KOTBAH MINGGU PALMARUM Minggu, 13 April 2025 “MENGAKUI KEKUASAAN ALLAH” (Mazmur 68:25-36)
Minggu, 13 April 2025
“MENGAKUI KEKUASAAN ALLAH”
Kotbah: Mazmur 68:25-36 Bacaan: Yohanes 12:12-15
Hari ini kita merayakan Minggu Palmarum, sebuah hari yang penuh dengan makna bagi umat Kristiani. Pada hari ini, kita mengenang saat Yesus memasuki kota Yerusalem dengan disambut oleh kerumunan orang yang menyambut-Nya dengan sorak sorai, "Hosana!" Mereka mengakui Dia sebagai Raja yang datang dalam nama Tuhan. Namun, di balik sorak-sorai itu, kita juga diajak untuk merenungkan satu hal penting: apakah kita benar-benar mengakui kekuasaan Allah dalam hidup kita?
Dalam teks Mazmur 68:25-36, kita melihat pengakuan akan kekuasaan Allah yang besar dan tidak terbantahkan. Mazmur ini mengajak kita untuk memuji Allah karena kebesaran-Nya, serta mengakui kuasa-Nya yang memerintah atas segala sesuatu. Mari kita lihat bersama apa yang dapat kita pelajari dari Mazmur ini tentang mengakui kekuasaan Allah.
Pertama, Allah yang berkuasa atas alam semesta (ay. 25-29). Dalam Mazmur 68:25-29, kita melihat gambaran tentang kemegahan Allah yang memerintah atas alam semesta dan seluruh ciptaan-Nya. “Tunggangan-Mu adalah kereta-kereta Allah sepuluh ribu kali seribu, Tuhan datang dari Sinai ke tempat kudus-Nya” (ay. 17). Ini adalah gambaran yang luar biasa tentang kebesaran Allah yang memiliki kuasa atas segala sesuatu yang ada di bumi dan di langit.
Pada zaman kuno, kereta-kereta perang merupakan simbol dari kekuatan dan kemenangan. Mazmur ini menggambarkan kekuasaan Allah yang jauh melampaui segala bentuk kekuasaan manusia. Allah tidak hanya berkuasa atas bangsa Israel, tetapi juga atas segala ciptaan-Nya. Pengakuan kita terhadap kekuasaan Allah dimulai dengan memahami bahwa Allah adalah Raja atas segala sesuatu. Dalam hidup kita, apakah kita sudah mengakui bahwa segala sesuatu yang terjadi, baik dalam kehidupan pribadi kita, keluarga, maupun dunia ini, berada dalam kendali-Nya? Apakah kita berserah kepada Allah sebagai Raja yang berkuasa atas segala hal?
Kedua, Allah yang mengutus Penyelamatan dan Berkat (ay. 30-32). Mazmur ini juga menyatakan bahwa Allah memberikan penyelamatan dan berkat-Nya kepada umat-Nya. “Allah bagi kita adalah Allah yang menyelamatkan, ALLAH, Tuhanku, memberi keluputan dari maut” (ay. 21 TB2). Allah tidak hanya berkuasa secara global, tetapi juga terlibat secara pribadi dalam kehidupan umat-Nya. Ini juga merupakan pengingat bagi kita bahwa kekuasaan Allah tidak hanya terbatas pada kekuatan-Nya untuk mengatur alam semesta, tetapi juga terlihat dalam kasih dan penyelamatan-Nya kepada umat manusia. Seperti dalam perayaan Minggu Palmarum, ketika Yesus datang ke Yerusalem untuk menyelamatkan umat manusia, Dia menunjukkan bahwa kekuasaan Allah juga meliputi pengorbanan, kasih, dan penebusan. Ketika kita mengakui kekuasaan Allah, kita tidak hanya memuji-Nya sebagai Tuhan yang mahakuasa, tetapi juga sebagai Tuhan yang penuh kasih yang datang untuk menyelamatkan dan memberkati umat-Nya.
Ketiga, mengakui Kekuasaan Allah dalam Penyembahan (ay. 33-36). Bagian akhir dari Mazmur ini mengajak kita untuk menyembah Allah dengan penuh rasa syukur atas segala karya-Nya. “Hai kerajaan-kerajaan bumi, menyanyilah bagi Allah, bermazmurlah bagi Tuhan” (ay. 33 TB2). Semua ciptaan diajak untuk menyembah dan memuji Allah karena kekuasaan-Nya yang besar. Pengakuan kita terhadap kekuasaan Allah seharusnya berbuah dalam kehidupan yang penuh penyembahan dan penghormatan kepada-Nya. Kekuasaan Allah bukan hanya untuk dipuji dengan kata-kata, tetapi juga harus tercermin dalam kehidupan kita sehari-hari. Dalam tindakan kita, apakah kita benar-benar mengakui dan menghormati Tuhan sebagai Raja? Apakah kita hidup dalam rasa syukur dan pengabdian kepada-Nya, seperti yang diajarkan dalam Mazmur ini?
Pertanyaan kita sekarang bagaimana cara kita untuk mengakui kekuasaan Allah? Berikut adalah cara-cara kita dapat mengakui kekuasaan Allah berdasarkan Mazmur ini:
Pertama, mengakui Allah sebagai Raja atas Alam Semesta. Dalam ayat-ayat ini, Mazmur menggambarkan bahwa Allah memerintah dengan kekuasaan yang tak terbantahkan atas seluruh ciptaan. Allah adalah Raja yang memerintah atas segala sesuatu, dari langit hingga bumi. Kita mengakui bahwa semua yang ada di dunia ini berada dalam kendali Tuhan. Ini berarti kita hidup dengan rasa hormat kepada-Nya dan menerima bahwa segala hal yang terjadi—baik yang kita suka maupun tidak—adalah bagian dari rencana-Nya yang sempurna. Kita mengakui bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini, termasuk alam semesta dan kehidupan kita, berasal dari Allah. Ini mendorong kita untuk hidup dengan rasa syukur dan penghormatan terhadap Allah setiap hari.
Kedua, kita mengakui Allah yang memberikan Penyelamatan dan Berkat. Dalam bagian ini, Mazmur menyatakan bahwa Allah bukan hanya berkuasa, tetapi juga memberikan penyelamatan dan berkat-Nya kepada umat-Nya. Allah berkuasa, tetapi juga penuh kasih dan peduli terhadap kehidupan umat manusia. Mengakui kekuasaan Allah berarti menyadari bahwa segala berkat, penyelamatan, dan kesempatan yang kita miliki datang dari Tuhan. Kita hidup dengan rasa syukur karena Tuhan yang Maha Kuasa adalah juga Tuhan yang penuh kasih yang menyelamatkan kita. Mengakui kekuasaan-Nya juga berarti hidup sesuai dengan kasih dan penyelamatan yang Dia berikan. Kita seharusnya hidup dengan cara yang mencerminkan pengorbanan Yesus Kristus dan merespons kasih-Nya dengan hidup yang setia.
Ketiga, kita mengakui Allah dalam Penyembahan dan Penghormatan. Mazmur 68 mengakhiri dengan seruan untuk memuji Allah, yang adalah Tuhan atas Israel dan seluruh dunia. Semua ciptaan dipanggil untuk menyembah Allah karena kekuasaan-Nya yang besar dan karya-karya-Nya yang ajaib. Mengakui kekuasaan Allah berarti hidup dalam penyembahan yang tulus kepada-Nya. Kita tidak hanya memuji Allah dengan kata-kata, tetapi juga dengan tindakan kita sehari-hari. Penyembahan yang sejati adalah penyembahan yang melibatkan seluruh hidup kita, bukan hanya di gereja, tetapi juga dalam cara kita berinteraksi dengan sesama dan menjalani hidup kita. Mengakui kekuasaan Allah juga berarti kita hidup dengan pengertian bahwa kita tidak hidup dalam kekuatan kita sendiri, tetapi kita bergantung pada kuasa Allah yang terus memberi kekuatan dan penuntun kepada kita dalam setiap langkah hidup kita.
Keempat, kita mengakui Allah dalam menghadapi tantangan hidup. Kita mengakui bahwa kita tidak mampu menghadapinya sendiri, tetapi hanya dengan kekuatan Allah kita dapat mengatasi setiap persoalan dan ujian hidup. Mengakui kekuasaan Allah berarti kita menyerahkan hidup kita kepada-Nya, mempercayakan semua masalah dan rencana kita pada kuasa-Nya yang lebih besar dari apapun. Dalam doa kita, kita harus terus memohon pertolongan Allah, mengakui bahwa hanya dengan kekuatan-Nya kita bisa hidup dalam iman yang kokoh dan menghadapi segala pergumulan dengan bijaksana.
Mengakui kekuasaan Allah berarti kita tidak hanya memuji-Nya dengan kata-kata, tetapi juga dengan seluruh hidup kita. Dari mazmur ini, kita belajar bahwa kekuasaan Allah mencakup segala ciptaan, berkat, penyelamatan, dan tuntunan dalam hidup kita. Mengakui kekuasaan Allah berarti hidup dengan rasa syukur, penyembahan yang tulus, dan kebergantungan penuh pada-Nya.
Pada Minggu Palmarum ini, marilah kita lebih dalam lagi mengakui kekuasaan Allah dalam hidup kita. Sebagaimana orang banyak menyambut Yesus sebagai Raja yang datang untuk menyelamatkan, mari kita juga menyambut-Nya dengan mengakui kekuasaan-Nya dalam segala aspek hidup kita. Tuhan adalah Raja atas segala sesuatu, dan kita adalah umat-Nya yang dipanggil untuk hidup dalam kuasa-Nya yang tak terbatas.
RENUNGAN
Apa yang hendak kita renungkan pada perayaan Minggu Palmarum ini? Berikut adalah beberapa poin yang perlu direnungkan:
Pertama, menerima Allah sebagai Sumber segala sesuatu. Mengakui kekuasaan Allah berarti kita menyadari bahwa Allah adalah pencipta segala sesuatu. Semua yang ada di dunia ini, baik itu alam semesta, kehidupan, dan segala yang kita miliki, adalah ciptaan-Nya dan berada dalam kendali-Nya. Dalam konteks ini, mengakui kekuasaan Allah berarti kita melihat Allah sebagai sumber hidup dan pengatur seluruh ciptaan-Nya.
Kedua, menyerahkan kehidupan kita kepada Tuhan. Mengakui kekuasaan Allah juga berarti kita menyerahkan hidup kita kepada-Nya. Ini berarti kita mempercayakan segala keputusan, rencana, dan perjalanan hidup kita kepada Allah yang memiliki kekuasaan penuh atas segala hal. Kita tidak hidup berdasarkan kekuatan kita sendiri, tetapi dengan kesadaran bahwa Allah yang mengatur hidup kita. Mengakui kekuasaan Allah berarti hidup dengan penyerahan penuh kepada-Nya.
Ketiga, memahami Allah memerintah dalam segala aspek kehidupan. Mengakui kekuasaan Allah berarti kita juga memahami bahwa Tuhan adalah Raja yang memerintah di seluruh dunia, baik dalam hal besar maupun kecil. Allah tidak hanya berkuasa atas alam semesta, tetapi juga atas hidup pribadi kita, hubungan kita, pekerjaan kita, dan semua aspek kehidupan. Mengakui kekuasaan-Nya berarti kita hidup dengan pemahaman bahwa tidak ada hal yang terjadi tanpa izin-Nya dan bahwa Allah terlibat dalam setiap aspek hidup kita.
Keempat, menerima Kedaulatan Allah dalam kesulitan. Seringkali kita mengakui kekuasaan Allah dalam keadaan baik, tetapi apakah kita juga bisa mengakui-Nya saat kita menghadapi tantangan atau kesulitan? Mengakui kekuasaan Allah berarti kita percaya bahwa Allah tetap berkuasa dan mengatur segala hal, bahkan dalam masa-masa yang sulit sekalipun. Kita percaya bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita dan bahwa Dia tetap bekerja untuk kebaikan kita, meskipun kita mungkin tidak mengerti sepenuhnya rencana-Nya.
Kelima, penyembahan dan penghormatan kepada Allah. Mengakui kekuasaan Allah juga berbuah dalam kehidupan penyembahan kita. Mengakui bahwa Allah adalah Tuhan yang Maha Kuasa harus tercermin dalam cara kita memuji, menyembah, dan menghormati-Nya. Ini bukan hanya dalam kata-kata, tetapi juga dalam tindakan dan sikap hidup kita. Kehidupan kita harus menjadi bentuk penghormatan kepada Allah yang berkuasa atas segala hal.
Mengakui kekuasaan Allah adalah pengakuan bahwa Tuhan adalah Raja yang berkuasa atas segala hal, baik itu alam semesta maupun kehidupan pribadi kita. Ini berarti hidup dalam penyerahan total kepada Allah, menghormati-Nya dalam setiap aspek kehidupan, dan mempercayakan diri pada kuasa-Nya yang tidak terbatas, baik dalam keadaan baik maupun sulit. Karena itu, mengakui kekuasaan Allah seharusnya mempengaruhi cara kita hidup, berbicara, dan bertindak—termasuk dalam cara kita menyembah dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya. (rsnh)
Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN
Komentar
Posting Komentar