Renungan hari ini:
BEKERJA DAN ISTIRAHAT
Keluaran 34:21 (TB) "Enam harilah lamanya engkau bekerja, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah engkau berhenti, dan dalam musim membajak dan musim menuai haruslah engkau memelihara hari perhentian juga"
Exodus 34:21 (NRSV) "Six days you shall work, but on the seventh day you shall rest; even in plowing time and in harvest time you shall rest”
Tuhan telah mengatur kehidupan manusia sedemikian rupa. Ada saat bekerja da nada pula saat istirahat. Siang untuk bekerja dan malam untuk istirahat. Tuhan menciptakan dunia dalam masa enam hari. Pada hari ketujuh, Tuhan berhenti dari segala pekerjaan penciptaan. Dia memberkati dan menguduskan hari itu (Kej. 2:3). Kelak, ketika Tuhan memberikan Dasa Titah kepada bangsa Israel, ia memerintahkan agar hari ketujuh (Sabat) menjadi hari yang kudus. Pada hari itu umat-Nya harus berhenti dari segala pekerjaan rutin dan sebagai gantinya beribadah kepada Tuhan. Selain sebagai hari ibadah, Tuhan menjadikan Sabat demi keuntungan manusia sendiri yaitu agar manusia dapat beristirahat. Tanpa Sabat, manusia akan lelah, sakit, bosan, dan hampa. Banyak sakit fisik dan jiwa terjadi karena tiadanya Sabat.
Nas hari ini mengajakan bahwa Tuhan memerintahkan kita berhenti bekerja pada hari Sabat (baca: Istirahat) meskipun dalam musim membajak dan menuai. Padahal kedua musim itu paling penting. Mereka sangat sibuk. Ditambah lagi, masa untuk membajak dan menuai sangat pendek. Pada saat musim berganti, misalnya ketika hujan musim semi berlalu, maka kesempatan membajak dan menanam akan berlalu pula. Mereka harus kerja cepat dan giat. Setiap detik sangat berharga. Rugi rasanya melewatkan satu hari tanpa bekerja.
Banyak orang Kristen tidak menganggap serius hari istirahat. Ada yang tetap buka toko atau lembur kerja karena godaan materi. Apalagi pada musim ramai seperti menjelang hari raya. Rugi rasanya kalau tidak buka toko atau bekerja. Namun, hal itu tidak dikehendaki Tuhan. Tuhan sedih melihat kita lebih mengutamakan materi daripada hubungan dengan diri-Nya. Betapa pun banyak kesibukan kerja, besarnya order atau lakunya dagangan kita, Sabat (baca: istirahat) tidak bisa ditawar. Soal kehilangan keuntungan pada hari itu tidak seharusnya menjadi alasan. Materi bukan segala-galanya. Kita tidak akan bertambah kaya jika tetap bekerja pada Sabat. Kita juga tidak akan menjadi miskin jika pada hari ramai itu tidak bekerja atau berdagang.
Utamakan ketaatan kepada Tuhan. Dahulukan kecintaan kepada Tuhan Yesus lebih daripada kecintaan pada materi. Rajinlah datang beribadah pada hari Sabat, menyembah dan mendengarkan apa yang Dia ingin katakan kepada kita melalui firman-Nya.
Namun, dalam masyarakat modern kita, orang tidak mau melakukannya. Bahkan pada hari libur mereka tetap bekerja. Bahkan orang-orang yang pergi ke gereja untuk beribadah, setelah selesai mereka pulang dan langsung bekerja lagi, berusaha menyelesaikan apa yang tidak selesai pada hari-hari kerja. Itu bukan Sabat!
Timbul pertanyaan kita, apa yang seharusnya anda lakukan pada hari Sabat (baca: Minggu)?
Pertama,ijinkan tubuh kita beristirahat. Kadang-kadang aktivitas yang paling rohani yang dapat kita lakukan adalah tidur siang.
Kedua,fokuskan kembali roh kita. Artinya, kita harus beribadah dan menyembah Allah.
Ketiga,mari mengisi kembali kantong emosi kita. Artinya lakukan sesuatu yang memulihkan dan membangun kembali semangat kita, semisal hobi atau olah raga.
Tidak penting hari apa hari Sabat kita (Sabtu atau Minggu), yang penting adalah ketaatan kita. Mungkin kita tidak bersedia libur ketika pasangan kita meminta kita atau bahkan ketika bos kita meminta kita mengambil cuti. Tetapi kit harus beristirahat karena Allah yang memerintahkannya dan supaya kita dapat memberikan yang terbaik kepada-Nya. Karena itu, bekerjalah dan beristirahatlah dengan baik demi masa depan yang lebih baik. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar