Renungan hari ini:
BUKAN PEDANG MANUSIA
Yesaya 31:8 (TB) "Asyur akan rebah oleh pedang, tetapi bukan pedang orang, dan akan dimakan habis oleh pedang, tetapi bukan pedang manusia; mereka akan melarikan diri terhadap pedang, dan teruna-terunanya akan menjadi orang rodi"
Isaiah 31:8 (NRSV) "Then the Assyrian shall fall by a sword, not of mortals; and a sword, not of humans, shall devour him; he shall flee from the sword, and his young men shall be put to forced labor”
Asyur menjadi Negara adi-kuasa yang berasal dari Timur Laut, dengan rajanya Tiglath Pileser III (2Raj. 15:19). Bangsa ini bertumbuh dengan begitu cepat sehingga menjadi ancaman bagi bangsa-bangsa di sekitarnya, Aram, Mesir, Fenesia, Israel, termasuk juga Yehuda. Asyur berusaha menguasai negara-negara itu. Raja Israel (Pekah) dan Raja Aram ( Rezin) bersepakat untuk bersatu melawan Asyur, Mereka pun mengajak Yehuda untuk bergabung namun ditolak. Akhirnya mereka justru bersepakat untuk menyerang Yehuda. Karena alasan itu, Yehuda justru mencari pertolongan kepada Asyur.
Pada akhirnya Asyurpun berusaha untuk menguasai Yehuda dan Yerusalemnya. Pada tahun-tahun itulah Yesaya hidup di Yehuda dan menjadi suara Allah bagi bangsa itu. Yehuda bersikap kompromi terhadap Asyur karena takut (Ahas). Namun demikian pada akhirnya merekapun melakukan usaha pemberontakan, yang akhirnya pun gagal.
Mengapa Yehuda gagal? Jawabnya karena mereka mengandalkan kekuatan mereka sendiri dan kekuatan bangsa disekitar mereka. Mereka meminta pertolongan dari bangsa-bangsa kafir lainnya yang ada di sekitar mereka, dalam hal ini Mesir. Mereka tidak bersandar kepada Allah.
Yesaya berusaha memperingatkan bangsa Yehuda bahwa Mesir bukanlah tempat pertolongan mereka yang sejati. Dan Asyurpun, yang terlihat begitu kuat dan hebat, dan yang menjadi ancaman terbesar mereka, pada akhirnya toh akan hancur juga.
Dari contoh ini kita dapat menarik suatu pelajaran yang berkaitan dengan kehidupan kita sendiri. Apakah dalam kehidupan kita, kita benar-benar mengandalkan Allah atau ada “mesir-mesir” lain yang menjadi tempat kita menggantungkan pengharapan kita? Meminta bantuan dari orang lain bukanlah suatu kesalahan, itu adalah sesuatu yang wajar. Tetapi, yang menjadi kesalahan dan kebodohan beberapa orang adalah “mereka tidak meminta keputusan Allah.” Sewajarnya dalam situasi apapun, setiap orang percaya haruslah dengan setia mempercayakan hidup mereka kepada Allah. Mengapa kita harus mempercayakan hidup kita kepada Allah? Setidaknya ada tiga alasan yang ada dalam pembacaan kita mengenai mengapa kita harus mempercayakan kehidupan kita kepada Allah.
Pertama, Allah kita adalah Allah yang Mahakuasa (ay. 3). Ayat ini memberikan kepada kita petunjuk bahwa Mesir merupakan andalan yang palsu dan Tuhan adalah Penolong yang Sejati. Biar bagaimanapun, orang Mesir pada hakikatnya hanyalah manusia dan bukan Tuhan. Ada banyak bagian dari Alkitab yang menunjukkan kelemahan manusia (Ayb. 28:12-13; Ams. 20:24). Hal ini menunjukkan bahwa manusia tidak mempunyai kekuatan atau kemampuan untuk menolong dirinya sendiri. Mungkin kita mempunyai pergumulan dalam diri kita antara usaha manusia dan iman kepada Allah.
Kedua,Allah yang berperang dan menjaga kita (ay. 4 & 5).Dalam bagian awal dari ayat ini, Yesaya ingin menegaskan bahwa apa yang ia sampaikan bukan berasal dari dirinya sendiri melainkan dari Allah (4a). Ada dua penafsiran mengenai ayat ini, yang pertama, bahwa Asyur menjadi singa yang tidak mau melepaskan mangsanya (Yehuda), dan pasukan gembala yang berusaha menghalaunya adalah bangsa Mesir, yang menyatakan bahwa pertolongan dari Mesir adalah sia-sia. Penafasiran ini cukup logis mengingat kenyataan yang terjadi kemudian.
Penafsiran yang lain menunjukkan bahwa betapa kokohnya perlindungan yang dilakukan oleh Tuhan. Hal ini menjadi kontras dengan “perlindungan” dari Mesir. Alasan penafsiran ini adalah karena ayat 4-5 menggunakan penggambaran yang paralel dan langsung menunjukkan sikap & tindakan Tuhan yang menyelamatkan. Maka singa itu adalah Allah sendiri yang dengan kuat kuasanya tetap memegang teguh kasih setia-Nya kepada umat perjanjian-Nya. Pasukan gembala adalah Asyur, yang ribut-ribut dalam jumlah besar, datang dengan segala peralatan dan bunyi-bunyian yang ribut untuk menghalau Singa itu. Namun, singa itu tidak gentar, bahkan mengaum dan menggeram, dalam mempertahankan dan sekaligus seolah-olah memberi peringatan supaya jangan mengganggunya.
Demikianlah Allah berperang di bukit Sion untuk mempertahankan umat-Nya (Bnd. Yes. 28:21). Seharusnya, ini menjadi jaminan juga bagi kita, bahwa dalam segala perkara yang terjadi dalam hidup kita (asal kita setia), maka Allah yang akan berperang atau mengatasi setiap permasalahan kita.
Ketiga, Allah menjanjikan kemenangan. (ay. 8).Asyur akan rebah oleh pedang, hal ini tidak berbicara mengenai pedang manusia, tetapi pedang Allah. Karena dari ayat 4-5 telah dinyatakan bahwa Allah sendiri yang akan turun berperang ganti kita. Kalau kita perhatikan poin pertama dan kedua maka poin ketiga ini otomatis akan terjadi. Namun, dasar manusia itu sulit untuk percaya, kadang tidak bisa berpikir secara realistis, maka bagian ketiga ini bahkan harus dijanjikan secara khusus oleh Allah. Itupun seringkali manusia masih tidak percaya.
Kitapun sering kali tahu bahwa Allah pasti akan menolong kita, tapi rasa ragu dan ketidak percayaan itu seringkali begitu kuat sehingga kita justru melakukan apa yang bukan maksud Allah untuk kita lakukan. Apapun pergumulan hidup kita, Allah pasti tolong, asal kita tetap bersandar dan mengandalkan Dia. Ada terlalu banyak masalah yang sedang terjadi atau bisa terjadi dalam kehidupan kita, tetapi ingat, jangan pernah berpaling kepada mesir-mesir yang ada disekitarmu. Mereka akan membuatmu kecewa. Yakinlah bahwa Allah yang telah memanggil kita masuk dalam hitungan anak-anakNya, Ia yang akan bertanggung jawab secara penuh atas segenap kehidupan kita. Ia yang akan memelihara kehidupan kita. Karena itu, yakinlah bahwa bukan pedang manusia yang menyelamatkan kita melainkan pedang Allah yang menyelamatkan hidup kita. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar