Renungan hari ini:
“JANGAN TAKU, ALLAH MENOLONG KITA”
Yesaya 41:14 (TB) "Janganlah takut, hai si cacing Yakub, hai si ulat Israel! Akulah yang menolong engkau", demikianlah firman TUHAN, dan yang menebus engkau ialah Yang Mahakudus, Allah Israel
Isaiah 41:14 (NET) "Don’t be afraid, despised insignificant Jacob, men of Israel. I am helping you,” says the Lord, your protector, the Holy One of Israel
Musuh utama umat-Nya kala itu adalah ketakutan. Ketakutan adalah suatu kondisi emosional dan batiniah manusia yang muncul sebagai reaksi terhadap suatu keadaan dari luar dirinya yang mengancam ketenangan, kemapanan dan kehidupan sendiri. Seseorang menjadi takut bilamana ancaman dari luar itu membahayakan jiwanya sedangkan dirinya sendiri tidak memiliki kemampuan untuk menangkal bahaya itu. Rasa ketakutan berpotensi dimiliki semua manusia termasuk secara kolektif seperti suatu bangsa. Pada konteks nats, Israel, bangsa pilihan Allah mengalami rasa takut yang disebabkan penindasan dan pembuangan yang dialaminya membahayakan kehidupan, baik kehidupan setiap individu maupun kehidupan kolektif sebagai suatu bangsa. Bahaya itu bukan saja berwujud kematian badani setiap orang israel, melainkan juga kematian kolektif Israel sebagai suatu bangsa. Dalam Kitab Yesaya bagian kedua ini, pembuangan sebagai sumber ketakutan itu dilukiskan sebagai seeokor naga purba/Rahab (bnd. Yes. 51 : 9-10), lambang kuasa chaos yang menakutkan yang akan memangsa dan menelan habis seluruh eksistensi Israel sebagai suatu bangsa. Dihadapan ular raksasa (naga) itu, Israel hanyalah seekor “cacing” dan seekor “ulat” kecil saja (41:14), maka adalah kewajaran jika ada rasa takut.
Dalam menghadapi “ular naga” penindasan, penjajahan dan pembuangan yang amat mengancam eksistensi Israel sebagai ciptaan dan bangsa pilihan Allah, kepada si cacing dan si ulat kecil ini TUHAN bersabda : Janganlah takut, hai si cacing Yakub, hai si ulat Israel! Mengapa? Akulah yang menolong engkau (ay. 14). Syair ini merupakan janji Keselamatan/janji pertolongan Allah kepada umat-Nya yang berkeluh kesah di dalam permbuangan untuk berbicara kedalam hati Israel. Secara garis besar disampaikan bahwa Allah tidak meninggalkannya, Israel akan menerima pertolongan tanpa berbuat apa-apa. Ayat ini juga meyakinkan Israel bahwa Allah sendiri yang adalah Khalik dan Pemimpin sejarah yang akan melindungi umat-Nya dan menyelamatkan dan membebaskan mereka “si ulat dan cacing”, lepas dari kekuasaan “si naga” itu. Ia akan membebaskan mereka keluar dari perbudakan dan kembali mengikat perjanjian dengan mereka. Begitulah kasih setia Allah yang telah nyata dalam sejarah bangsa Israel. Keadilan berkaitan erat dengan cara Allah bertindak didalam dunia untuk menyatakan kedaulatan-Nya.
Dewasa ini, gambaran ketakutan akibat ancaman “Naga” itu dapat diartikan dalam bentuk ketakutan manusia akan keadaan cengkraman “Naga monopoli ekonomi”, rakyat tidak berdaya atas tekanan ekonomi (harga yang melambung tinggi sedangkan pendapatan yang sangat terbatas), ketakutan terhadap “Naga pengangguran”, “Naga terorisme”, “Naga ormas atau komunitas anarkis yang mengancam hak menjalankan ibadah”, “Naga penyebarluasan Narkoba dan HIV AIDS”, dan pergumulan hidup lainnya yang membuat ketakutan, ancaman, karena ketidaksanggupan kita menghadapi. Kita lantas bisa berefleksi siapakah ulat dan cacing kecil dalam hal ini? Mereka adalah rakyat kecil yang tidak korup, mereka adalah orang yang setiap pada TUHAN hingga tidak ikut-ikutan korup di pemerintahan dan swasta yang akhirnya dikucilkan dan tidak diberi “job”, mereka adalah kaum minoritas yang terjepit oleh kepentingan dan arogansi kaum mayoritas yang merubah diri menjadi moster, mereka adalah warga negara yang karena agamanya dianggap warga negara kelas dua, dan mereka adalah yang oleh karena kebenaran di marginalkan. Semua kondisi ini membelit dan mengancam eksistensi mereka secara pribadi atau kolektif. Mereka menjadi takut sebab ternyata mereka tidak mempunyai kekuatan apa-apa melawan Naga itu. Mereka ibarat seekor cacing atau ulat kecil yang demikian lemah dan ketakutan dihadapan naga yang mengancam mereka. Siapakah yang melindungi dan mendampingi mereka? Tuhan menjadi harapan dan pemberi janji pasti ditengah banyaknya bualan politik dan solusi palsu saat ini. Inilah kekuatan kaum hina dina, inilah kekuatan kaum rendah hati dan lemah, inilah kekuatan semua orang kecil dan dianggap kecil, dan lemah, inilah kekuatan kaum yang dimiskinkan dan dikelas duakan. Sabda Tuhan yang disampaikan ribuan tahun lalu berlaku : “Jangan lah takut hai si cacing kaum minoritas, Janganlah takut, hai si cacing Yakub, hai si ulat yang termarjinaliasi! Akulah yang menolong engkau, demikianlah firman TUHAN, dan yang menebus engkau ialah Yang Mahakudus, Allah Minoritas. Demikian kita diajak membaca ulang Nats ini dalam konteks kita, hingga nats ini sangat relevan dimana banyak orang dalam cengkraman “naga” dikuatkan dengan sabda Tuhan ini. Jemaat diajak membaca ulang nats ini dalam konteks kehidupan masing-masing. Berbahagialah mereka yang Gunung Batunya adalah Tuhan. Tuhan berjanji akan melepaskan kita dari ketakutan, karena itu yang pertama mari kalahkan rasa takut. Siapa takut ? Diperlukan keyakinan dan kesabaran didalam sejarah akan penggenapan firman Tuhan ini. Tuhan akan tampil sebagai pembebas dari cengkraman teror, krisis ekonomi, dan keanarkisan.
Menjadi orang kecil saja belum menjadi otomatis akan perlindungan Allah ini. Menjadi orang tersisih dalam birokrasi saja belum menjadi analog dalam ideal ini. Menjadi kaum minoritas yang selalu dimusuhi dan di marginalkan saja belum dapat dikatakan “kaum yang rendah hati dan lemah”, yang mendapat perlindungan Tuhan. Ada moralitas dasar yang haruis dijadikan acuan hidup. Dan itu adalah ketaatan kepada Tuhan dan perintahNya, hidup dalam kebenaran dan kesetiaan Tuhan. Kaum yang tetap berpegang pada kebenaran Injil ditengah suatu masyarakat yang sakit dan alami degradasi moral./ Inilah yang menmbuat mereka eksis dan tetap ada dalam kemelut hidup yang berat. Siapakah diantara kita yang dapat berdiri dihadapan Allah yang Maha Kudus ini. Kudus dalam arti kebenaran dan kesetiaan. Karena itu, bersandarlah kepada TUHAN, agar Dia menolong kita melawan segala musuh kita. (rsnh)
Selamat memulai karya dalam Juni 2022 ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar