KOTBAH MINGGU EXAUDI Minggu, 01 Juni 2025 “TUHAN ADALAH RAJA” (Mazmur 97:1-12)

 KOTBAH MINGGU EXAUDI 

Minggu, 01 Juni 2025

 

“TUHAN ADALAH RAJA”

Kotbah: Mazmur 97:1-12 Bacaan: Wahyu 22:12-21


 

I. Pendahuluan

 

Minggu ini kita memasuki Minggu Exaudi, yang artinya, “Dengarlah seruan yang ku sampaikan, kasihanilah aku dan jawablah aku” (Mzm. 27:7). Dalam Minggu ini tema yang akan kita renungkan adalah “TUHAN adalah Raja”.Minggu Exaudi mengajak kita untuk mendengarkan dan taat kepada suara Tuhan, yang adalah Raja atas segala ciptaan. Mazmur 97 mengungkapkan kemuliaan dan kuasa Tuhan sebagai Raja yang berdaulat. Melalui tafsiran historis-kritis, kita akan memahami bagaimana mazmur ini berbicara kepada umat Israel di masa sulit, sekaligus meneguhkan iman kita hari ini bahwa Tuhan memerintah dengan adil dan penuh kasih.

 

II. Konteks Historis Mazmur 97

 

Mazmur ini diperkirakan ditulis dalam masa kerajaan Israel yang mengalami pergolakan politik dan ancaman dari bangsa asing.

 

Ungkapan seperti “api berjalan di hadapan-Nya” dan “bumi gemetar” menggambarkan kuasa Tuhan yang menakutkan sekaligus memelihara.

 

Mazmur ini berfungsi sebagai pujian dan penguatan iman umat Israel bahwa Tuhan tetap berkuasa di tengah kekacauan dunia.

 

III. Pembahasan Teks

 

Jika kita mendalami perikop ini, maka ada beberapa hal yang kita pelajari, yakni:

 

Pertama, Tuhan sebagai Raja yang berkuasa dan adil (ay. 1-6). Tuhan dinyatakan “raja, biarlah bumi bersukaria.”Simbol api, petir, gunung-gunung meleleh adalah gambaran kuasa ilahi yang menguasai alam semesta dan melawan kejahatan. Tuhan bukan hanya raja di surga, tetapi juga penguasa nyata atas seluruh alam semesta. Kuasa-Nya menjamin keadilan dan kebenaran. "TUHAN adalah Raja, biarlah bumi bersukaria; biarlah pulau-pulau berbahagia." Ini menunjukkan pengakuan universal bahwa Tuhan adalah Raja atas seluruh bumi, bukan hanya atas umat-Nya saja. Panggilan agar bumi bersukaria dan pulau-pulau berbahagia adalah seruan agar seluruh ciptaan mengakui dan merayakan pemerintahan Tuhan. Tuhan bukan hanya Raja simbolis, melainkan Raja yang berkuasa penuh atas alam dan sejarah. Kuasa-Nya nyata dan aktif dalam mengatur alam semesta dan menegakkan keadilan

 

Kedua, Keadilan Tuhan menegakkan Kebenaran (ay. 7-9). “Keadilan dan hukum adalah dasar takhta-Mu.” Tuhan menghakimi dunia dengan benar, membela orang-orang yang hidup benar dan menentang kejahatan. Tuhan memanggil kita untuk hidup dalam kebenaran dan keadilan sebagai umat-Nya yang taat. Tuhan adalah hakim yang menghakimi bumi dengan keadilan—artinya Ia menegakkan hukum yang benar, tanpa pilih kasih, dan sesuai dengan kebenaran yang mutlak.“Bangsa-bangsa dengan kebenaran” menunjukkan bahwa penghakiman Tuhan bukan hanya bersifat lokal atau terbatas pada satu kelompok, tapi berlaku bagi seluruh bangsa dan umat manusia. Keadilan dan kebenaran Tuhan bersifat abadi, sempurna, dan tidak dapat diselewengkan. Ini mengukuhkan bahwa segala sesuatu akan ditata ulang dan diperbaiki sesuai dengan standar kebenaran Tuhan. Keadilan Tuhan mencakup aspek penghakiman yang benar, pembelaan bagi yang tertindas, dan penghukuman bagi yang melakukan kejahatan. Kebenaran Tuhan menandakan kesetiaan-Nya pada janji-Nya, serta standar moral dan etika yang sempurna. Tuhan sebagai Raja yang adil menjamin bahwa kejahatan tidak akan berkuasa selamanya dan bahwa kebenaran akan ditegakkan secara penuh pada waktunya.

 

Ketiga, seruan untuk mengasihi dan takut kepada Tuhan (ay. 10-12). Orang-orang kudus diminta untuk mencintai dan takut kepada Tuhan. "Sukacita dan nyanyian harus ada di antara orang-orang yang benar." Ini menunjukkan bahwa pengakuan terhadap Tuhan sebagai Raja membawa damai, sukacita, dan kehidupan yang benar.

 

Mazmur 97 meneguhkan kita bahwa Tuhan adalah Raja yang berdaulat dan adil, yang kuasa-Nya meliputi seluruh alam semesta dan hidup kita. Dalam Minggu Exaudi ini, marilah kita mendengarkan suara Tuhan, taat kepada kehendak-Nya, dan hidup sebagai umat yang bersukacita dalam pengakuan akan keagungan Raja kita. Mengasihi Tuhan tidak hanya berupa perasaan atau kata-kata, tetapi berdampak nyata pada sikap dan perilaku, yaitu membenci kejahatan. Kasih kepada Tuhan mendorong kita untuk menolak segala yang bertentangan dengan kehendak-Nya.  Orang yang sungguh mengasihi Tuhan juga adalah mereka yang menjaga hidup-Nya, artinya berusaha hidup sesuai dengan firman dan ajaran Tuhan. Tuhan melindungi mereka dan melepaskan dari ancaman orang fasik. Mazmur 97:10-12 mengajarkan bahwa mengasihi Tuhan harus terwujud dalam membenci kejahatan dan menjaga hidup dalam kebenaran. Orang yang demikian akan merasakan terang dan sukacita sejati dalam hidupnya, yang mendorong mereka untuk bersukacita dan memuji Tuhan dengan tulus hati. Seruan ini mengajak kita untuk hidup dalam kasih yang aktif, dipenuhi dengan terang dan sukacita yang berasal dari hubungan yang benar dengan Tuhan.

 

Pertanyaan kita sekarang, apa alasan pemazmur mengatakan bahwa “TUHAN ADALAH RAJA” berdasarkan Mazmur 97:1-12? Berikut alasan pemazmur mengatakan “TUHAN ADALAH RAJA” berdasarkan Mazmur 97:1-12:

 

Pertama, karena Kemuliaan dan Kejayaan Tuhan memenuhi dunia (ay. 1). Kemuliaan (Ibrani: kavod) merujuk pada keagungan, kehormatan, dan kehadiran yang mengesankan dari Allah. Kemuliaan Tuhan adalah manifestasi dari sifat-sifat-Nya yang suci, kuasa-Nya yang agung, dan kehadiran-Nya yang penuh keagungan. Sementara Kejayaan (Ibrani: hadar)
menunjukkan kehebatan dan keagungan kerajaan Tuhan, yang tampak dalam tindakan dan pemerintahan-Nya atas ciptaan. Kejayaan ini sering kali disertai dengan kekuatan yang menakjubkan dan kemenangan atas segala sesuatu. Ayat ini menyatakan bahwa kemuliaan dan kejayaan Tuhan memenuhi seluruh bumi, bukan hanya wilayah tertentu atau kelompok tertentu saja. Ini menunjukkan bahwa Tuhan adalah penguasa mutlak yang hadir dan berdaulat atas seluruh ciptaan, dari langit hingga bumi, dari kota hingga pulau-pulau terpencil.  Kemuliaan dan kejayaan Tuhan sering kali tampak melalui ciptaan-Nya—alam semesta yang luas, kekuatan alam, keteraturan yang indah, dan sejarah umat manusia yang terarah di bawah kendali-Nya.

 

Kedua, karena kuasa Tuhan yang mengerikan atas alam (ay. 3-5). Gambaran Kuasa Tuhan yang mengerikan terlihat dari api berjalan di hadapan-Nya. Api melambangkan kekuatan yang dahsyat dan penghakiman yang suci. Dalam budaya kuno, api sering digunakan sebagai simbol kemurnian, kekuatan, dan kehadiran ilahi yang menakutkan sekaligus menguduskan.
Api yang berjalan di hadapan Tuhan menggambarkan bahwa Tuhan memimpin dan mengendalikan kuasa yang luar biasa ini untuk melawan musuh-Nya dan menegakkan kehendak-Nya.
 Kemudian, membakar lawan di sekeliling-Nya. Tuhan tidak hanya berkuasa, tetapi juga aktif dalam mengalahkan musuh dan kejahatan. Ini menunjukkan aspek penghakiman Tuhan yang mengerikan bagi orang fasik dan lawan-Nya, tetapi penuh kasih dan perlindungan bagi umat-Nya. Kuasa Tuhan yang mengerikan ini menegaskan bahwa Tuhan adalah Allah yang berdaulat penuh, yang tidak bisa ditandingi oleh kekuatan apapun, baik di dunia alam maupun dunia roh. Kuasa-Nya adalah kuasa yang mengandung penghakiman yang adil, melindungi umat-Nya, dan menegakkan kebenaran. Bagi orang percaya, gambaran ini menjadi penghiburan bahwa Tuhan memegang kendali penuh, terutama dalam menghadapi kejahatan dan penderitaan.

 

Ketiga, karena keadilan dan Kebenaran sebagai dasar pemerintahan-Nya (ay. 6, 8). Keadilan dan Kebenaran sebagai landasan Takhta TuhanKeadilan (Ibrani: mishpatberarti menjalankan apa yang benar, memperlakukan orang dengan benar, dan menegakkan hak-hak yang sesuai. Tuhan sebagai Raja memerintah berdasarkan prinsip keadilan yang sempurna—Ia tidak pernah salah atau bias. Kebenaran (Ibrani: emet) menunjuk pada kesetiaan dan keandalan Tuhan dalam segala firman dan perbuatan-Nya. Pemerintahan Tuhan berdasar pada kebenaran mutlak, yang tidak berubah dan sempurna. Damai Sejahtera (Ibrani: shalom) adalah hasil dari keadilan dan kebenaran yang berjalan dalam pemerintahan Tuhan, mencakup keselamatan, keamanan, dan keseimbangan hidup. Ayat 8 menegaskan bahwa kasih (chesed) dan kesetiaan (emet) berjalan di hadapan Tuhan, menunjukkan bahwa pemerintahan Tuhan bukan hanya adil dan benar, tapi juga penuh belas kasihan dan setia kepada umat-Nya. Pemerintahan Tuhan bukan pemerintahan yang keras dan tanpa belas kasihan, tetapi yang dipenuhi dengan kasih dan janji yang dapat diandalkan. Langit memberitakan keadilan Tuhan secara terus-menerus, dan seluruh bangsa dapat melihat kemuliaan-Nya. Ini menunjukkan bahwa keadilan dan kebenaran Tuhan bukanlah rahasia, melainkan sesuatu yang nyata dan tampak dalam ciptaan dan sejarah manusia.

 

Keempat, karena penghakiman Tuhan atas dunia (ay. 7-9). Tuhan menghakimi bumi dengan keadilan, artinya Dia menegakkan aturan yang benar tanpa pilih kasih atau ketidakadilan. Penghakiman-Nya berlaku untuk semua bangsa, bukan hanya umat pilihan, menunjukkan cakupan penguasaan dan keadilan-Nya yang universal. Penghakiman ini adalah penghakiman moral dan etis, yang menegakkan kebenaran dan menghukum kejahatan. Penghakiman Tuhan bukan hanya tindakan hukuman, tetapi juga pemulihan dan penegakan kebenaran. Ini menunjukkan bahwa Tuhan adalah Hakim yang berdaulat dan sempurna, yang akan mengatur dunia sesuai dengan kehendak-Nya yang adil. Penghakiman ini membawa harapan bagi orang benar karena keadilan akan ditegakkan, dan menjadi peringatan bagi yang melakukan kejahatan.

 

Kelima, karena Tuhan melindungi dan memberkati orang benar (ay. 10-12). Orang benar di sini bukan hanya mereka yang secara moral baik, tetapi mereka yang mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan menolak segala kejahatan yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Mengasihi Tuhan berarti menjadikan Dia pusat hidup dan patuh pada firman-Nya, sementara membenci kejahatan menunjukkan sikap hati yang bersih dan hidup sesuai kebenaran. Mereka yang menjaga hidup-Nya berarti hidup dalam ketaatan dan kesetiaan kepada Tuhan. Tuhan menjanjikan untuk menjaga mereka, artinya Dia memberikan perlindungan dan pengawasan khusus atas kehidupan mereka yang hidup benar. Lebih jauh, Tuhan melepaskan mereka dari tangan orang fasik—ini adalah janji keselamatan dan pembebasan dari ancaman dan kejahatan.Tuhan bukan hanya Raja yang berkuasa, tetapi juga Bapa yang melindungi dan memberkati umat-Nya yang hidup dalam kebenaran dan kasih. Perlindungan Tuhan tidak selalu berarti bebas dari masalah, tetapi dijaga dalam arti dijaga keselamatannya dan dipulihkan dalam segala keadaan. Terang dan sukacita adalah tanda nyata dari kehadiran dan berkat Tuhan dalam kehidupan orang benar.

 

IV. RENUNGAN

 

Apa yang hendak kita renungkan dalam Minggu Exaudi ini? Ada beberapa hal yang perlu kita renungkan dalam Minggu ini, yakni:

 

Berikut hal-hal yang perlu direnungkan dari tema “TUHAN ADALAH RAJA” berdasarkan Mazmur 97:1-12:

 

Pertama, kita harus mengakui Kedaulatan Tuhan atas segala sesuatu. Mazmur ini menegaskan bahwa Tuhan adalah Raja yang berkuasa atas seluruh bumi, alam semesta, dan segala ciptaan-Nya.

 

Kedua, kita harus mengagumi Kemuliaan dan Kuasa Tuhan. Gambaran alam yang bergolak—api, gempa, gunung meleleh—menunjukkan kuasa dahsyat Tuhan yang harus kita hormati dan takuti.

 

Ketiga, kita memahami pemerintahan Tuhan yang adil dan benar. Mazmur menekankan bahwa keadilan dan kebenaran adalah dasar takhta Tuhan, bukan kekerasan atau kesewenang-wenangan.

 

Keempat, menghidupi sukacita dan damai dalam Kerajaan Tuhan. Orang-orang benar dan kudus dipanggil untuk bersukacita karena pemerintahan Tuhan membawa damai dan keselamatan.

 

Kelima, kita harus berpegang pada Janji Tuhan dalam masa sulit. Mazmur ini menguatkan umat yang menghadapi tantangan dan ancaman dengan menegaskan bahwa Tuhan tetap berdaulat. Mazmur 97:10-12 mengajarkan bahwa Tuhan melindungi dan memberkati orang-orang yang hidup benar, yang mengasihi-Nya dan membenci kejahatan. Terang dan sukacita adalah buah hidup yang diberkati oleh Tuhan, yang mengajak kita untuk hidup dalam ketaatan, penuh syukur, dan pujian yang tulus kepada-Nya. (tzh)

 

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN!

Komentar

Postingan Populer