Renungan hari ini:
YUSUF MENGHIBUR SAUDARANYA
Kejadian 50:21 (TB) "Jadi janganlah takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak-anakmu juga." Demikianlah ia menghiburkan mereka dan menenangkan hati mereka dengan perkataannya
Genesis 50:21 (NET) "So now, don’t be afraid. I will provide for you and your little children.” Then he consoled them and spoke kindly to them
Dalam nas hari ini kita akan mengerti bagaimana hubungan yang baik antara Yusuf dan saudara-saudaranya diatur setelah kematian ayah mereka. Yusuf tinggal di istana, di ibu kota kerajaan, sedangkan saudara-saudaranya tinggal di Gosyen, di kawasan pedesaan terpencil. Namun mereka tetap memelihara saling pengertian yang baik di antara mereka dan saling mengasihi satu sama lain, yang merupakan kehormatan bagi Yusuf dan kepentingan bagi saudara-saudaranya itu. Perhatikanlah, ketika Allah Sang Pemelihara mengambil orang tua melalui kematian, maka harus diambil cara terbaik guna mencegah perbantahan di antara anak-anak (yang sering terjadi adalah soal pembagian warisan), serta untuk menjaga hubungan saling kenal dan saling mengasihi supaya mereka tetap bersatu meskipun pusat pengikat persatuan itu telah pergi.
Terkadang kita melihat dan mengalami bahwa semasa orang tua masih hidup, hubungan kakak-adik sebagai saudara kandung selalu tampak akur dan rukun. Namun, setelah orang tua mati, hubungan yang tampak akur dan rukun sebelumnya menjadi pecah dan tercerai berai. Kakak-adik hidup bagaikan musuh yang tidak saling mengenal dan ingin menghancurkan. Masalah warisan menjadi penyebab paling dominan dari perpecahan keluarga pasca kematian orang tua. Di samping pengalaman akan kesalahan masa lalu yang telah terkubur lama di lubuk hati dan di pikiran, namun teringat dan terungkit kembali; menimbulkan rasa bersalah dan ketakutan di pihak yang melakukannya.
Kematian Yakub menjadikan saudara-saudara Yusuf takut kalau-kalau tindakan baik Yusuf selama ini karena Yakub ayah mereka masih hidup. Mereka kuatir jikalau Yakub mati, maka Yusuf akan membalaskan sakit dendamnya. Benarkah? Yusuf berkata kepada mereka: "Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah? Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar. Jadi janganlah takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak-anakmu juga." Demikianlah ia menghiburkan mereka dan menenangkan hati mereka dengan perkataannya. Yusuf tidak mendendam, bahkan menjamin hidup saudara-saudaranya. Hidup dalam persekutuan hendaklah kita ingat bahwa kita tidak hidup sendirian. Kita bersama dengan saudara kita yang lain. Karena itu diperlukan: penerimaan.
Saudara-saudara Yusus sangat menyadari kesalahan mereka di masa lalu. Maka, ketika Yakub meninggal, mereka kembali dihinggapi ketakutan, bahwa Yusuf akan membalas kejahatan mereka dan tidak lagi bersikap baik kepada mereka. Maka, setelah tujuh belas tahun hidup bersama di Mesir, mereka kembali memohon pengampunan Yusuf atas kesalahan mereka di masa lalu. Bahkan mereka menyatakan bersedia menjadi budak Yusuf. Bagaimana sikap Yusuf? Yusuf menunjukkan bahwa sikapnya tetap sama; baik semasa Yakub masih hidup maupun setelah Yakup tiada. Yusuf memang tak lupa pada kejahatan mereka dulu, namun, Yusuf telah menemukan makna peristiwa masa lalu itu;yakni agar ia dapat memelihara hidup suatu bangsa yang besar. Jadi ia melegakan hati saudara-saudaranya dengan berkata:”jangan takut”. Sikap, kata, refleksi, dan tindakan Yusuf menenangkan dan menghibur mereka. Karena itu, marilah kita saling menguatkan saudara-bersaudara agar tercipta hubungan yang baik. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar