KOTBAH MINGGU ROGATE Minggu, 25 Mei 2025 “BERDOA UNTUK KESEJAHTERAAN BERSAMA” (Yeremia 29:7-14)
Minggu, 25 Mei 2025
“BERDOA UNTUK KESEJAHTERAAN BERSAMA”
Kotbah: Yeremia 29:7-14 Bacaan: Kisah 16:19-34
Minggu Rogate adalah waktu doa, memohon dan meratap. Kata Rogate sendiri berasal dari bahasa Latin yang berarti “memohon”. Dalam kehidupan jemaat, Rogate mengajak kita untuk berdoa sungguh-sungguh demi kebutuhan bersama, bukan hanya kebutuhan pribadi.
Perikop ini adalah surat nabi Yeremia kepada bangsa Israel yang di buang ke Babel (sekitar abad ke-6 SM). Bangsa Israel mengalami pembuangan, jauh dari tanah air, dengan kehidupan yang penuh ketidakpastian dan penderitaan.
Surat ini ditujukan kepada orang Israel yang mengalami pembuangan di Babel. Yeremia menasihati mereka agar tidak hanya meratap dan menunggu kepulangan dengan pasif, tapi juga berusaha membangun kehidupan di tempat pembuangan—mencari kesejahteraan kota tempat mereka tinggal, berdoa untuk kota tersebut, dan hidup secara bijak.
Allah berjanji bahwa setelah masa pembuangan (70 tahun), Ia akan memulihkan mereka dan mendengarkan doa mereka jika mereka sungguh-sungguh mencari Dia.
Ada beberapa hal yang kita pelajari dari tema ini:
Pertama, berdoa dengan kesadaran sosial (ay. 7). Berdoa tidak hanya soal komunikasi pribadi dengan Tuhan, melainkan juga tentang membangun kesadaran akan kondisi sosial di sekitar kita. Bangsa Israel di pembuangan menghadapi tekanan berat—kehilangan tanah air, identitas, dan kebebasan. Namun, perintah Tuhan melalui Yeremia mendorong mereka untuk tidak hanya fokus pada kebutuhan pribadi, melainkan juga memikirkan kesejahteraan kota tempat mereka tinggal.
Berdoa dengan kesadaran sosial berarti menyadari bahwa doa kita terhubung dengan kehidupan orang lain, lingkungan kerja, dan masyarakat luas. Dalam konteks modern, tantangan sosial bisa berupa ketidakadilan, kemiskinan, konflik, dan polusi lingkungan. Berdoa yang sadar sosial mengajak kita tidak menutup mata, melainkan berempati dan berkomitmen untuk ikut mengatasi masalah tersebut. Berdoa dengan kesadaran sosial juga menuntut sikap tidak egois, artinya doa kita bukan hanya meminta berkat pribadi, tapi juga berkat bagi orang lain dan komunitas.Ini menggerakkan kita untuk menjadi agen perubahan sosial yang berlandaskan iman, sekaligus mengingatkan bahwa Tuhan peduli pada keseluruhan ciptaan, bukan hanya individu.
Kedua, doa sebagai bentuk pengharapan dan Tindakan. Doa tidak berdiri sendiri sebagai permohonan pasif. Sebaliknya, doa adalah pangkal dari harapan yang menggerakkan tindakan nyata. Nabi Yeremia mengingatkan bangsa Israel untuk berdoa, tetapi juga untuk tinggal dan membangun kehidupan di Babel, meskipun mereka berada dalam pembuangan.
Doa yang efektif selalu diikuti oleh aksi nyata—mengupayakan keadilan, menunjukkan kasih, dan menjaga damai. Doa membangun motivasi dan kekuatan untuk menghadapi tantangan sosial dan lingkungan kerja yang kompleks. Ia menjadi sumber inspirasi dan semangat bagi pelayanan dan pengabdian kepada sesama. Dalam kehidupan kerja dan masyarakat, doa yang disertai tindakan menciptakan keseimbangan antara iman dan perbuatan (Yak. 2:17). Contohnya, berdoa untuk lingkungan yang bersih harus diikuti dengan tindakan pengelolaan sampah, penghematan energi, dan kampanye kesadaran lingkungan. Dengan demikian, doa adalah awal dan penggerak perubahan positif dalam komunitas dan tempat kerja.
Ketiga, kesejahteraan komunitas adalah kesejahteraan kita. Kita tidak hidup sendiri; keberhasilan dan kesejahteraan pribadi sangat bergantung pada kondisi komunitas sekitar. Jika komunitas sehat, beradab, dan penuh damai, maka setiap individu juga dapat berkembang dengan baik.
Kesejahteraan komunitas mencakup aspek sosial, ekonomi, budaya, dan spiritual. Ketika komunitas kuat, sistem berjalan baik, hubungan antaranggota harmonis, dan sumber daya dikelola dengan bijaksana, maka individu pun merasakanmanfaatnya dalam bentuk keamanan, kesempatan, dan dukungan sosial. Sebaliknya, ketidaksejahteraan komunitas akan menimbulkan ketidakstabilan yang merugikan semua pihak. Ini menegaskan pentingnya kepedulian kolektif dan kerja sama, di mana keberhasilan pribadi tidak bisa dilepaskan dari tanggung jawab sosial. Dalam konteks kerja, perusahaan atau organisasi yang mengutamakan kesejahteraan bersama—melalui program sosial, pelatihan, dan hubungan kerja yang baik—akan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi semua pekerja untuk berkembang.
Pertanyaan kita sekarang adalah apa yang TUHAN perintahkan bagi kita agar terjadi kesejahteraan bersama?
Pertama, kita disuruh untuk mencari kesejahteraan kota tempat kita tinggal (ay. 7). Tuhan memerintahkan umat-Nya untuk mengupayakan dan mendukung kesejahteraan komunitas di mana mereka berada, bukan hanya fokus pada kepentingan pribadi atau kelompok kecil. Kesejahteraan bersama adalah kepentingan bersa-ma. Umat diajak berpartisipasi aktif dalam membangun kondisi sosial, ekonomi, dan spiritual yang baik bagi seluruh masyarakat di sekitarnya. Selain berdoa agar kota dan lingkungan tempat tinggal mendapat berkat Tuhan, umat juga harus berkontribusi secara nyata dalam membangun dan memelihara kesejahteraan tersebut.
Kedua, kita disuruh untuk bertahan dan jangan bersikap pasif (ay. 8-10). Meskipun berada dalam situasi pembuangan, umat harus bersabar dan tetap berkomitmen untuk membangun kehidupan di tempat tersebut sampai waktu pemulihan tiba. Kesejahteraan bersama tidak instan, tapi proses yang memerlukan ketekunan dan komitmen jangka panjang. Bertahan berarti tetap kuat dan sabar dalam menghadapi tantangan, cobaan, atau keadaan sulit tanpa menyerah. Ini menunjukkan kesungguhan untuk tetap berjuang walau situasi tidak ideal. Bertahan juga mengandung makna menunggu dengan harapan yang teguh sampai waktu yang tepat datang, sambil terus menjaga iman dan usaha. Dalam konteks iman dan kehidupan sosial, bertahan berarti tidak meninggalkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan meskipun mendapat tekanan atau godaan untuk mundur.
Ketiga, kita disuruh berdoa dan mencari TUHAN dengan sepenuh hati (ay. 13). Doa yang sungguh-sungguh dan pencarian yang total terhadap Tuhan adalah kunci untuk mengalami berkat dan pemulihan dari-Nya. Kesejahteraan bersama juga bergantung pada hubungan yang benar dengan Allah; iman dan doa menjadi fondasi utama. Berdoa dengan sepenuh hati berarti berkomunikasi dengan Tuhan secara jujur, tulus, dan total tanpa ada kepura-puraan. Kita membuka diri sepenuhnya, membawa seluruh pergumulan, harapan, dan rasa syukur. Berdoa sepenuh hati juga berarti memberi perhatian penuh, bukan sekadar rutinitas atau formalitas. Hati dan pikiran kita benar-benar tertuju pada Tuhan tanpa terganggu oleh hal lain. Berdoa sepenuh hati menunjukkan kesadaran akan keterbatasan diri dan kebutuhan mutlak akan pertolongan dan bimbingan Tuhan.
Keempat, janji TUHAN atas rancangan Damai dan masa depan yang penuh Harapan (ay. 11). Tuhan menyatakan bahwa Dia menginginkan kesejahteraan umat-Nya dan sudah menyiapkan masa depan yang baik. Kesejahteraan bersama adalah bagian dari rencana ilahi dan menjadi harapan yang dapat dipegang teguh oleh umat. Janji Tuhan menunjukkan bahwa Dia memiliki rencana yang terstruktur dan penuh tujuan untuk umat-Nya, bukan sekadar kebetulan atau reaksi spontan terhadap keadaan. Rencana ini mengandung maksud baik dan kehendak ilahi yang sempurna. Tuhan memberikan rancangan damai. Kata “damai” (Ibrani: shalom) bukan hanya ketiadaan konflik, melainkan keseluruhan keadaan sejahtera: keseimbangan, keamanan, kesehatan, dan hubungan yang harmonis dengan Tuhan, sesama, dan alam
RENUNGAN
Apa yang hendak kita renungkan dalam Minggu Rogate ini?
Pertama, berdoalah sebagai bentuk kepedulian kita bagi sesame kita. Yeremia mengajarkan umat untuk tidak hanya berdoa untuk kebutuhan pribadi, tetapi juga berdoa dan bekerja demi kesejahteraan komunitas. Refleksi ini menantang kita untuk membuka hati dan pikiran, menyadari bahwa doa kita harus mencakup kepedulian terhadap lingkungan, masyarakat, dan negara di mana kita hidup.
Kedua, mari berdoa sebagai tanggung jawab sosial dalam iman. Kesejahteraan bersama bukan hanya masalah ekonomi atau politik, tapi juga panggilan iman. Kita diajak untuk berperan aktif membangun komunitas dan lingkungan yang damai dan sejahtera, bukan pasif menunggu perubahan.
Ketiga, mari memiliki kesabaran dan ketekunan. Umat Israel diperintahkan untuk bertahan dan membangun selama masa pembuangan, meski tidak mudah. Ini mengingatkan kita bahwa proses membangun kesejahteraan bersama memerlukan ketekunan dan kesabaran, serta kepercayaan pada rencana Tuhan.
Keempat, mari mencari Tuhan dengan tulus. Janji pemulihan dan berkat hanya datang kepada mereka yang mencari Tuhan dengan segenap hati. Refleksi ini menegaskan pentingnya hubungan pribadi yang intim dengan Tuhan sebagai fondasi dari segala usaha dan doa untuk kesejahteraan bersama.
Kelima, doakita harus mampu menggerakkan aksi. Doa bukan sekadar permohonan, tapi juga motivasi untuk bertindak. Refleksi ini menantang kita agar doa kita menginspirasi langkah nyata dalam membangun keadilan, damai, dan kesejahteraan bagi semua. Karena itu, berdoa untuk kesejahteraan bersama adalah sikap dan tindakan spiritual yang mengajak kita peduli, bertanggung jawab, dan aktif membangun hidup bersama dalam damai, keadilan, dan kasih, dengan iman kepada rencana Allah yang penuh harapan bagi semua. (rsnh)
Selamat beribadahn dan menikmati lawatan TUHAN
Komentar
Posting Komentar