Renungan hari ini:
PERGUNAKANLAH PERISAI IMAN
Efesus 6:16 (TB) “Dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat"
Ephesians 6:16 (NET) “And in all of this, by taking up the shield of faith with which you can extinguish all the flaming arrows of the evil one”
Senjata keempat yang harus dimiliki oleh orang percaya untuk melawan Iblis adalah Perisai, yang secara rohani Rasul Paulus artikan sebagai “Perisai Iman”. Dengan perisai kita dapat mematahkan serangan api dari si jahat. Efesus 6:16- menerangkan bahwa perisai dapat menjadi pelindung.
Kata perisai berasal dari bahasa Yunani yaitu, thureos (Thoo-rehos).Kata ini berlaku untuk kedua jenis perisai, baik yang bundar dan persegi empat. Tetapi jika diperhatikan dalam Efesus 6:16, kata perisai yang digunakan oleh Rasul Paulus bentuknya persegi empat bukannya bundar. Sebab akar kata Thureos, adalah thura, artinya “pintu”. Dengan lain kata, kehidupan orang percaya seperti sebuah rumah yang harus dijaga. Pintu adalah akses yang sangat penting untuk keluar masuk. Pintu juga sebagai perlindungan terhadap serangan dari luar. Jika pintu tidak kuat maka akan mudah diserang. Jadi jagalah pintu kehidupan kita. Mengapa? Karena Yohanes 10:10 menjelaskan bahwa ada Iblis yang datang untuk mencuri, membunuh dan membinasakan serta mengambil harta kekayaan ilahi yang Allah berikan kepada setiap kita. Sebab itu gunakan senjata Allah sehingga Iblis tidak dapat menyerang.
Di zaman dahulu, ada dua jenis perisai yang dipakai oleh seorang tentara dalam peperangan. Yang pertama, perisai yang bentuknya bundar, dengan diameter 50-60 cm. Yang kedua, perisai yang bentuknya segi empat, seperti daun pintu setinggi tubuh orang. Setiap prajurit perang bertanggung jawab dengan perisainya masing-masing.
Perisai tentara Romawi (seperti yang diketahui Paulus, penulis dari Efesus) adalah perisai dengan ukuran yang luar biasa. Tingginya bisa mencapai 1,3 meter dan lebarnya 1 meter. Perisai ini (yang dinamakan scutum) terbuat dari kayu yang dikelilingi lapisan baja dengan logam di tengahnya. Logam di tengah ini selain berfungsi untuk melindungi tangan di bagian dalam juga berfungsi untuk menyerang lawan.
Dengan kata lain perisai ini benar-benar melindungi si prajuritnya, sepanjang prajurit mengenakannya. Perisai merupakan perlengkapan pertama yang tidak terpasang dalam tubuh tentara. Perisai harus dipegang dan diangkat menutupi badan untuk bisa menjalankan fungsinya dengan baik.
Jika tiga senjata sebelumnya hanya berfungsi proteksi tubuh, perisai merupakan senjata pertama yang harus kita miliki untuk pertahanan diri. Perisai harus diangkat untuk melindungi bagian tubuh kita (khususnya wajah), dan perisai dapat dihantamkan kepada lawan yang mulai mendekat sebagai mekanisme pertahanan diri.
Perisai iman berfungsi melindungi kita dan membantu kita memberikan perlawanan pada si Iblis. Lalu, kapan kita menggunakannya? Efesus 6:16 menyebutkan “Dalam segala keadaan…pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat”. Ya, dalam segala keadaan! Fungsinya? Memadamkan panah api dari si jahat! “Api” biasanya bicara mengenai hal-hal yang bersifat spiritual. Jika Baju Zirah melindungi hati kita, perisai melindungi spiritual kita dari serangan spiritual si jahat. Apa saja panah api dari si jahat?
Memegang perisai sebesar itu memang berat bagi prajurit Romawi, namun jika mereka tidak memegangnya, mereka terancam bahaya dari lawan mereka. Panah bisa saja mengenai tangan, bahkan wajah mereka. Memelihara iman bisa jadi sangat berat bagi kita, namun iman satu-satunya yang dapat melindungi kita dari serangan spritual yang dilakukan si Iblis. Hanya keyakinan kita pada Tuhan dan kuasa -Nya yang dapat melawan si jahat. Hanya keyakinan kita akan kehidupan setelah kematian dan bahwa suatu saat kita akan hidup bersama Tuhan yang dapat membuat kita terus berlari hingga garis akhir. Karena itu, pergunakanlah perisai iman hingga akhir hidup kita. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar