Sabtu, 05 Januari 2019

Khotbah Minggu Epiphanias Minggu, 6 Januari 2019 “HIDUP DALAM RANCANGAN DAN RENCANA TUHAN”

Minggu, 6 Januari 2019

“HIDUP DALAM RANCANGAN DAN RENCANA TUHAN”
Kotbah: Yakobus 4:13-17  Bacaan: Mazmur 72:1-14



Minggu ini kita memasuki Minggu Epiphanias. Epiphanias artinya penampakan Allah: Allah menjadi Manusia (Batak:Hapapatar). Dalam Minggu ini kita akan melihat Allah menampakkan diri-Nya dalam rangka menyusun rancangan dan rencana kita satu tahun ke depan. Itulah sebabnya dalam Minggu ini kita akan membahas tema “Hidup dalam rancangan dan rencana TUHAN”. Perencanaan adalah hal penting dalam menjalani sebuah kehidupan.  Dengan perencanaan yang baik dan matang langkah hidup seseorang akan semakin teratur dan makin terarah kepada suatu sasaran yang hendak dituju.  Hidup yang terencana adalah bukti bahwa seseorang sangat menghargai waktu dan semua potensi yang Tuhan berikan.  Namun sebuah perencanaan jika tidak disertai tekad dan usaha mewujudkannya tidak akan lebih dari sekedar motto dan angan-angan belaka, karena orang yang berhasil adalah yang hidupnya terencana dengan baik dan punya kemauan keras mewujudkan rencananya.

Sebuah perencanaan hidup akan semakin sempurna apabila Tuhan terlibat di dalamnya.  Yakobus mengingatkan agar jangan pernah kita melupakan Tuhan dalam setiap perencanaan hidup.  Di zaman yang serba modern ini kebanyakan orang tidak lagi melibatkan Tuhan dalam setiap perencanaan hidup, karena merasa diri mampu menentukan langkah hidupnya.  Dengan pengalaman, kepintaran, kekuatan, kecanggihan teknologi, uang atau kekayaan yang dimiliki mereka mengira bahwa semua yang direncanakan pasti akan berhasil.  "Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri, tetapi TUHANlah yang menguji hati"  (Ams. 16:2).  Orang yang melupakan Tuhan dalam setiap rencana hidupnya sama artinya meremehkan Tuhan, mengabaikan kehadiran-Nya, menganggap seolah-olah Tuhan tidak ada dan tidak punya kuasa.  Yang menjadi akar persoalan adalah kesombongan.

Orang yang sombong dan angkuh meyakini bahwa ia mampu mengatasi semua persoalan hidupnya dengan kekuatan yang dimiliki, padahal ada banyak hal di dunia ini yang tidak bisa diprediksi (unpredictable). Apa yang akan terjadi esok, lusa, minggu depan, bulan depan, tahun depan?  Tak seorang pun tahu.  "Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu"  (Ams. 27:1).  Kehidupan ini tidak selurus dan semulus yang kita bayangkan, terkadang ada  “kejutan-kejutan” yang tidak pernah kita harapkan, sementara kita hanya bisa menduga-duga dan mengira.

Dalam menjalani kehidupan kita sering membuat perencanaan mengenai hal-hal yang akan kita lakukan ke depan,  yang tak jarang menimbulkan pertanyaan dalam diri kita, apakah rencana yang kita buat ini sesuai dengan kehendak-Nya Tuhan? Apa betul rencana-rencana ini untuk kemuliaan Tuhan? Atau malah sebaliknya? Menjadi kepentingan diri saya sendiri dan dunia ini? Memang membutuhkan perenungan dalam diri kita dengan Tuhan untuk mengetahui akan hal ini.
Perikop ini berbicara mengenai suatu perencanaan yang pada umumnya dibuat oleh seseorang dalam menjalani kehidupannya, karena setiap orang ingin berhasil dan jauh dari kegagalan. Manusia juga tidak bergerak dengan insting, namun akal budi dan pikiran sehingga membutuhkan perencanaan hidup. Oleh karena itu secara praktis bagian ini sangat penting dalam kehidupan kita sebagai orang percaya, sekaligus mengingatkan kita tentang apa yang sebenarnya sudah kita ketahui namun sering sekali kita lupakan dan abaikan, yaitu bahwa hidup kita ini tidak sepenuhnya berada di dalam kontrol kita, di dalam kekuasaan kita, khususnya masa depan.

Timbul pertanyaan kita sekarang, bagaimanakah membuat rancangan dan rencana yang sesuai dengan kehendak TUHAN?

Yakobus, seorang gembala sidang di gereja Yerusalem memberikan nasihat praktis bagi jemaat-nya melalui surat yang ditulisnya sebelum ia meninggal dunia sebagai martir. Pada perikop yang berjudul "Jangan melupakan Tuhan dalam perencanaan" memaparkan beberapa prinsip rohani dalam membuat perencanaan dalam hidup manusia yang sesuai dengan kehendak TUHAN.

Pertama, jangan mengandalkan kemampuan sendiri (ay. 13-14). Pada ayat ini dengan jelas penulis memberikan contoh yang dapat di rangkum dalam beberapa kata: waktu (hari ini atau besok, setahun), tempat (di kota anu), tujuan (berdagang) dan hasil yang diharapkan (mendapat untung).  Dalam membuat perencanaan, faktor-faktor diatas memang sangat diperlukan, tetapi seolah-olah manusia tahu bahwa dia dapat mengusahakan sesuatu jika dia mampu melakukannya tanpa mengingat sedikit pun pada Pencipta-Nya yang memberikan hikmat kepadanya untuk memikirkan hal yang baik. Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia dan hatinya jauh dari Tuhan, diberkati orang yang mengandalkan Tuhan (Yer. 17:5, 7). 

Sebagai orang percaya, kita perlu mengikutsertakan Yesus dalam membuat perencanaan bagi hidup kita, karena Dialah yang memiliki hidup ini. Yakobus menanyakan "apakah arti hidup kita? Hidup ini seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap (ay. 14)." Dengan kata lain Yakobus ingin mengatakan bahwa hidup ini sangat singkat, dan kita tidak tahu atau tidak bisa memprediksi kapan akhir hidup tiap-tiap orang, ini adalah rahasia Allah. Oleh sebab itu, dalam setiap perencanaan yang kita buat, jangan lupa untuk mengikutsertakan Yesus sebagai Allah kita, agar rencana yang kita buat berkenan bagi-Nya.

Kedua, berserah pada kehendak Tuhan (ay. 15). Yakobus, dalam terjemahan lain mengajarkan bagaimana kita harus membuat perencanaan dalam hidup dengan mengatakan "Jika Tuhan menghendaki, dan jika kita masih hidup, saya akan melakukan hal ini dan itu." Kata-kata ini tidak boleh diartikan bahwa kita hanya berpangku tangan saja tanpa mengerjakan atau merencanakan sesuatu. Kata "akan" merupakan kata yang mengacu pada sesuatu yang akan datang atau dalam konteks ini perencanaan. Penekanan Yakobus disini adalah penyerahan total hidup kita pada kehendak Tuhan selama kita masih memiliki kesempatan untuk hidup. Dalam pengertian lain, kita harus mengisi hidup kita dengan sesuatu yang dikehendaki Tuhan, bukan mengikuti keinginan kita sendiri. 

Ketiga, jangan congkak (ay. 16). Ketika manusia sudah berada pada puncak kesuksesannya, ia cenderung mengaggap segala sesuatu itu mudah di dapat dan mudah di kerjakan. Apalagi hidup yang bergelimang harta, lebih mudah untuk membuat perencanaan-perencanaan yang besar dan sangat menguntungkan bagi-nya. Bukan hanya dalam hal duniawi, dalam hal rohani pun manusia dapat dengan mudah membuat rencana jika ada sokongan materi yang kuat. Tetapi Yakobus mengingatkan, jangan bermegah dalam kecongkakan. Semua kemegahan yang membawa manusia menjadi sombong adalah salah. Membuat perencanaan yang baik memerlukan kerendahan hati di hadapan Tuhan, karena kita adalah hamba-Nya yang merencanakan segala sesuatu yang kita kerjakan di dunia ini untuk mensukseskan rencana-Nya yang kekal bagi hidup kita.

Keempat,kita harus peduli (ay. 17). Di akhir perikop ini, Yakobus menegaskan bahwa berdosa orang yang tahu bagaimana harus berbuat baik, tetapi tidak melakukannya. Jika kita tahu sesuatu yang baik yang harus kita kerjakan, maka kita harus mengerjakannya dengan tulus dan tidak menghindarinya. Perduli dengan semua disekeliling kita, bahkan merencanakan dan melakukan segala yang baik di hadapan Tuhan dengan tulus, bukan membiarkan atau menghindarinya, karena jika demikian kita akan berdosa. 

Dalam mengawalai tahun baru ini, sangat baik membuat perencanaan yang akan menolong hidup kita lebih terarah dan teratur.  Tetapi jangan melupakan prinsip-prinsip yang telah diajarkan oleh Yakobus kepada kita untuk  tidak mengandalakan kemampuan sendiri, berserah pada kehendak Tuhan, jangan congkak dan perduli pada pekerjaan baik. Karena itu, libatkanlah TUHAN dalam setiap rancangan dan rencana kita baik pribadi, keluarga dan Gereja agar TUHAN menolong dan menopang serta membimbing kita untuk mewujudnyatakannya. (rsnh)


Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

2 komentar:

  1. Kiranya Tuhan Yesus membimbing disetiap rencana kita, dan senantiasa diberkati. Amen

    BalasHapus
  2. Anak saya lahir pd hari Minggu tanggal 06 Januari 2019. Apakah Epiphanias bisa dijadikan nama untuk anak laki-laki? Mohon arahannya

    BalasHapus

Renungan hari ini: “BELAJAR MENGENAL KRISTUS" (Efesus 4:20)

  Renungan hari ini:   “BELAJAR MENGENAL KRISTUS"   Efesus 4:20 (TB2) "Tetapi, bukan dengan demikian kamu belajar mengenal Kristus...