KOTBAH MINGGU OKULI Minggu, 23 MARET 2025 “BERTOBAT AGAR TIDAK BINASA” (Lukas 13:1-5)

 KOTBAH MINGGU OKULI

Minggu, 23 MARET 2025

 

“BERTOBAT AGAR TIDAK BINASA”

Kotbah: Lukas 13:1-5  Bacaan: Yesaya 55:1-9



Minggu ini kita memasuki Minggu Okuli (Mataku tetap terarah kepada Tuhan – Mzm. 25:15a). Dalam memasuki dan menjalani minggu ini kita akan dikuatkan dan diarahkan Firman Tuhan dengan tema “Bertobat agar Tidak Binasa”.Pertobatan adalah keharusan bagi semua orang. Yesus menekankan bahwa setiap orang harus bertobatbukan hanya mereka yang tampak lebih berdosa secara lahiriah. Tidak ada seorang pun yang lebih “baik” di hadapan Allah jika belum bertobat. Semua manusia berdosa (Rm. 3:23), dan keselamatan hanya tersedia bagi mereka yang bertobat dan percaya kepada Allah.

 

Binasa yang dimaksud bukan sekadar kematian fisik. Yesus tidak hanya bicara soal kematian tubuh (seperti korban peristiwa tragis), tetapi tentang kebinasaan kekal — yaitu keterpisahan dari Allah untuk selama-lamanya. Tanpa pertobatan, seseorang akan kehilangan keselamatan dan hidup kekal bersama Allah. Itulah “binasa” yang sebenarnya — hidup tanpa tujuan, tanpa damai, dan tanpa Tuhan.

 

Pertobatan = Metanoia (Perubahan Arah Hidup). Dalam bahasa Yunani, kata “bertobat” adalah metanoeo — artinya berubah pikiran, hati, dan arah hidup. Bukan sekadar merasa bersalah, tapi berbalik dari jalan dosa menuju jalan Allah. Bertobat adalah tindakan aktif untuk mengakui dosa, meninggalkannya, dan memilih hidup dalam kehendak Tuhan.

 

Jika kita mendalami perikop Minggu ini, maka ada beberapa hal yang perlu kita pelajari:

 

Pertama, penderitaan bukan selalu akibat dosa tertentu (ay. 1-2). Beberapa orang datang kepada Yesus, menceritakan tentang orang-orang Galilea yang darahnya dicampurkan Pilatus dengan darah korban yang mereka persembahkan. Ini adalah tindakan kekerasan politik yang mengerikan. Yesus langsung memutar balik asumsi mereka. Ia bertanya:“Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea lain?” Yesus tidak menyangkal bahwa dosa membawa akibat, tetapi Ia menegaskan bahwa penderitaan tidak selalu berarti seseorang lebih berdosa dari yang lain. Jangan terburu-buru menghakimi orang yang menderita. Kita juga sering melihat bencana atau penderitaan dan langsung mengaitkannya dengan dosa. Tapi Yesus mengingatkan: Lihatlah ke dalam dirimu sendiri, dan bertobatlah. Penderitaan orang lain bukanlah panggung untuk menghakimi, melainkan cermin untuk merenung.

 

Kedua, bertobat adalah panggilan untuk semua (ay. 3 & 5). Yesus dua kali mengucapkan kalimat yang sama: “Jika kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.” Yesus tidak bicara tentang kematian secara fisik semata, melainkan kebinasaan kekal — terpisah dari Allah. Inilah urgensi pertobatan: bukan hanya agar hidup lebih baik di dunia, tapi agar hidup kita diselamatkan untuk kekekalan. Pertobatan artinya: perubahan cara berpikir, hati, dan arah hidup. Bertobat bukan sekadar menyesal, tapi berbalik dari jalan lama menuju jalan Allah. Sering kita merasa belum waktunya bertobat. Tapi Yesus berkata: "Sekarang juga!" Karena kita tidak tahu kapan akhir hidup kita datang. Hari ini adalah kesempatan.

 

Ketiga, bertobat adalah wujud Kasih Tuhan. Yesus tidak menyampaikan kalimat itu dengan amarah, melainkan dengan kasih yang besar. Ia tidak ingin satu orang pun binasa. Tuhan memberikan peringatan karena Ia mengasihi.Panggilan bertobat bukan untuk menakut-nakuti, tetapi untuk menyelamatkan. Seperti seorang ayah yang memperingatkan anaknya agar tidak bermain di jalan raya, demikian Tuhan memperingatkan kita: “Jangan teruskan jalanmu yang salah. Aku rindu menyelamatkanmu.”

 

Pertanyaan kita sekarang adalah bagaiamanakah cara kita “Bertobat agar tidak binasa”? Berikut adalah langkah-langkah pertobatan berdasarkan Lukas 13:1-5:

 

Pertama, kita harus mengakui bahwa semua orang berdosa. Yesus menolak gagasan bahwa yang menderita lebih berdosa dari yang lain. Jangan merasa lebih baik dari orang lain. Mulailah pertobatan dengan kesadaran: “Saya pun berdosa dan butuh anugerah.” “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Rm. 3:23).

 

Kedua, berhenti menyalahkan orang lain dan fokus ke diri sendiri. Yesus mengalihkan perhatian dari peristiwa luar ke hati pribadi: “Jika KAMU tidak bertobat...” Pertobatan bukan soal menunjuk orang lain, tapi tentang saya dan Tuhan. Introspeksi, bukan mencari kambing hitam.

 

Ketiga, kita harus berbalik dari jalan yang salah. Kata “bertobat” artinya berubah pikiran dan arah hidup. Kita harus mampu meninggalkan dosa yang lama, mengubah pola pikir: dari mengandalkan diri ke bersandar pada Allah, serta memperbaiki relasi dengan Tuhan dan sesama.

 

Keempat, kita harus menerima Kasih Karunia dan Pengampunan Tuhan. Yesus tidak sekadar memberi ancaman, tapi undangan kasih agar kita tidak binasa. Datang kepada Tuhan dengan hati hancur, dan percaya bahwa Dia mengampuni dan memperbarui.“Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (1 Yoh. 1:9).

 

Kelima kita harus hidup dalam ketaatan dan pembaruan. Pertobatan bukan sekadar momen sesaat, tapi perjalanan seumur hidup dalam ketaatan. Kita harus disiplin membaca firman Tuhan setiap hari, berdoa dan berkomunitas dengan sesama orang percaya, dan hidup dengan buah pertobatan (perubahan karakter) “Hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan” (Mat. 3:8).

 

RENUNGAN

 

Apa yang perlu kita renungkan dan tindak lanjuti dari perikop Minggu Okuli ini dalam kehidupan kita sehari-hari?  Berikut adalah beberapa poin refleksi yang bisa kita renungkan secara pribadi dan komunitas:

 

Pertama, jangan cepat menghakimi, arahkan diri untuk introspeksi. Yesus mengingatkan bahwa penderitaan atau musibah yang menimpa seseorang bukan berarti mereka lebih berdosa daripada kita. Apakah selama ini saya terlalu sibuk melihat kesalahan orang lain, tapi lupa melihat dosa dalam hati saya sendiri?

 

Kedua, waktu pertobatan itu sekarang, bukan nanti. Yesus dengan tegas mengatakan: “Jika kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa.” (ay. 3 & 5)Pertobatan bukan untuk ditunda. Kita tidak pernah tahu kapan hidup kita berakhir. Pertobatan adalah panggilan kasih dari Tuhan agar kita hidup dalam keselamatan, bukan kebinasaan.

 

Ketiga, Tuhan menegur karena Kasih-Nya. Peringatan dari Yesus bukanlah ancaman kosong, melainkan tanda kasih. Ia ingin kita selamat, bukan binasa. Ia tidak senang melihat manusia jatuh dalam dosa dan kehancuran.

 

Keempat, pertobatan sejati mengubah arah hidup. Pertobatan sejati bukan sekadar penyesalan, tapi perubahan arah hidup — dari jalan dosa menuju jalan Tuhan.

 

Minggu Okuli mengajak kita untuk bertobat bukan karena takut binasa, tetapi karena kita sadar akan kasih Tuhan yang tidak ingin kita binasa.
Hari ini adalah hari anugerah. Mari berbalik, mari bertobat, dan mari hidup dalam terang kasih Tuhan. (rsnh)

 

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

Komentar

Postingan Populer