Renungan hari ini:
MENYEBUT NAMA TUHAN
Yesaya 26:8B (TB) “Kesukaan kami ialah menyebut nama-Mu dan mengingat Engkau"
Isaiah 26:8B (NET) "We desire your fame and reputation to grow”
Dalam Perjanjian Lama ada banyak nama yang digunakan untuk menyebut nama TUHAN, seperti: Yahweh, Elohim, Abba, El Roy, El Shadday, El Olam, dan lain-lain. Namun, dari semua nama-Nya, Bapa adalah nama panggilan kesukaan Tuhan. Kita mengetahui bahwa Tuhan suka dengan nama ini karena nama inilah yang paling sering Yesus gunakan. Sewaktu di bumi, Yesus menyebut Tuhan dengan sebutan “Bapa” lebih dari dua ratus kali. Dalam kata-kata pertamanya yang tertulis di Alkitab Yesus menyebutkan, “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” (Luk. 2:49). Dalam doa kemenangan terakhir-Nya Ia berseru “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku” (Luk. 23:46). Dalam kitab Yohanes, Yesus mengulang nama ini sebanyak 156 kali. Tuhan senang dipanggil dengan sebutan Bapa. Lagipula, bukankah Yesus mengajar kita untuk memulai doa kita dengan kata-kata “Bapa kami”?
Abba atau Bapa adalah kata sehari-hari. Ini adalah kata yang dipakai dalam interaksi sebuah keluarga. Kata ini memiliki makna yang sama dengan Papa, Daddy, atau Ayah. Kita dapat memanggil Tuhan sebagai Sang Pencipta, karena memang demikian. Kita benar untuk memanggil-Nya Sang Penguasa, karena memang demikian. Adalah pantas untuk memanggilNya Raja, Tuan, atau Tuhan yang Berdaulat. Namun jika kita ingin menyentuh hati-Nya, panggilah Dia dengan nama yang disenangi-Nya. Panggilah dia Abba. Panggilah dia Bapa.
Suatu waktu di kota Yerusalem dari kerumunan orang itu terdengar suara anak kecil memanggil “Abba!, Abba!”. Ada seorang gadis kecil, berusia empat atau lima tahun. Dia terpisah dari keluarganya. Selagi orang-orang bergegas berlalu-lalang, dia berhenti dan ketakutan. “Abba!, Abba!” Entah dari mana, ayahnya muncul. Melihat dari rambut dan pakaiannya, Sewaktu dia mendengar anaknya berseru Abba!, dia sadar bahwa anaknya telah terpisah dari keluarganya.
Ayahnya bergegas ke arah anaknya. Tidak ada yang bisa menghentikannya untuk mencapai anak perempuannya. Dengan lekas ia merendahkan dirinya sejajar dengan sang anak. Ia mendekapnya dengan erat dan menatap mukanya dan menghapus air matanya. Ia memberikannya kata-kata yang meyakinkan. Lalu ia berdiri dan mengangkatnya. Anak itu kemudian mengalungkan tangannya di pinggang abba-nya. Sang ayah menggandengnya selagi mereka menuruni lereng. Ketika mereka berhenti di jalan yang ramai, si anak turun dari trotoar, dan si ayah menariknya. Ketika lampu rambu lalu lintas berganti, sang ayah menuntunnya dan saudara-saudaranya melalui persimpangan jalan. Di jalan, sang ayah menggendong anak tersebut di tangannya lalu mereka melanjutkan perjalanan.
Itulah yang dilakukan seorang Abba. Bukankah itu yang sudah dilakukan Tuhan kepada kita? Ketika kita hilang, Ia menemukan kita. Ketika Ia menemukan kita, Ia merendahkan dirinya sejajar dengan kita. Ia menghapus air mata kita dan memberikan kata-kata nasehat. Ia mengangkat kita dan menuntun kita pulang. Karena itu, janganlah ragu akan penyertaan TUHAN dalam hidup kita karena Dia adalah Abba, Bapa bagi kita. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar