KOTBAH TRINITATIS
Minggu, 27 Mei 2018
“MENJADI MANUSIA BARU DI DALAM TUHAN”
Kotbah: Yehezkiel 36:25-28 Bacaan: Yohanes 3:1-8
Hari ini kita memasuki Minggu Trintatis. Dalam ibadah ini tema yang akan kita renungkan adalah “MENJADI MANUSIA BARU DI DALAM TUHAN”.Manusia baru bukan berarti tubuh kita berubah menjadi baru. Tubuh kita tetap seperti sediakala, namun pola kata, pola pikir dan pola tindak kita mengalami perubahan. Kebaruan manusia itu terlihat dari apa yang keluar dari dalam dirinya kepada orang lain. Apakah yang keluar dari dalam dirinya menjadi berkat atau kutuk bagi orang lain.
Apakah ciri-ciri orang yang mengalami kebaruan hidup di dalam TUHAN?
Pertama, hidupnya mengalami pentahiran (ay. 25). Melalui proses penyadaran yang dialami oleh umat Israel selama masa pembuangan, hati mereka ditahirkan dan dibaharui. Pemurnian diri dan pemulihan hubungan dengan Tuhan hanya dapat terjadi karena kasih-karunia Allah. Itu sebabnya dalam ayat 25 Allah berfirman: “Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu”. Disini jelas Allah bertindak sebagai subyek yang berinisiatif untuk mencurahkan air jernih yang fungsinya untuk mentahirkan dosa-dosa umat. Inisiatif Allah tersebut terjadi karena hanya Allah saja yang memiliki air jernih yang mampu membersihkan umat dari seluruh kenajisannya. Umat berperan sebagai penyambut dan penerima air jernih Allah. Dengan demikian air jernih yang digunakan dalam nubuat nabi Yehezkiel berfungsi sebagai simbolisasi pengampunan dan pengudusan Allah.
Tindakan Allah yang mentahirkan umat Israel akan menghasilkan kehidupan yang diperbarui, sebab Allah mengaruniakan hati yang baru dan roh yang baru. “Hati” dalam dunia Perjanjian Lama dipahami sebagai pusat atau inti dari kepribadian manusia. Karena itu apabila hati dan roh umat diperbarui oleh Allah, maka umat akan mengalami kelahiran baru, suatu kehidupan yang baru bersama dengan Tuhan. Manusia tidak lagi memusatkan diri pada misi pribadinya, melainkan misi Allah. Apapun yang dikerjakannya adalah semata-mata untuk kemuliaan Allah. Demikianlah kita sebagai umatNya, juga diundang untuk menyerahkan hidup kita dibimbing Roh-Nya yang kudus untuk misi yang baru dari Allah dalam hidup kita.
Kedua,hidupnya memiliki hati dan roh yang baru (ay. 26). Hati yang baru berbeda dengan hati yang lama. Hati yang lama adalah hati yang keras yang tidak mau dituntun oleh kebenaran Firman Tuhan, sedangkan hati yang baru adalah hati yang taat dan mau dibentuk oleh Tuhan sehingga kita mencapai tujuan Tuhan dalam hidup kita. Tuhan menciptakan kita dengan tujuan yang jelas. Oleh sebab itu, Tuhan ingin setiap kita mencapai tujuan yang Tuhan telah tetapkan. Suatu saat, ada waktunya Tuhan akan berkata kepada setiap kita apakah yang sudah kita lakukan di dunia ini? Sudahkah kita mencapai tujuan Tuhan dalam hidup kita? Ada tiga hal yang harus kita lakukan agar kita mendapat hati yang baru dan roh yang baru agar kapasitas kita diperbesar oleh Tuhan:
1. Bersedia dibentuk oleh Tuhan (Yer. 18:4).Hidup kita harus sama seperti bejana. Jika bejana yang dibuat tukang periuk itu rusak maka tukang periuk itu akan membentuk bejana itu kembali menurut apa yang baik dipemandangannya. Demikian juga hidup kita di tangan Tuhan. Jika kita bersedia dibentuk oleh Tuhan maka proses yang akan kita lewati akan sebentar saja. Tetapi jika kita tidak mau dibentuk oleh Tuhan maka prose situ akan lama seperti yang dialami oleh bangsa Israel. Kita harus bersedia dibentuk oleh pembentukannya Tuhan. Jika kita tidak bersedia maka pembentukan yang akan kita alami itu semakin keras. Tetapi saat kita bersedia dibentuk oleh Tuhan maka Tuhan akan memberi hati yang baru dan roh yang baru sehingga kapasitas kita akan diperbesar.
2. Lupakan masa lalu dan fokus pada tujuan (Flp. 3:13-14). Paulus melupakan apa yang ada di belakangnya dan mengarahkan matanya kepada tujuan Tuhan dalam hidupnya. Kita harus mampu melupakan masa lalu dan melangkahkan kaki ke depan. Jika kita terikat dengan masa lalu kita maka kita tidak akan bisa melangkah ke depan. Tuhan sudah melupakan dan menebus masa lalu kita. Saat Yesus disalibkan, Yesus berkata sudah selesai. Segala kegagalan kita di masa lalu sudah Tuhan tebus di atas kayu salib. Seperti hal nya Paulus, ia memiliki masalalu yang tidak baik, masa lalu Paulus adalah seorang Saulus yang merupakan penganiaya jemaat. Tetapi ia mengalami perjumpaan dengan Tuhan di suatu jalan dan Tuhan berkata: Saulus mengapa engkau menganiaya Aku? Ketika mengalami perjumpaan dengan Tuhan Saulus diperdamaikan dengan Tuhan, Saulus diperdamaikan dengan dirinya sendiri dan saulus diperdamaikan dengan sesamanya. Lupakan segala kegagalan kita masa lalu dan jangan sampai terintimidasi oleh iblis. Tuhan sudah memberi hati yang baru dan roh yang baru agar kapasitas hidup kita semakin diperbesar.
3. Bersedia melangkah setahap demi setahap (Mt. 25:21). Terkadang setiap orang ingin langsung mencapai puncak dalam hidupnya. Padahal sebelum mencapai sebuah puncak gunung kita harus melalui kaki gunung terlebih dahulu. Tidak ada yang instan dalam hidup ini, semua membutuhkan proses dalam hidup. Proses membutuhkan kesetiaan, ketekunan dan kesungguhan dalam hidup kita sampai setiap kita mencapai gold an sasaran Tuhan. Yang dimaksud dengan perkara kecil adalah kita harus setia dengan tanggung jawab kita sekarang. Tuhan memproses kita perlahan-lahan agar mental setiap kita siap. Terkadang setiap orang ingin cepat kaya padahal mereka belum siap untuk menjadi seorang yang kaya. Bersedialah melangkah setahap demi setahap, jangan seperti gelumbung air yang cepat terbang tinggi tetapi saat sudah diatas gelembung air itu pecah. Banyak orang Kristen yang berubah setia karena kesuksesan mereka yang tidak melewati proses yang ada. Tuhan tidak mau kita hilang seperti gelembung air tersebut. Bersedialah melangkah setahap demi setahap agar kita mendapat hati yang baru dan roh yang baru sehingga kapasitas kita diperbesar oleh Tuhan.
Ketiga,hidupnya menurut segala ketetapan dan peraturan TUHAN (ay. 27). Hukum-hukum Tuhan dirancang untuk membawa berkat bagi manusia. Hukum Tuhan menentukan tingkah-laku (sikap) yang menghasilkan kedamaian, ketertiban, keamanan, respek, sopan-santun dan kesejahteraan. Ulangan 4:5-7 memberitahu kita bahwa orang yang menaati hukum dan ketetapan-ketetapan Tuhan, orang yang melakukan peraturan Tuhan dengan setia akan menjadi orang yang bijaksana dan berakal budi. Jadi, hukum-hukum Tuhan bukanlah suatu beban, seperti yang dikatakan beberapa orang, tetapi berkat. Hukum-hukum Tuhan adalah Berkat! Hukum-hukum Tuhan adalah Hukum Kehidupan
Ada tiga kegunaan hukum dan ketetapan TUHAN, yakni: 1). Untuk mengatur, menegakkan, mempertahankan dan memelihara tata-tertib atau ketenteraman sosial/masyarakat. 2) Sebagai guru untuk menuntun orang berdosa kepada Tuhan. 3) Hukum merupakan peraturan moral kehidupan Kristen kita. Hukum Tuhan merupakan norma etis-estetis dan penuntun tingkah laku umat Kristen. Yehezkiel 36:27, ”RohKu akan kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapanKu dan tetap berpegang pada peraturan-peraturanKu dan melakukannya. Mazmur 1 menyatakan betapa berbahagianya orang-orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, tetapi kesukaannya adalah Taurat Tuhan, dan merenungkan hukum Tuhan itu siang dan malam. Rasul Paulus menyatakan, ”Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah” (Rm. 7: 22). Rasul Paulus meringkaskan hukum Taurat, kewajiban moral kita, dengan satu kata, KASIH. Kasih adalah kegenapan dan penggenapan hukum Taurat (Rm. 13:8-10). Kita memerlukan hukum Tuhan agar kita bisa memahami kehendak Tuhan, agar kita bisa memahami jalan pikiran Tuhan, agar kita sadar akan dosa-dosa dan kelemahan kita, agar kita berjalan, berpikir dan bertindak dengan benar, agar kita diberkati Tuhan dan memberkati Tuhan dan keluarga dan masyarakat tempat kita hidup
Keempat,dirinya menjadi umat TUHAN (ay. 28). Umat TUHAN adalah umat yang kepadanya Allah mengutus Anak-Nya sebagai Penyelamat dan Raja. Umat Allah tidak lepas dari kelahiran Yesus atau PelayananNya, dan dari pesta Perjamuan Kudus atau Kebangkitan atau bahkan keturunan Roh pada hari Pentakosta. Tetapi Juga harus diingat bahwa Umat TUHAN juga tidak bisa lepas dari perjanjian yang mana aktivitas Allah dalam zaman Abraham dan Musa. Kenyataan ini, tentu tidak mengecualikan realitas pemilihan atau mengurangi makna yang abadi.
Kita harus menyiapkan diri untuk menjadi umat yang layak bagi TUHAN, yaitu suatu umat yang layak untuk ditolong, layak untuk diberkati dan layak untuk dipercayakan hal-hal besar dan mulia dari Tuhan, layak untuk diluputkan pada hari pencobaan dan diangkat pada hari kedatangan Tuhan. Namun syaratnya adalah kita harus menjadi umat yang layak untuk dicontoh dan diteladani “dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu” (1Tim. 4:12). Dengan kata lain, kita harus menjadi seseorang yang bisa menyebabkan orang lain memiliki hubungan yang baik, dekat dan intim dengan Tuhan Yesus Kristus. Salah satu cara menjadi umat yang layak bagi Tuhan adalah mematahkan kebiasaan buruk serta mengembangkan dan memelihara kebiasaan yang baik. Suatu kebiasaan adalah hal-hal yang telah kita lakukan begitu sering sehingga kita dapat melakukannya tanpa berpikir lebih dahulu.
Kita bisa mempunyai kebiasaan yang baik, seperti makan sehat, olah raga teratur, bayar tagihan pada waktunya, menjaga rumah tetap bersih atau menghabiskan waktu dengan pelajari firman Tuhan. Kita bisa mempunyai kebiasaan yang buruk, seperti makan terlalu banyak jajanan, menggigit jari kuku, tidak memelihara harta benda, menonton acara televisi yang mempromosikan gaya hidup yang duniawi dan tidak baik.
Kebiasaan terbentuk melalui “pengulangan atau latihan.” Jika kita berusaha mematahkan kebiasaan buruk dan berusaha untuk mengembangkan kebiasaan yang baik, Anda harus punya komitmen untuk mengulangi pemikiran atau tingkah laku yang baru secara teratur. Pada awalnya tidak mudah karena Anda tidak terbiasa. Itu perlu diprogramkan ke dalam sikap dan tindakan melalui pengulangan. Itu membutuhkan disiplin, tentunya, tetapi saya dapat meyakinkan Anda, manfaat dari memutuskan kebiasaan buruk dan menumbuhkan kebiasaan baik memang tidak sia-sia. Untuk dapat menjadi “umat yang layak bagi Tuhan” kita perlu mematahkan kebiasaan buruk serta mengembangkan dan memelihara kebiasaan baik. Ada beberapa kebiasaan baik yang harus dilatih agar kita umat yang layak bagi Tuhan. (rsnh)
Selamat merayakan Minggu Trinitatis!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar