Minggu, 24 MARET 2019
Kotbah: Mazmur 118:22-29 Bacaan: Markus 12:1-12
Minggu ini kita memasuki Minggu Okuli (Mataku tetap terarah kepada Tuhan - Mazmur 25:15a).Dalam memasuki dan menjalani minggu ini kita akan dikuatkan dan diarahkan Firman Tuhan dengan tema “Yesus Batu Penjuru”. Batu penjuru adalah sebuah batu besar yang ditempatkan pada fondasi di sudut utama suatu bangunan baru. Kata ini mengandung makna metafora yang merupakan lambang untuk menggambarkan Kristus yang mempersatukan gereja, seperti batu penjuru sebuah bangunan yang menopang bagian-bagian bangunan tersebut.
Menurut ensiklopedia Kristen, ada dua bagian Alkitab yang perlu mendapat penjelasan khusus tentang ungkapan batu penjuru, yaitu:
Pertama,“Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru” (Mzm. 118:22). Dalam kerangka aslinya kalimat itu mengungkapkan kegembiraan pemazmur, bahwa Allah telah meninggikan dia ke tempat yang tertinggi mengatasi para musuhnya. Tapi dalam kerangka liturginya pada hari raya Pondok Daun, yang lebih menonjol adalah kelepasan bangsa secara nasional ketimbang kelepasan pribadi. Tafsiran para rabi menerapkan ayat ini pada Mesias. Yesus pernah mengutip mazmur ini ketika berbicara di depan ahli-ahli taurat di Yerusalem (Mat. 21:42; Mrk. 12:10; Luk. 20:17), dan Petrus juga pernah mengungkapkannya ketika di dihadapkan kepada Imam besar Kayafas dan hana (Kis. 4:11). Hal ini juga dipakai untuk menjelaskan penolakan orang Yahudi terhadap Kristus dan peninggian-Nya oleh Allah menjadi Kepala Gereja. Ayat ini juga mendasari surat Paulus kepada jemaat di Efesus (Ef. 2:20), di mana Paulus menggambarkan batu-batu dari Bait Suci yang baru, seperti yang disusun oleh Kristus, sebagai batu penjuru yang mempersatukan di atasnya dua tembok, yang apabila tidak demikian akan jatuh sendiri-sendiri. Dalam ayat-ayat lain Yesus digambarkan sebagai Dasar Gereja, tapi dalam suratnya Paulus mengubah gambaran ini dan mengatakan bahwa para rasul dan nabi sebagai dasar dengan Kristus sebagai puncak dan penggenapannya.
Kedua, batu penjuru yang mahal suatu dasar yang teguh (Yes. 28:16). Bagian Alkitab berikutnya Yesaya 28:16 barangkali menunjuk kepada batu raksasa dari Bait Suci, yang melambangkan kehadiran Tuhan yang tetap di tengah-tengah umat-Nya. Dalam Yes 28:16, dasar dan batu penjuru demikian erat hubungannya sehingga artinya dapat dianggap sama. Ayat itu dikutip, digabungkan dengan Yesaya 8:14 dalam Roma 9:30 dan dalam 1Petrus 2:6, di mana batu itu ditafsirkan secara mesianis terhadap Kristus sebagai batu sandungan bagi yang tidak percaya, tapi sebagai kekuatan yang menyatukan di antara umat Allah yang percaya.
Secara umum, Mazmur 118 ini adalah doksologi atau lagu pujian sukacita yang dinyanyikan pada saat pesta-pesta besar Yahudi (mis. Hari raya Pondok Daun, dsb).
Timbul pertanyaan kita sekarang, apakah maksud dan makna batu penjuru menurut pemazmur?
Pertama,batu penjuru merupakan ungkapan sukcita besar dari orang yang sedang memuji TUHAN (ay. 22-23). Dalam ayat 22-23, batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru. Hal itu terjadi dari pihak TUHAN, suatu perbuatan ajaib di mata kita. Ungkapan ini menggambarkan sukacita besar dari orang yang sedang memuji Tuhan di bait Allah. Dikatakan “batu yang dibuang, menjadi batu penjuru”, artinya, menjadi dasar dari berdirinya suatu bangunan, mejadi batu yang utama yang jauh lebih berharga dari batu-batu yang lainnya. Mengapa demikian? Tentu saja karena adanya suatu proses yang luar biasa yang dilakukan oleh Tuhan, misalnya dalam lingkungan masyarakat, ada orang yang sebelumnya dipandang sebelah mata, atau dipandang hina dan tidak diharapkan, tetapi sekarang telah menjadi orang yang terpandang, diakui, dihormati dan menjadi orang yang berpengaruh dalam lingkungan masayarakat tersebut. Bagaimana itu bisa terjadi? Pemazmur menjawab “ hal itu terjadi dari pihak Tuhan…”, dan itu dipandang sebagai “perbuatan ajaib Tuhan”. Jika dirujuk kepeda PB, hal ini menunjuk kepada pribadi Yesus, figure yang lahir dalam kehinaan, ditolak oleh dunia (Yahudi), tetapi Allah menjadikan Dia menjadi figure penentu yang paling berpengaruh dalam bangunan sejarah perjalanan hidup manusia sampai saat ini, sebab melalui Dia-lah kita beroleh jalan keselamatan kekal bagi semua orang yang percaya kepada-Nya (Yoh. 3:16).
Kedua,batu penjuru adalah gambaran pemberian pertolongan dan keselamatan TUHAN bagi kita (ay. 24-25). Hari yang dijadikan Tuhan, itulah hari dimana Tuhan memberi pertolongan dan keselamatan kepada manusia, suatu masa dimana Allah menunjukkan penggenapan janji-Nya, hari ketika Tuhan datang dengan kasih setiaNya, sehingga oleh karenanya kita bersorak-sorai bersukacita, seraya memohon agar kitanya Tuhan memberi keselamatan dan kemujuran. Ayat ini juga sekaligus menajdi doa bagi orang yang sudah menerima keselamatan, yaitu kasih setia Tuhan yang senantiasa menyertai kehidupannya. Dalam ayat ini juga semakin jelas makna doksologi dari pemazmur sebagi pujian ucapan syukurnya kepada Tuhan. Maknanya sama dengan hosianna (berita sukacita dan sorak-sorai untuk menyambut kedatangan seseorang yang membawa sukacita) (Mat. 21:19; Mrk. 11:9). Jadi ayat ini merupakan permohonan dalam pengharapan agar Tuhan senantiasa menyertai kehidupan kita dalam situasi apapun.
Ketiga,batu penjuru merupakan gambaran penyambutan TUHAN dalam Bait-Nya yang kudus (ay. 26-29). Orang yang datang ke dalam rumah Tuhan, selalu disambut dan diterima para Imam dengan sukacita. Penyambutan itu bisa kita lihat dalam ayat 26. Barang siapa yang datang ke dalam rumah Tuhan, dalam nama Tuhan, akan disambut dengan berkat dari dalam rumah Tuhan, demikian juga sebaliknya orang yang kembali dari rumah Tuhan seyogianya tidak kembali dengan sia-sia tetapi pulang membawa berkat sukacita.
Gambaran batu penjuru dalam Mazmur ini digenapi dalam diri Tuhan Yesus. Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan itu, tetapi penderitaan-Nya, kematian dan kebangkitan-Nya telah menjadikan Dia sebagai batu penjuru (Kis. 4:11). Dia menjadi dasar yang kokoh bagi iman kita, sebab: “tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan yaitu Yesus Kristus” (1Kor. 3:11).
Pertanyaan penting selanjutnya adalah Mengapa Yesus disebut sebagai "Batu Penjuru?" Ada beberapa alasan, yakni:
Pertama,Yesus Kristus disebut sebagai Batu Penjuru, karena Dia menentukan keselamatan kita. Alasan kuat dari pernyataan itu ialah: (1) Allah menentukan Yesus sebagai Juruselamat. Lukas menulis demikian: "Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan" (Kisah 4:12); (2) Yesus mengungkapkan diri-Nya sebagai Juruselamat. Rasul Yohanes menulis demikian: "Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku" (Yoh. 14:6).
Kedua, Yesus Kristus disebut sebagai Batu Penjuru, karena Dia menentukan hidup kita. Dikatakan demikian karena: (1) Yesus sumber kehidupan. Rasul Yohanes menulis demikian: "Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia" (Yoh. 1:4); (2) dalam Yesus kita temui hidup kekal (Yoh. 3:16); (3) dalam Yesus kita temui hidup yang berkelimpahan. Rasul Yohanes menulis demikian, "Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan" (Yoh. 10:10).
Ketiga, Yesus Kristus disebut sebagai Batu Penjuru, karena Dia menentukan rejeki kita. Setiap kita tentu ingin mendapatkan berkat atau rejeki dalam hidup dan usaha kita. Namun, dalam perspektif Alkitab, untuk mendapatkan pemberkatan dari Tuhan Yesus, ada beberapa syarat yang harus kita ketahui. Syarat dimaksud, yaitu: (1) rejeki kita dapatkan jika kita mengutamakan Tuhan Yesus lebih dari yang lainnya (Mat. 6:33); (2) rejeki kita dapatkan jika kita memenuhi hukum memberi (Luk. 6:38); (3) rejeki kita dapatkan jika kita memenuhi hukum :ora et labora" yaitu berdoa dan bekerja (Mat. 7:7).
Batu penjuru adalah batu yang menentukan arah sebuah bangunan, batu yang pertama kali diletakkan yang menjadi patokan pembangunan. Sebagai batu penjuru Tuhan Yesus adalah pusat dari segala aspek kehidupan kita; Dia adalah batu yang menentukan arah kehidupan kita. Karena itu kita harus menjadikan Tuhan Yesus sebagai prioritas dan tujuan hidup kita karena Dia adalah Pemegang kendali hidup kita; artinya Dia harus menjadi pusat dan tujuan hidup kita karena Dia adalah Alfa dan Omega, "...yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa" (Why. 1:8). Dialah yang mengawali seluruh kehidupan ini dan juga yang menjadi tujuan akhir dari kehidupan ini. Seluruh keberadaan hidup kita pada hakekatnya menuju ke arah Yesus. Jika kita mengaku sebagai orang Kristen tapi tidak mengarahkan hidup sepenuhnya kepada Yesus sama artinya kita sedang berusaha melepaskan diri dari bangunan tersebut. Yesus menegaskan, "...di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar." Karena itu, jadikanlah Yesus sebagai Batu Penjuru dalam hidup kita. (rsnh)
Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar