Minggu, 9 Desember 2018
Kotbah: 1Petrus 2:11-12 Bacaan: Maleakhi 3:1-5
Minggu ini kita memasuki Minggu Advent II. Tema yang akan kita renungkan adalah “Hidup Kudus Menyambut Sang Raja”. Kekudusan menjadi bagian penting dalam menyambut Sang Raja. Sama seperti saat kita hendak menyambut seorang pemimpin atau kepala daerah misalnya presiden, maka setiap tempat yang hendak dilewatinya “disisir” dulu. Artinya dibersihkan dulu, diamankan, dan distrilkan dari kemungkinan tindakan criminal atau kejahatan. Demikianlah kita saat menyambut Advent dan Natal, kita membereskan dan membersihkan rumah dan pekarangan kita dan juga gereja dan lingkungannya. Itu adalah gambaran kebersihan lahiriah saja. Tetapi menyambut kedatangan Yesus kali kedua, kita harus menyambutnya dalam kekudusan secara rohani.
Dalam Minggu ini kita akan melihat bagaimana dulu pada zaman para rasul mereka menyambut kedatangan Yesus. Atau bagaimana mereka orang yang sudah percaya kepada Yesus menjadi saksinya bagi orang lain agar orang lain itu mau menerima Yesus dalam kehidupan mereka.
Pada saat itu orang Kristen adalah pendatang di negeri orang. Sebagai seorang Kristen pendatang, maka Petrus memberikan nasihat kepada mereka. “Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa”
Kata “pendatang dan perantau” menunjuk kepada orang-orang yang hanya tinggal sementara di suatu tempat, dan yang rumahnya ada di tempat lain. Kata pendatang ini juga hendak menunjukkan bahwa pertama kita tidak berada di rumah; dan kedua menunjukkan bahwa kita tidak berada di tengah bangsa kita sendiri. Kata-kata ini digunakan untuk menunjuk kepada Abraham yang pergi tanpa tahu tujuannya (Ibr. 11:9-13 ; bdk. Kej. 23:4), dan juga untuk menunjuk kepada Israel yang adalah budak dan orang asing di Mesir sebelum mereka masuk ke tanah Perjanjian (Kis. 7:6).
Karena itu, sebagai seorang pendatang di negeri orang, orang percaya jangan melibatkan perasaan atau kasihnya dengan hal-hal duniawi. Janganlah meniru orang-orang lain yang menghabiskan semua waktu mereka, dan menggunakan semua keahlian mereka untuk mendapatkan harta/milik duniawi, dan sepenuhnya mengabaikan pengudusan dari jiwa mereka; sebab mereka bukan orang asing, mereka adalah pemilik negeri itu dan bukan peziarah, mereka sedang mencari milik duniawi. Sementara kita sebagai orang asing di dunia ini sedang berjiarah mencari surga yang adalah rumah dan tempat kita yang sedang kita cari.
Perkataan “orang asing” ini memberikan dua kebenaran tentang orang-orang kristen.
Pertama,ada arti sesungguhnya di mana kita adalah seorang asing dalam dunia; dan karena itu kita tidak bisa menerima hukum-hukum dan jalan-jalan dan standard-standard dunia. Orang Kristen adalah warga negara dari Kerajaan Allah dan oleh hukum-hukum dari Kerajaan itulah ia harus mengarahkan hidupnya.
Kedua,orang Kristen bukanlah penghuni tetap di bumi. Kita ada dalam perjalanan ke negeri yang lebih baik. Karena itu kita tidak boleh melakukan apa yang akan menahan kita dari pencapaian tujuan kita yang terakhir yaitu surga. Kita jangan terlibat dalam dunia sehingga membuat kita tidak bisa lolos dari cengkeramannya. Kita jangan mengotori dirikita sendiri sehingga menjadi tidak cocok untuk masuk ke hadapan Allah yang kudus kepada siapa kita sedang pergi.
Dari hal ini kita bisa belajar bahwa kebanyakan orang, termasuk kebanyakan orang Kristen, mengusahakan kehidupan yang mapan. Ini kita lakukan dengan mengutamakan study/pekerjaan, dll. Kalau kita adalah orang seperti ini, pikirkan dan renungkanlah, bahwa sebagai orang Kristen, kita adalah seorang perantau dan orang asing di dunia ini yang hanya tinggal sementara di dunia ini. Kewarga-negaraan kita ada di surga, bukan di dunia ini! Karena itu arahkanlah pikiran dan usaha kita kepada hal-hal yang rohani dan kekal! (Kol. 3:1-4).
Sebagai pendatang dan perantau di bumi ini, kita harus berjuang menjadi teladan bagi dunia ini dengan menjaga pola hidup yang kudus sebagai bentuk masa penantian kita akan kedatangan Yesus kali kedua ke dunia ini. Sama seperti pada zaman Petrus mereka terus berjuang hidup dalam kekudusan mereka sembari menanti kedatangan Yesus dalam kehidupan mereka. Lalu pertanyaan kita sekarang adalah apakah yang seharusnya kita lakukan agar kita bisa menjadi orang Kristen yang memiliki pola kehidupan yang kudus dalam menyambut kedatangan Sang Raja itu?
Pertama,kita harus menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging (ay. 11). Dalam Galatia 5:19-21 disebutkan bahwa perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu - seperti yang telah kubuat dahulu - bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
Mementingkan keinginan daging akan membuat manusia terpisah dari Allah. Semua orang Kristen harus membuang keinginan-keinginan daging, dengan kata lain, melakukan pengudusan. Orang-orang kepada siapa Petrus menulis surat ini sudah mengalami pengudusan (1:22), tetapi di sini tetap disuruh untuk menyucikan diri. Perintah ini menunjukkan bahwa orang yang sudah maju dalam pengudusanpun tetap mempunyai banyak bagian dalam hidupnya yang perlu dikuduskan.
Kedua,kita harus berjuang melawan jiwa (ay. 11). Kita harus mewaspadai jahatnya keinginan-keinginan daging itu, yang berjuang untuk mengancurtkan jiwa.Keinginan daging terus-menerus berperang terhadap jiwa untuk membunuhnya, atau untuk mejadikannya tawanan. Ini merupakan tujuan dan operasi dari setiap keinginan duniawi dan hawa nafsu.
Jiwa yang hendak dihancurkan oleh keinginan daging itu adalah:
(a)Pikiran. Keinginan-keinginan daging itu merusak pikiran kita, dan menyebabkan pikiran kita dialihkan dari hal-hal rohani (seperti Firman Tuhan, doa, pelayanan, kesucian, Allah) kepada hal-hal yang bersifat daging (uang, kesenangan, sex, dsb).
(b)Hati nurani / perasaan. Keinginan-keinginan daging yang dituruti pasti memberikan perasaan bersalah dalam diri kita, dan menghancurkan damai dan sukacita dalam diri kita.
(c)Kehendak. Keinginan-keinginan daging itu juga akan membuat kehendak kita dialihkan dari pencapaian hal-hal yang rohani kepada pencapaian hal-hal yang bersifat daging (Mat. 6:24).
(d)Iman dan pengharapan. Ini pasti akan dilemahkan dan digelapkan oleh keinginan-keinginan daging itu, sehingga menyebabkan kita akan mudah menjadi takut, kuatir, dan sebagainya.
(e)Kasih kepada Allah (tetapi rusaknya kasih kepada Allah ini pasti juga akan merusak kasih kepada manusia).
Ketiga,kita harus memiliki cara hidup yang baik (ay. 12). Bagaimanakah cara hidup yang baik di tengah-tengah perantau itu? Ada beberapa cara hidup di perantauan, yakni:
1) Jangan membalas fitnahan mereka. Walau mereka memfitnah kita sebagai orang durjana, kita harus membalasnya dengan kasih TUHAN. Semua tuduhan mereka kepada orang Kristen seperti: kanibal, ketidak-bermoralan, dan bahkan incest, merusak rumah tangga, karena sering rumah tangga pecah / geger, karena sebagian menjadi kristen dan sebagian tidak, tidak setia dan berkhianat kepada kaisar, karena mereka tidak mau menyembah kaisar / mengakui kaisar sebagai Tuhan, harus dibalas dengan kasih Tuhan. Sebetulnya tidak terlalu aneh kalau orang kristen difitnah, karena Kristus juga difitnah, dan seorang murid tidak lebih dari Gurunya.
2) Tunjukkan perbuatan baik kita kepada mereka. Perbuatan baik itu misalnya, kita melawat mereka pada saat mereka mengalami peristiwa suka maupun duka. Dengan perbuatan baik kita mereka dapat memuji dan memuliakan Allah. Kita harus punya prinsip makin jahat masyarakat dimana kita tinggal, makin kita harus digerakkan untuk mengusahakan kehidupan yang baik. Perhatikan bahwa tujuan dari perbuatan-perbuatan baik kita itu bukan supaya mereka berpikir baik dan berbicara baik tentang kita, tetapi supaya mereka memuliakan Allah (1Kor. 10:31). Sekalipun orang-orang kafir itu memfitnah orang-orang kristen, tetapi orang-orang kristen harus tetap hidup baik (bukannya memfitnah kembali!), dengan tujuan supaya orang-orang kafir itu bisa bertobat.
3) Setiap orang kristen adalah iklan bagi kekristenan; ada iklan yang baik dan ada yang tidak baik. Di sini ada kebenaran yang abadi. Apakah kita menyukainya atau tidak, setiap orang kristen adalah suatu iklan bagi kekristenan; oleh kehidupannya ia menganjurkannya kepada orang-orang lain atau membuat mereka berpikir lebih sedikit tentangnya. Kekuatan misionaris yang terkuat dalam dunia adalah kehidupan Kristen!.
Selamat Advent II!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar