam lumpur. Tangan kitalah yang membuat kehidupan ini sebersih dan sejernih kristal atau berlumpur dan tak jelas. Kejujuran adalah tangan yang membuat hidup ini sejernih kristal karena kejujuran adalah jalan terang kehidupan yang terbaik. Jalan orang jujur lurus, Tuhan merintis jalan lurus baginya (Yes. 26-12). Kita harus mengikuti jalan terang kejujuran supaya kita meraih kesuksesan, kebahagiaan dan Tuhan sendiri. Maka, di jalan terang kehidupan nyanyian sukacita orang jujur bergema indah: “Ketulusan dan kejujuran kiranya mengawal aku, sebab aku menanti-nantikan Engkau, Tuhan”. Karena itu, berjuanglah terus menjadi orang jujur selama kita hidup. (rsnh)
Selamat memulai karya dalam Minggu ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar