Minggu, 19 Agustus 2018
“INDAHNYA KEBERAGAMAN”
Kotbah: Kejadian 17:15-27 Bacaan: Galatia 4:22-28
Minggu ini kita memasuki Minggu Keduabelas Setelah Trinitatis. Tema yang akan kita renungkan adalah “Indahnya Keberagaman”.Keberagaman itu menggambarkan perbedaan baik secara agama, ras, suku dan bangsa. Sejak masa Abraham, keberagaman itu sudah nyata. Abraham memiliki dua anak yang lahir dari sejarahnya masing-masing.
Karena tidak mempunyai anak, Abrahan mengangkat Eliezer budak yang lahir dari keluarga budak milik Abraham menjadi ahli warisnya. Tapi kemudian Abraham mendapat jaminan khusus dari Tuhan, bahwa ia sendiri akan mendapat seorang putra. Melalui anak ini akan timbul suatu bangsa di kemudian hari. Jaminan khusus ini dan pemilikan atas tanah ditetapkan dengan suatu perjanjian. Namun karena dirasa hal itu terlalu lama, dan meyakini Sarai tetap tidak dapat memberikan putera bagi Abraham. Maka Sarai memberikan kepadanya Hagar sebagai selirnya. Kemudian Abraham, yang berusia 86 tahun itu mendapat seorang putra yang dinamai Ismael.
Namun Allah berkehendak lain, bahwa yang mewarisi garis keturunan yang sah yang dipilih dalam garis perjanjian (kovenan)dengan Allah, yaitu seorang anak laki-laki yang mendapat Hak Kesulungan adalah yang dilahirkan oleh Sarai, yakni: Isak (ay. 15-16). Pengesahan terhadap janji ini adalah diubahnya nama "Sarai" (Ibrani: שָׂרַי - SARAI, artinya: tuan putriku, my princess) diubah menjadi "Sarah" (Ibrani: שָׂרָה - SARAH, tuan putri/ princess). "Sarai" yang berarti tuan putriku, seolah-olah kehormatannya dibatasi hanya pada satu keluarga. "Sarah" berarti tuan putri, yaitu tuan putri atas rakyat banyak, atau nama itu menandakan bahwa dari dia akan datang Sang Mesias, yaitu Sang Penguasa atas segala Raja-raja.
Namun Allah berkehendak lain, bahwa yang mewarisi garis keturunan yang sah yang dipilih dalam garis perjanjian (kovenan)dengan Allah, yaitu seorang anak laki-laki yang mendapat Hak Kesulungan adalah yang dilahirkan oleh Sarai, yakni: Isak (ay. 15-16). Pengesahan terhadap janji ini adalah diubahnya nama "Sarai" (Ibrani: שָׂרַי - SARAI, artinya: tuan putriku, my princess) diubah menjadi "Sarah" (Ibrani: שָׂרָה - SARAH, tuan putri/ princess). "Sarai" yang berarti tuan putriku, seolah-olah kehormatannya dibatasi hanya pada satu keluarga. "Sarah" berarti tuan putri, yaitu tuan putri atas rakyat banyak, atau nama itu menandakan bahwa dari dia akan datang Sang Mesias, yaitu Sang Penguasa atas segala Raja-raja.
Terhadap karunia itu, Abraham menyambutnya dengan penuh sukacita dan rasa syukur terhadap janji ini, hal ini diungkapkan dalam ayat 17 dengan:
Pertama,kerendahan hati yang besar: Ia bersujud.Semakin banyak kehormatan dan kebaikan yang dikaruniakan Allah kepada kita, semakin rendahlah seharusnya kita memandang diri sendiri, dan semakin hormat serta berserah di hadapan Allah.
Kedua,Abraham menyambutnya dengan sukacita yang besar. Dan Abraham. Itu adalah tawa bahagia, bukan karena tidak percaya (menertawakan). Bahkan janji-janji dari Allah yang kudus, dan juga pelaksanaan-pelaksanaannya oleh Allah, adalah sukacita bagi jiwa yang kudus. Ada sukacita karena iman seperti juga ada sukacita karena mendapatkan hasil. Abraham bersukacita atas keturunan yang akan dilahirkan dari Istrinya yang menjadi permaisurinya yaitu, Sarah.
Ketiga, dengan pengucapan syukur yang besar.Mungkinkah bagi seorang yang berumur seratus tahun dilahirkan baginya seorang anak? Ia di sini tidak berbicara tentang hal ini sebagai sesuatu yang sama sekali meragukan (sebab kita yakin bahwa Abraham tidak bimbang terhadap janji Allah (Rm. 4:20), tetapi sebagai sesuatu yang sangat menakjubkan, dan yang tidak bisa dikerjakan kecuali dengan kekuatan Allah yang Mahakuasa, sebagai sesuatu yang sangat baik, dan sebagai kebaikan yang semakin menyentuh dan menyenangkan lagi karena hal ini, bahwa itu merupakan peristiwa yang amat sangat mengejutkan.
Di dalam sukacitanya itu terdapat juga ada pergumulan yang besar bagi Abraham. Abraham bingung menentukan hak warisan bagi kedua anaknya itu antara Ismael dan Ishak. Di situasi yang beragama ini, Abraham hendak membangun keindahan bagi kedua anaknya yang berbeda itu.
Apakah yang dilakukan Abraham dalam menghadapi keberagaman itu agar melahirkan keindahan bagi kedua anaknya itu?
Pertama,Abraham memohon berkat bagi Ismael (ay. 18).Dan Abraham berkata kepada Allah: "Ah, sekiranya Ismael diperkenankan hidup di hadapan-Mu!"
Lalu, Abraham berkata kepada Allah, "Biarlah Ismael diperkenankan hidup di hadapan-Mu!"
Lalu, Abraham berkata kepada Allah, "Biarlah Ismael diperkenankan hidup di hadapan-Mu!"
Ayat 18 ini adalah doa Abraham untuk Abraham yang menyiratkan: "Ah, sekiranya Ismael saja yang mewarisi aku". Hal ini dikatakannya, bukan karena ia ingin agar Ismael lebih dipilih daripada anak yang akan dimilikinya dari Sarah. Tetapi, kepedulian Abraham agar jangan Ismael ditelantarkan dan ditinggalkan Allah, maka ia mengajukan permohonan ini atas nama Ismael. Permohonan syafaat semacam juga dilakukannya kepada kemenakannya, yaitu Lot (Kej. 18:16-33; 19:1-29). Maka sesuatu yang sangat wajar ketika seorang ayah berdoa bagi masa depan anaknya.
Inilah syafaat Abraham terlebih karena sekarang Allah berbicara dengannya, ia berpikir bahwa ia mempunyai kesempatan yang sangat baik untuk mengatakan sesuatu yang baik bagi Ismael anaknya sendiri. Kita ingat bagaimana Abraham bersyafaat bagi Lot, agar Lot dan keluarganya diluputkan dari murka Allah dari penghukuman Sodom dan Gomora (Kej. 18:16-33; 19:1-29). Kita tahu bahwa syafaat Abraham ini didengar Allah, meski istri Lottidak tertolong, tetapi Lot dan kedua anaknya selamat.
Kedua,akibat permohonan Abraham itu, Allah berjanji akan memberkati Ismael (ay. 20).Dan mengenai Ismael, Aku telah mendengarkan engkau. Lihatlah, Aku telah memberkatinya, dan Aku akan membuatnya beranak cucu dan membuatnya sangat banyak, ia akan melahirkan dua belas raja, dan Aku telah membuatnya menjadi bangsa yang besar.
Tetapi perjanjian Allah akan diadakan-Nya dengan Ishak bukan kepada Ismael (ay. 21). Allah menjadikan keindahan bagi Ismael dan Ishak tanpa ada yang merasa disakiti dan dirugikan. Allah bertindak adil bagi mereka berdua.
Tetapi perjanjian Allah akan diadakan-Nya dengan Ishak bukan kepada Ismael (ay. 21). Allah menjadikan keindahan bagi Ismael dan Ishak tanpa ada yang merasa disakiti dan dirugikan. Allah bertindak adil bagi mereka berdua.
Inilah jawaban Allah terhadap doa Abraham. Dan itu adalah jawaban damai. Abraham tidak dapat berkata bahwa ia mencari wajah Allah dengan sia-sia. Doa syafaat-nya memberikan jawaban kasih karunia Allah yang juga besar kepada Ismael. Walaupun Ismael tidak ditentukan sebagai anak yang memegang hak kesulungan penerus garis kovenan dari Abraham. Namun Allah memberikan berkat-berkat yang lain seperti:
1. Berkat-berkat umum dijamin bagi Ismael (ay. 20): Tentang Ismael, yang begitu amat engkau pedulikan, Aku telah mendengarkan permintaanmu. Ia akan mendapat perkenanan-Ku demi engkau. Allah memberikan jaminan berkat: Aku telah menyediakan banyak berkat baginya. Perhatikan bahwa jawaban Allah ini seluruh verba-nya ditulis dalam bentuk perfect (rampung, sudah dilaksanakan), yang memberikan kepastian kepada Abraham bahwa Allah konsisten dengan janji-Nya yang diucapkan: (1) Keturunannya akan sangat banyak: Ia akan Kubuat beranak cucu dan sangat banyak, lebih daripada tetangga-tetangganya. Ini adalah buah dari berkat itu, seperti dalam Kejadian 1:28. (2) Mereka akan menjadi orang-orang besar: Ia akan memperanakkan dua belas raja. Di dalam kasih kita dapat berharap bahwa berkat-berkat rohani juga dikaruniakan kepada Ismael, meskipun jemaat yang kelihatan di bumi ini tidak dilahirkan dari keturunannya dan kovenan/ perjanjian/ garis kenabian tidak ditetapkan di dalam keluarga Ismael. Tapi, perhatikanlah, berlimpahnya kebaikan-kebaikan yang diberikan Allah kepada Ismael. Hal ini juga dapat dibandingkan dengan para orangtua, bahwa orangtua memberikan apa yang terbaik untuk diwariskan kepada anak-anaknya.
2. Berkat-berkat perjanjian memang diberikan hanya kepada Ishak, dan dipersiapkan khusus untuknya (ay. 19, 21) terlebih Allah merencanakan Sang Mesias lahir dari garis Ishak. Namun bukan berarti Ismael menjadi tidak diberkati, atau bahkan secara ekstrim dikutuk, tidak! Jika Abraham, dalam doanya untuk Ismael, bermaksud bahwa ia ingin agar kovenan dibuat dengan Ismael, dan keturunan yang dijanjikan akan datang darinya, maka Allah tidak mengabulkan itu, tetapi hal yang pantas bagi Ismael telah diberikan, bahwa Ismael akan menurunkan bangsa-bangsa yang besar, inilah berkat Allah kepada Ismael.
Dan kemudian pada ayat 21 Allah kembali menegaskan posisi bagi Ishak, yakni:
Dan kemudian pada ayat 21 Allah kembali menegaskan posisi bagi Ishak, yakni:
(1) Allah mengulangi kepadanya janji akan seorang anak laki-laki dari Sarah: Bahwa Sarah-lah yang akan melahirkan anak laki-laki bagi Abraham. Perhatikanlah, bahkan orang-orang yang sungguh-sungguh percaya perlu diberi janji-janji Allah yang diulang-ulang kepada mereka, agar mereka mendapat dorongan yang kuat (Ibr. 6:18). Dan lagi, penunjukan Ishak sebagai anak-kovenan mengemban dampak dan peran yang berkelanjutan pada rencana Allah untuk keselamatan manusia dari dosa, yaitu lahirnya Sang Mesias. Jadi meski Ishak dan Ismael sama-sama diberkati. Tetapi Allah harus memilih salah satu dari mereka, dan pilihan Allah adalah Sarah yang melahirkan anak bagi Abraham. Bahwa keturunan Abraham dari Ishak selanjutnya Yakub dan seterusnya mengemban pernyataan janji Allah untuk keselamatan. Inilah garis kovenan yang ditentukan Allah.
(2) Allah menamai anak itu Ishak (Ibrani: יִצְחָק - YITSKAQ, artinya "tertawa"), karena Abraham bersukacita dalam hatinya ketika anak ini dijanjikan kepadanya.
(3) Allah meneruskan kovenan dengan anak itu (Ishak): "Aku akan mengadakan perjanjian-Ku dengan dia".
Perhatikanlah, apabila janji-janji Allah adalah sukacita kita, maka rahmat-rahmat-Nya akan menjadi sukacita kita yang tak terkira pada waktunya. Sang Mesias akan menjadi tawa kebahagiaan bagi orang-orang yang mencari Dia. Mereka yang sekarang bersukacita dalam pengharapan akan segera bersukacita dalam memperoleh apa yang mereka harapkan.
Dari nas hari ini kita dapat belajar bahwa Allah sendiri telah membuat perbedaan itu sangat indah. Ismael diberkati-Nya dan Ishak pun diberkati-Nya sehingga mereka berdua hidup bahagia. Meski ada banyak orang Kristen yang menafsirkan Ishak dan Ismael kemudian menjadi seteru. Penafsiran itu tidak benar, sebab kedua saudara itu sama-sama memakamkan ayah mereka (lih. Kej. 25:9). Dalam budaya Yahudi itu merupakan tanda keakraban saudara sedarah.
Keturunan Ismael dan Ishak tidak berseteru. Sebagai bukti, seorang keturunan Ismael menjadi panglima pasukan Daud (2Sam. 17:24-25). Seorang lagi menjadi kepala pengawas unta-unta keluarga Raja Daud(1Taw. 27:30). Yang mengawasi unta-unta ialah Obil, orang Ismael; yang mengawasi keledai-keledai betina ialah Yehdeya, orang Meronot.
Sejarah Yahudi menunjukkan bahwa keturunan Ismael pada umumnya diterima baik sebagai bagian anak bangsa, namun ada saja orang Kristen berprasangka negatif. Kitab Kejadian ini secara eksplisit menghargai Ismael dalam sejarah Yahudi, dengan mencatat bahwa Ismael disunat bersamaan dengan Abraham (lih. Kej. 17:26). Alkitab juga mencatat bahwa janji berkat Allah berlaku atas Ismael (lih. Kej. 21:3) lalu menyimpulkan pasal itu dengan ungkapan "Allah menyertai anak ini" (Kej. 21:20).
Orang kalangan kita (umat Kristen di Indonesia) umumnya menghindari menamakan anak laki-laki baru lahir dengan nama Ismael. Padahal nama Ismael (Ibrani, יִשְׁמָעֵאל - YISH'MA'EL) mempunyai arti yang bagus, artinya "God will hear" (Kej. 16:11). Nama itu bukan sekedar nama, sebab pada Kejadian 21:17 tercatat peristiwa bahwa Allah memang benar-benar mendengarnya. Karena itu, marilah hidup dengan damai walau kita beragam budaya, agama, suku dan ras karena itu adalah anugerah TUHAN bagi kita semua. (rsnh)
Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar