KOTBAH MINGGU AKHIR TAHUN GEREJAWI
Minggu XXV Setelah Trinitatis
Minggu, 17 Nopember 2024
“ORANG YANG BERTAHAN SAMPAI AKHIR AKAN SELAMAT”
Kotbah: Matius 24:9-14 Bacaan: 1 Samuel 2:1-10
Kini kita tiba pada Minggu “Akhir Tahun Gerejawi” (Ujung Taon Parhuriaon) dan sekaligus “Parningotan di angka nadung monding” (Mengenang Orang yang Sudah Meninggal). Minggu Akhir Tahun Gerejawi, atau dalam konteks gereja Batak sering disebut Ujung Taon Parhuriaon, adalah momen perayaan terakhir dalam kalender liturgi gerejawi sebelum memasuki masa Advent, yang merupakan awal tahun baru dalam kalender liturgi Kristen. Minggu ini biasanya dirayakan dengan refleksi, evaluasi, dan ucapan syukur atas perjalanan iman sepanjang tahun.
Pada Minggu Akhir Tahun Gerejawi merupakan refleksi atas perjalanan iman. Jemaat diajak untuk merenungkan kehidupan rohani sepanjang tahun. Apakah kita telah hidup sesuai dengan kehendak Tuhan? Apakah kita setia dalam pelayanan dan hubungan dengan Tuhan?
Minggu ini merupakan minggu ucapan syukur atas Kasih Karunia Tuhan. Perayaan ini adalah momen untuk mengucap syukur kepada Tuhan atas pemeliharaan-Nya selama setahun penuh, baik dalam suka maupun duka. Minggu ini juga merupakan minggu peneguhan untuk tetap setia. Gereja mengingatkan jemaat untuk terus bertahan dalam iman dan pelayanan meskipun menghadapi berbagai tantangan. Ini menjadi pengingat bahwa perjalanan iman adalah proses yang harus dilanjutkan. Serta pada Minggu ini merupakan persiapan menyongsong Tahun Baru Liturgi. Minggu ini sekaligus menjadi persiapan memasuki masa Advent, yaitu masa penantian kedatangan Kristus.
Minggu ini juga kita akan mengenang keluarga, sahabat, warga jemaatkita yang telah mendahului kita dari dunia ini. Minggu “Mengenang Orang yang Sudah Meninggal” ini bukan dalam maksud untuk mendoakan arwah-arwah yang telah meninggal tetapi untuk menyadarkan orang yang hidup, bahwa suatu saat nanti kita pun akan mati seperti mereka. Karena itu, sebelum kita mati, marilah kita mempergunakan hidup yang sementara ini menjadi masa-masa persiapan menuju kematian. Kelak ketika kita mati kita mati di dalam TUHAN.
Minggu Momento Mori adalah salah satu perayaan atau momen dalam tradisi gerejawi yang menekankan refleksi mendalam tentang kefanaan manusia dan kepastian kematian. Ungkapan Momento Mori berasal dari bahasa Latin, yang berarti "Ingatlah bahwa kamu akan mati." Dalam konteks kekristenan, Minggu Momento Mori bertujuan untuk mengingatkan umat tentang pentingnya hidup dengan kesadaran akan kehidupan yang sementara di dunia ini, dan mempersiapkan diri untuk kehidupan kekal di hadapan Tuhan. Minggu Momento Mori adalah salah satu perayaan atau momen dalam tradisi gerejawi yang menekankan refleksi mendalam tentang kefanaan manusia dan kepastian kematian. Ungkapan Momento Mori berasal dari bahasa Latin, yang berarti "Ingatlah bahwa kamu akan mati." Dalam konteks kekristenan, Minggu Momento Mori bertujuan untuk mengingatkan umat tentang pentingnya hidup dengan kesadaran akan kehidupan yang sementara di dunia ini, dan mempersiapkan diri untuk kehidupan kekal di hadapan Tuhan.
Dalam Minggu ini kita akan membahas tema “ORANG YANG BERTAHAN SAMPAI AKHIR AKAN SELAMAT”. Tema ini menekankan bahwa keselamatan tidak hanya tentang memulai perjalanan iman, tetapi juga menyelesaikannya dengan setia. Bertahan sampai akhir menunjukkan pentingnya ketekunan dalam iman, terutama di tengah berbagai tantangan hidup, godaan, dan penganiayaan. Keselamatan adalah proses yang membutuhkan kesetiaan dan komitmen seumur hidup kepada Tuhan. Bertahan berarti tidak menyerah meskipun menghadapi penderitaan, godaan, atau bahkan pengkhianatan.
Ada beberapa hal yang perlu kita pelajari dari pericope Minggu ini, yakni:
Pertama, peringatan tentang penderitaan dan tantangan (ay. 9-10). Yesus tidak menyembunyikan fakta bahwa pengikut-Nya akan menghadapi penganiayaan, kebencian, dan bahkan pengkhianatan. Ini adalah kenyataan yang kita alami, baik dalam bentuk fisik, emosional, maupun spiritual. Dunia saat ini penuh dengan tantangan iman: tekanan dari lingkungan, godaan duniawi, dan bahkan penganiayaan terhadap orang percaya di beberapa bagian dunia. Kita diingatkan untuk tetap kuat dan tidak menyerah. Jangan biarkan tantangan menggoyahkan iman kita kepada Kristus.
Kedua, ancaman dingin-Nya Kasih (ay. 12). Yesus memperingatkan bahwa karena semakin bertambahnya kedurhakaan, kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin. Ini adalah situasi yang sangat relevan dalam zaman ini. Kasih kita kepada Tuhan dan sesama sering kali diuji melalui keadaan sulit. Saat egoisme dan materialisme menguasai dunia, kita dipanggil untuk tetap menjadi terang dan garam. Jangan biarkan kasih kita kepada Tuhan menjadi dingin hanya karena dunia ini menawarkan kenyamanan sesaat.
Ketiga, Kabar Baik bagi mereka yang bertahan (ay. 13). Yesus memberikan janji yang kuat: “Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.”
Keselamatan bukanlah sesuatu yang hanya kita terima di awal perjalanan iman, tetapi juga membutuhkan ketekunan. Bertahan berarti berpegang pada iman kita, walaupun dunia mengatakan sebaliknya.
Contoh: Kita dapat belajar dari kisah para rasul yang tetap setia walaupun menghadapi kematian. Mereka menjadi saksi iman sejati. Begitu pula kita harus menjadi saksi dalam kehidupan sehari-hari.
Keempat, amanat Injil sebagai tugas akhir (ay. 14). Yesus menegaskan bahwa Injil Kerajaan akan diberitakan di seluruh dunia sebelum akhir itu tiba. Ini adalah tanggung jawab kita sebagai murid-murid Kristus. Bertahan tidak hanya berarti menjaga iman untuk diri sendiri, tetapi juga berbagi kasih dan kabar baik kepada orang lain. Dalam menghadapi tantangan, kita dipanggil untuk tetap menjadi pembawa damai dan pengharapan.
Pertanyaan kita sekarang adalah bagaimanakah cara kita bertahan sampai akhir agar kita beroleh selamat berdasarkan kitab Matius 24:9-14. Berdasarkan Matius 24:9-14, berikut adalah cara kita dapat bertahan sampai akhir agar beroleh selamat:
Pertama, tetap beriman di tengah penganiayaan (ay. 9-10). Yesus memperingatkan bahwa akan ada penganiayaan, kebencian, dan bahkan pengkhianatan terhadap orang percaya. Bertahan sampai akhir berarti tetap setia kepada Tuhan meskipun menghadapi tekanan atau penderitaan. Bagaimana caranya? Jangan takut terhadap ancaman manusia, percayalah bahwa Tuhan selalu menyertai (Mzm. 23:4). Perkuat iman melalui doa dan firman Tuhan (Ef. 6:10-11). Ingat teladan para rasul yang tetap setia walaupun menghadapi kematian.
Kedua, jangan biarkan Kasih menjadi dingin (ay. 12). Karena bertambahnya kedurhakaan, kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin. Ini adalah bahaya besar dalam perjalanan iman kita. Bagaimana caranya? Selalu jaga hubungan pribadi dengan Tuhan melalui doa dan penyembahan (Yoh. 15:5). Lakukan kasih kepada sesama secara nyata, seperti membantu mereka yang membutuhkan (1 Yoh. 3:17-18). Hindari godaan duniawi yang mengalihkan hati kita dari Tuhan.
Ketiga, tekun dan bertahan dalam kesetiaan (ay. 13). Yesus memberikan janji bahwa mereka yang bertahan sampai akhir akan diselamatkan. Bertahan berarti tidak menyerah, meskipun godaan dan penderitaan datang. Bagaimana caranya?Miliki pandangan kekal, ingat bahwa penderitaan di dunia ini tidak sebanding dengan kemuliaan yang akan datang (Rm. 8:18). Bersandar pada Roh Kudus untuk kekuatan setiap hari (Flp. 4:13). Persekutuan dengan sesama orang percaya untuk saling menguatkan (Ibr. 10:25).
Keempat, berkomitmen memberitakan Injil (ay. 14). Yesus berkata bahwa Injil Kerajaan akan diberitakan di seluruh dunia sebelum akhir zaman tiba. Kita dipanggil untuk mengambil bagian dalam amanat agung ini. Bagaimana caranya?Sampaikan kabar baik melalui tindakan hidup yang mencerminkan kasih Kristus. Gunakan talenta dan sumber daya yang Tuhan berikan untuk mendukung pekerjaan Injil (Mat. 28:19-20). Berdoa dan mendukung misi penginjilan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Bertahan sampai akhir bukan hanya tentang bertahan menghadapi kesulitan, tetapi juga tentang menjaga hubungan kita dengan Tuhan, hidup dalam kasih, setia dalam iman, dan menjalankan misi Injil. Dengan kekuatan Tuhan, kita dapat melalui setiap tantangan dan menggenapi janji keselamatan.
RENUNGAN
Apa yang hendak kita renungkan dalam Minggu Akhir Tahun Gerejawi ini? Dari tema “Orang yang Bertahan Sampai Akhir Akan Selamat” berdasarkan Matius 24:9-14, beberapa hal penting yang perlu direnungkan adalah sebagai berikut:
Pertama, tantangan iman adalah kenyataan yang harus dihadapi (ay. 9-10). Yesus tidak menjanjikan perjalanan iman yang bebas dari penderitaan. Sebaliknya, Dia mengingatkan bahwa penganiayaan, kebencian, dan pengkhianatan akan menjadi bagian dari kehidupan orang percaya. Apakah kita siap menghadapi tantangan dan tetap setia kepada Tuhan? Apakah kita sering merasa kecewa dengan Tuhan ketika menghadapi kesulitan, atau justru semakin mendekat kepada-Nya?
Kedua, bahaya dingin-Nya Kasih (ay. 12). Yesus memperingatkan bahwa semakin bertambahnya dosa dan kedurhakaan di dunia, kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin. Apakah kasih kita kepada Tuhan dan sesama masih hangat? Apakah kita membiarkan dosa, egoisme, atau materialisme memadamkan kasih yang sejati? Bagaimana kita menjaga api kasih dalam kehidupan sehari-hari?
Ketiga, ketekunan adalah kunci Keselamatan (ay. 13). Janji Yesus bahwa orang yang bertahan sampai akhir akan diselamatkan menunjukkan bahwa keselamatan bukan hanya soal awal perjalanan iman, tetapi juga kesetiaan sampai akhir. Apakah kita memiliki ketekunan untuk tetap setia kepada Tuhan, bahkan dalam situasi sulit? Bagaimana kita menjaga iman agar tidak goyah ketika menghadapi pencobaan, godaan, atau penderitaan?
Keempat, tugas Amanat Injil adalah bagian dari ketahanan (ay. 14). Yesus menegaskan bahwa Injil Kerajaan harus diberitakan ke seluruh dunia sebelum akhir zaman tiba. Ini menunjukkan bahwa tugas memberitakan Injil adalah bagian dari cara kita bertahan dalam iman. Apakah kita sudah mengambil bagian dalam misi Kerajaan Allah? Apakah hidup kita menjadi saksi bagi kasih Kristus di tengah dunia yang penuh dengan kebencian dan dosa?
Kelima, pengharapan pada Janji Tuhan. Yesus mengingatkan bahwa mereka yang bertahan sampai akhir akan menerima keselamatan. Pengharapan ini memberi kekuatan bagi orang percaya untuk terus melangkah meskipun menghadapi tantangan. Apakah kita memegang janji Tuhan dengan teguh? Apakah pengharapan kita terfokus pada hal-hal kekal, atau justru pada kenyamanan duniawi? Karena itu, hanya dengan terus bersandar pada kekuatan Tuhan dan menjaga hubungan yang intim dengan-Nya, kita bisa bertahan sampai akhir dan menerima janji keselamatan. (rsnh)
Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar