Renungan hari ini:
HATI-HATI DENGAN GURU PALSU
2 Petrus 2:10 (TB) “Terutama mereka yang menuruti hawa nafsunya karena ingin mencemarkan diri dan yang menghina pemerintahan Allah. Mereka begitu berani dan angkuh, sehingga tidak segan-segan menghujat kemuliaan"
2 Peter 2:10 (NRSV) “Especially those who indulge their flesh in depraved lust, and who despise authority. Bold and willful, they are not afraid to slander the glorious ones”
Guru palsu selalu berusaha mengajarkan sesuatu yang merusak kehendak Allah. Dalam melaksanakan pengajarannya mereka sering menyamar seperti gembala di tengah-tengah jemaat. Dalam 2Petrus 2 penulis mengutuk guru-guru palsu, terutama kesombongan dan keangkuhan mereka. Kita akan memahami jika kemudian ia menulis beberapa ayat yang menunjukkan bahwa mereka mencela para malaikat, tetapi tiba-tiba kita lihat ia menyebutkan "makhluk langit" yang bukan malaikat, karena ia mengatakan bahwa malaikat itu menentang mereka pada kalimat selanjutnya. Siapakah yang dimaksud dengan makhluk langit itu? Apakah kita telah memasuki dunia monster yang bersifat fiksi ilmiah? Apakah semua itu hanya mitos, atau semata-mata merupakan khayalan Petrus? Dan jika semua itu nyata, apa maknanya bagi orang Kristen pada masa kini?
Guru-guru palsu dalam Kitab 2Petrus terkenal dengan kehidupan mereka yang tidak bermoral. Penulis mengatakan bahwa mereka akan dihukum, karena mereka "memandang rendah penguasa" atau lebih tepatnya, "menghina pemerintahan Allah" (2:10). Dengan demikian tidaklah mengejutkan jika mereka juga memandang rendah makhluk-makhluk lain.
Ada dua ciri utama kehidupan para guru palsu.
Pertama, hidup dalam kesombongan atas kebenaran diri mereka. Mereka berani menghina pemerintahan Allah (ay. 10a) dan tidak segan menghujat kemuliaan/makhluk mulia (ay. 10b, merujuk kepada malaikat-malaikat baik). Bahkan Petrus mengontraskan keangkuhan para guru palsu ini dengan kelembutan malaikat-malaikat baik yang sebenarnya jauh lebih kuat dan berkuasa dari mereka (ay. 11, bnd. Yud. 8-10 yang konteksnya juga tentang guru palsu). Para guru palsu itu tak ubahnya seperti binatang yang tidak berakal (ay. 12). Binatang lebih memakai nalurinya daripada pikirannya, demikian juga para guru palsu itu lebih mengikuti naluri dosa mereka daripada dikontrol oleh kebenaran sejati.
Kedua, hidup para guru palsu dikuasai oleh nafsu terhadap kesenangan dunia seperti pesta pora dan perzinahan (ay. 13-14). Bahkan mereka melatih hati mereka dalam keserakahan (ay. 14). Kata melatih ini mempunyai arti asli “melatih seperti latihan atletik yang penuh disiplin.” Betapa mengerikannya pola pikir dan cara hidup mereka! Perbuatan mereka seperti Bileam (Bil. 22-25) yang menempuh jalan kebinasaan (ay. 15, bnd. Bil. 22:32). Pikiran Bileam dipenuhi keserakahan dan nafsu untuk kepuasan dirinya semata. Akhirnya adalah kebinasaan dan penghukuman (ay. 12-13).
Hidup di dunia yang penuh dengan pengumbaran hawa nafsu dan kenikmatan sementara membuat orang yang lemah jadi mudah jatuh (ay. 14). Kita diperingatkan untuk tidak meninggalkan "jalan yang benar" (ay. 15), yaitu yang sesuai dengan pengajaran firman Tuhan yang murni. Marilah tetap teguh dalam kebenaran (ay. 1:12) dan melatih diri dalam kekudusan sehingga "kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya" (ay. 3:14). Doktrin yang benar harus menghasilkan kehidupan yang mulia.
Apa makna hal ini bagi gereja? Gereja dipanggil untuk mengamati keberadaan dari makhluk-makhluk neraka itu secara serius. Kekuatan rohani sungguh-sungguh memerintah di dunia ini. Tetapi gereja tidak dipanggil untuk menghabiskan banyak waktu untuk mempelajari kekuatan-kekuatan semacam itu atau berbicara menentang kekuatan makhluk neraka, meskipun tentu saja Tuhan dapat memberi nubuat kepada seseorang untuk berbicara ten tang hal tersebut. Paulus telah menuliskan rangkaian perlengkapan yang digunakan untuk peperangan rohani dalam Kitab Efesus 6, tetapi meskipun doa termasuk di dalamnya, perlengkapan rohani itu tidak mencakup perlawanan langsung dengan makhluk-makhluk langit tersebut. Sayangnya, karena kekuatan-kekuatan semacam itu menarik kita, kita mungkin akan tergoda untuk berbicara menentang makhluk-makhluk langit itu (tanpa perintah langsung dari Tuhan, semata-mata untuk mempertunjukkan "kekuatan kita") atau hidup dalam rasa takut terhadap mereka.
Petrus mengharapkan jemaat memperhatikan hal ini secara serius, tetapi dengan cara menjalani kehidupan yang kudus dan bebas dari keinginan dan kesombongan yang tampaknya ada pada diri mereka (pengalaman pastoral mengungkapkan bahwa keinginan dan kesombongan itu merupakan cara utama yang digunakan makhluk itu untuk mengendalikan manusia). Hal ini berarti Perjanjian Baru menganggap makhluk langit itu sebagai hal yang serius, tetapi mereka ingin agar orang Kristen memusatkan perhatian pada Kristus, bukan pada kuasa gelap. Jika orang Kristen hidup dalam persekutuan dan ketaatan kepada Allah (tidak seperti guru-guru palsu), maka makhluk-makhluk tersebut tidak akan dapat mengganggu mereka. Karena itu, hadapilah guru-guru palsu dengan sikap hidup tidak angkuh dan tidak sombong. (rsnh)
Selamat Hari Pancasila
Tidak ada komentar:
Posting Komentar