KOTBAH MINGGU EXAUDI
Minggu, 13 Mei 2018
“ALLAH MENGABULKAN DOA ORANG BERIMAN”
Kotbah: 2Rajaraja 20:1-7 Bacaan: Matius 9:27-31
Minggu ini kita memasuki Minggu Exaudi, yang artinya, “Dengarlah seruan yang ku sampaikan, kasihanilah aku dan jawablah aku” (Mzm. 27:7). Dalam Minggu ini tema yang akan kita renungkan adalah “Allah mengabulkan doa orang beriman”. Doa adalah sarana kita memohon kebutuhan kita kepada TUHAN. Semua doa kita tentunya didengar TUHAN. Namun tidak semua doa kita dikabulkan-Nya. Ada doa yang dikabulkan, ditunda dan bahkan tidak dikabulkan sama sekali. Dalam Minggu ini kita akan melihat sebuah doa yang dikabulkan oleh TUHAN. Doa itu adalah doa dari Raja Hizkia.
Hizkia adalah salah seorang raja Yehuda yang terkemuka. Kepemimpinannya dimulai dari menjadi raja bantu bagi raja Ahaz pada tahun 729 SM, dan kemudian menjadi satu-satunya raja pada tahun 716 SM. Hizkia menjadi raja ketika ia berusia 25 tahun (2Taw. 29:1). Begitu naik takhta, pemimpin muda ini langsung melakukan gerakan reformasi religius yang berdampak nasional, yaitu gerakan pengudusan kembali rumah Tuhan (2Taw. 29:3). Gerakan ini ditanggapi positif dan berlanjut dengan pemulihan perayaan Paskah, yang juga diselenggarakan secara nasional (2Taw. 30:1).
Dari kegerakan itu tampak jelas kapasitas kepemimpinan Hizkia. Sejak awal ia memunyai kemampuan untuk memobilisasi, memotivasi, dan mengarahkan bawahannya dengan baik. Ia dihormati oleh golongan alim ulama dan petunjuk-petunjuknya ditaati. Hizkia pun pandai dalam hal menghargai orang-orangnya. Ia tidak asal main perintah, tetapi juga memberi apresiasi. Sebagai contoh, Hizkia mengucapkan kata-kata pujian kepada semua orang Lewi, yang menunjukkan akal budi yang baik dalam melayani Tuhan (2Taw. 30:22a).
Hizkia memunyai kapasitas yang hebat dalam kepemimpinan di bidang militer. Hizkia berhasil dalam peperangan. Hizkia melakukan pemberontakan, sehingga kerajaannya tidak lagi takluk kepada Asyur (2Raja. 18:7). Dialah yang mengalahkan orang Filistin sampai ke Gaza dan memusnahkan daerahnya, baik menara-menara penjagaan maupun kota-kota yang berkubu (2Raja. 18:8). Hizkia juga berhasil meningkatkan taraf kesejahteraan rakyat dengan menggalakkan pembangunan nasional. Ia membendung sungai Gihon di sebelah hulu, dan menyalurkannya ke hilir, ke sebelah barat, ke kota Daud (2Taw. 32:30). Ia juga membangun kolam-kolam dan saluran-saluran air (2Raja. 20:20).
Menjelang akhir hidupnya, Hizkia mendapat kekayaan dan kemuliaan yang sangat besar (2Taw. 32:27a). Hizkia membuat perbendaharaan-perbendaharaan untuk emas, perak, batu permata yang mahal-mahal, rempah-rempah, perisai-perisai, dan segala macam barang yang indah-indah ... mendirikan kota-kota, memperoleh banyak kambing, domba, dan lembu, ... (2Taw. 32:27b-29). Ketika mangkat, seluruh Yehuda dan penduduk Yerusalem memberinya penghormatan (2Taw. 32:33b).
Kehidupan doa dan iman Hizkia
Ada yang menarik dari kehidupan Hizkia yakni kehidupan doanya. Gerakan pengudusan rumah Tuhan, menjadi prioritas dalam kepemimpinan Hizkia (2Taw. 29:3,17). Hal itu menunjukkan apresiasi Hizkia terhadap kehidupan doa yang kudus. Ia sangat menyadari betapa Tuhan memurkai umat-Nya sendiri, yang tidak hidup di dalam kesucian (2Taw. 29:6-9).
Pemimpin Kristen harus membangun dua hal ini: kehidupan doadan kesucian. Banyak pemimpin tekun berdoa, tetapi hidupnya tidak kudus. Di sepanjang sejarah telah terbukti ada tiga tantangan utama bagi sang pemimpin: harta, takhta, dan seks.
Dalam urusan doa dan ibadah, Hizkia sangat radikal. Ia tidak kompromi dengan penyembahan sesat. Di bawah arahannya, segenap rakyat meremukkan segala tugu berhala, menghancurkan segala tiang berhala, dan merobohkan segala bukit pengorbanan dan mezbah di seluruh Yehuda dan Benyamin, juga di Efraim dan Manasye, sampai musnah semuanya (2Taw. 31:1a).
Dalam kehidupan doanya, Hizkia menghayati pola pujian dan penyembahan. Ketika menguduskan rumah Tuhan, Hizkia memerintahkan para petugas untuk mempersembahkan korban bakaran yang dilanjutkan dengan puji-pujian syukur (2Taw. 29:27). Mereka menyanyikan puji-pujian dengan sukaria, lalu berlutut dan sujud menyembah (2Taw. 29:30b).
Dari kuantitas hewan korban yang dipersembahkan, menunjukkan bahwa Hizkia tidak tanggung-tanggung dalam memberi persembahan kepada Tuhan (2Taw. 29:32-33). Hizkia sendiri secara pribadi menyumbangkan seribu ekor lembu jantan dan tujuh ribu kambing domba (2Taw. 30:24). Hizkia adalah seorang pemimpin yang sangat memerhatikan dan mendukung penuh para pendoa (imam). Ia memerintahkan rakyatnya untuk menyokong kaum Lewi yang menjalankan tugas ibadah (2Taw. 31:4). Hizkia pun berdoa syafaat bagi umatnya, memohon supaya ibadah mereka diperkenan Tuhan (2Taw. 30:18b-20).
Jika pemimpin Kristen tekun berdoa, menggerakkan jemaat atau seluruh stafnya untuk berdoa, menyokong penuh gerakan-gerakan doa, pastilah kepemimpinannya diberkati Tuhan. Dengan model kepemimpinan ala Hizkia ini, gereja, perusahaan, yayasan, atau lembaga yang Anda pimpin, akan mengalami transformasi doa yang kuat. Ketika bahaya datang, Tuhan pun mengirimkan para malaikat untuk menolong kita, sama seperti Tuhan mengirim para malaikat untuk mengalahkan tentara musuh setelah Hizkia berseru dalam doanya (2Taw. 32:20-21).
Menghadapi Penyakit dan Kematian
Seorang pemimpin, betapa pun hebat, pandai, kaya, dan jayanya dia, tetaplah seorang manusia fana yang terdiri atas darah dan daging. Suatu saat bisa jatuh sakit dan mati. Tidak ada alasan untuk membanggakan diri dan prestasi. Ketika penyakit dan kematian menggerogoti tubuh, siapa pun kita akan mencari Tuhan.
Hizkia pun jatuh sakit dan hampir mati (Yes. 38:1a). Yang memberatkan hatinya saat itu adalah berita negatif dari Tuhan, yang disampaikan oleh nabi Yesaya: "Beginilah firman Tuhan, Sampaikanlah pesan terakhir kepada keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi" (Yes. 38:1b). Mungkin kita tidak mendapat pesan negatif dari Tuhan, tetapi dari dokter. Ahli medis berkata, "Umur Anda tak lebih dari satu bulan!" Mendengar informasi buruk seperti itu, seorang pemimpin yang brilian sekalipun pasti akan keder.
Tetapi, Hizkia tidak putus asa. Meskipun stres, Hizkia berdoa juga. Hizkia memalingkan mukanya ke arah dinding dan ia berdoa kepada Tuhan (Yes. 38:2). Setelah berdoa, kemudian menangislah Hizkia dengan sangat (Yes. 38:3b). Seorang pemimpin Kristen tidak perlu malu untuk menangis. Kadang kita terlalu gengsi untuk mengakui perasaan hati kita yang hancur. Menangis itu sendiri adalah doa di hadapan Tuhan. Doa tidak selalu dengan kata-kata, namun dengan "bahasa air mata".
Doa yang tulus dan muncul dari hati yang hancur diperkenan Tuhan. Firman-Nya: "Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu." (Yes. 38:5a). Tuhan melihat air mata doa anak-anak-Nya. Ia memerhatikan bagaimana air mata menggenangi tempat tidur kita dan bagaimana air mata membanjiri ranjang kita (Mzm.6:7). Air mata doa kita ditaruh Tuhan dalam kirbat-Nya (Mzm. 56:9)!
Jawaban doa yang Tuhan berikan kepada Hizkia, lebih banyak dari apa yang dia pikirkan dan doakan (Ef. 3:20). Hizkia sendiri hanya minta supaya Tuhan mengingat dirinya (Yes. 38:3). Tetapi Tuhan memberikan lima berkat: kesembuhan dari penyakit, tambahan umur 15 tahun (Yes. 38:5b), pertolongan Tuhan berupa kelepasan kotanya dari tangan raja Asyur (Yes. 38:6), perlindungan Tuhan alas kotanya (Yes. 38:6), dan tanda ajaib mundurnya penunjuk matahari sepuluh tapak (Yes. 38:7-8).
Jika seorang pemimpin terlatih hidup militan di dalam doa, ketika menghadapi masa yang paling kritis pun ia tetap berdoa. Banyak pemimpin Kristen tidak bisa lagi berdoa manakala masalah berat melanda hidupnya. Ia lantas menyerah kalah atau sebaliknya, berjuang dengan kekuatan sendiri.
Pertanyaan kita sekarang adalah mengapa Tuhan mau mendengar doa dan menyembuhkan Hizkia?
Pertama,karena Hizkia memiliki pengalaman hidup yang indah bersama Tuhan (ay. 3). Tuhan ternyata melihat bagaimana kehidupan Hizkia sebelumnya. Hizkia memiliki hubungan yang erat dengan Tuhan. Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN, tepat seperti yang dilakukan Daud, bapa leluhurnya (2Raj. 18:3). Kiranya pengalaman hidup yang indah bersama Tuhan juga menjadi nilai tersendiri bagi Tuhan untuk menjawab doa-doa kita.
Kedua, karena kesungguhan hati Hizkia berdoa kepada Tuhan (ay. 5). Darimana Tuhan tahu Hizkia berdoa dengan kesungguhan hati? Tidak ada yang tersembunyi di hadapan Tuhan, karena Dialah Tuhan yang menciptakan kita dan Mahatahu. Belas kasihan Tuhan. Tuhan menjawab doa Hizkia karena belas kasihan-Nya. Di dalam 2 Tawarikh 32:24-26 dikatakan: Hizkia jatuh sakit, sehingga hampir mati dan ia berdoa kemudian Tuhan memberikan tanda ajaib tetapi Hizkia tidak berterimah kasih, malah menjadi angkuh. Tetapi akhirnya ia sadar dan merendahkan diri, sehingga murka Tuhan tidak menimpanya dan ia beroleh belaskasihan Tuhan. Sepanjang hidup kita adalah anugerah dan belas kasihan Tuhan. Hanya belas kasihan Tuhan dalam kehidupan kita, maka Ia menjawab permohonan kita dan memberikan kita yang terbaik.
Ketiga, karena Tuhan memahami kehidupan Hizkia (ay. 6). Dalam doanya Hizkia tidak meminta disembuhkan, diberi tambahan umur 15 tahun, maupun kemenangan dari raja Asyur. Hizkia hanya berdoa supaya Tuhan ingat apa yang telah ia lakukan untuk Tuhan. Tetapi Tuhan memberikan semua itu kepada Hizkia. karena Tuhan tahu apa yang dibutuhkan Hizkia. Karena itu, Tuhan juga tahu apa yang kita butuhkan saat kita berdoa dan memberikan sesuai kehendak-Nya.
Tuhan mau mendengar segala seruan doa kita, segala tangis kita. Dia mau dekat dengan orang yang patah hati dan menyelamatkan orang yang remuk jiwanya. Sekalipun sebagai orang benar dapat mengalami kemalangan tetapi Tuhan pasti melepaskan kita! Hal ini dapat kita baca dalam Mazmur 34:18-20, "Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya. TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya. Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu.”
Tuhan sudah menolong kita di waktu yang lalu, Tuhan juga tetap akan menolong kita di masa yang akan datang. Dan kita yang sudah merasakan pertolongan Tuhan, harus datang ke dalam rumah Tuhan. Sebagaimana yang dilakukan Hizkia, setelah dia sembuh dari penyakitnya, dia datang ke rumah Tuhan. Bahkan Tuhan memberkati dengan menambah umurnya lima belas tahun lagi dan memberikan kemenangann dari setiap musuh-musuhnya. Tuhan adalah penolong dan pembela kita!
Yang perlu kita ingat, bahwa ketika Raja Hizkia berdoa, dia sama sekali tidak sedang memerintahkan kepada Tuhan untuk menyembuhkan dia. Dia berdoa dan menangis. jelas disini bahwa ketika Tuhan mengabulkan doanya Hizkia, bukan berarti Tuhan tunduk atau diperintah oleh Hizkia. Namun Tuhan menyatakan belas kasihan dan kemurahan kepada Hizkia. Tuhan mengasihi Hizkia.
Ketika kita berdoa, kita harus mengerti bahwa dengan siapakah kita berhadapan. Ya sungguh memang Tuhan adalah Tuhan yang Maha Kuasa, siapakah kita sehingga kita dapat memerintah Dia? Kita bukan siapa-siapa. Namun Tuhan adalah Tuhan yang juga mengasihi kita.
Seperti itulah doa kita dihadapan Tuhan. Setiap seruan kita dan tangisan kita dihadapan Tuhan, tidak pernah diabaikan-Nya. Tuhan mendengarkan semuanya. Namun ingatlah bahwa sering kali Tuhan punya waktu-Nya dan cara-Nya sendiri untuk menjawab semua doa-doa kita. Tidak semua doa dijawab “iya”. Tuhan punya hikmatnya tersendiri yang tidak kita pahami. Namun satu hal yang indah, bahwa Tuhan bukanlah Tuhan yang otoriter. Tuhan tidak semena-mena. Tuhan mendengar semua doa dan tangisan kita. bahkan dalam kasih-Nya, bisa saja Tuhan mengubah keputusan-Nya karena doa kita. Untuk itu, tetaplah berdoa.
Kiranya firman Tuhan hari ini mendorong kita semakin dekat kepada Tuhan dan mau berkomunikasi dengan Tuhan. Setiap hari dalam segala keadaan kita harus menyapa Tuhan melalui doa. Kalau kita mau disapa oleh Tuhan maka terlebih dahulu kita harus menyapa Tuhan. (rsnh)
Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar