Renungan hari ini:
“DENGAN HIKMAT TUHAN MELETAKKAN DASAR BUMI”
Amsal 3:19 (TB) "Dengan hikmat TUHAN telah meletakkan dasar bumi, dengan pengertian ditetapkan-Nya langit"
Proverbs 3:19 (NET) "By wisdom the Lord laid the foundation of the earth; he established the heavens by understanding"
Salomo menuturkan kepada kita bahwa dengan hikmat-Nya, yaitu hikmat Allah, Dia Tuhan Allah Pencipta langit dan bumi, sudah meletakkan dasar bumi yang kita pijak. Lalu dengan pengetahuan-Nya, Tuhan Allah menggelar dan membentangkan air samudera raya yang berpencaran, sehingga membuat segala jenis ikan dan tumbuhan laut hidup di dalamnya.
Kata hikmat berasal dari kata Ibraninya adalah chokmah. Dalam Alkitab Terjemahan Baru, di kitab Amsal muncul 41 ayat yang berbicara mengenai hikmat sehingga kitab Amsal sarat dengan kata hikmat. Hikmat sesuatu yang sangat menarik sehingga penulis mendorong pembacanya untuk mengetahui hikmat. Apakah yang dimaksud dengan hikmat? Apakah pengertian hikmat menurut penulis Amsal dan kaitanya dengan pengertian hikmat menurut pendapat kita? Apakah kamus-kamus yang ada dipasaran memiliki pengertian yang sama dengan hikmat dalam pengertian penulis yang ditulis oleh raja Salomo?
Alkitab menyatakan bahwa dengan hikmat, TUHAN telah telah meletakan dasar bumi, dengan pengertian ditetapkan-Nya langit (Ams. 3:19), apakah bahwa Tuhan memerlukan sang hikmat sehingga Tuhan melalui hikmat meletakan dasar bumi? Mengapa hikmat sesuatu yang sangat penting dalam meletakan dasar bumi? Apakah hikmat adalah suatu kata benda berwujud ataukah hikmat yang dimaksud penulis sesuatu benda yang abstrak? Bukankah bila melihat kitab Amsal pasal 8 maka menemukan bahwa kata "Aku" adalah identik dengan pengertian hikmat, sehingga membuat pembaca cenderung berpikir bahwa hikmat adalah suatu kata benda yang menunjuk kepada seorang oknum? Apakah hikmat dapat melakukan tindakan ataukah hikmat diperlukan dalam bertindak sehingga dibutuhkan saat Tuhan meletakan dasar bumi?
Bila pertanyaan apakah Tuhan memerlukan sang hikmat untuk meletakan bumi, maka dalam Amsal 8:22 dijelaskan bahwa TUHAN menciptakan hikmat sebagai permulaan pekerjaan-Nya. Sebagai ciptaan Tuhan, apakah hikmat adalah makhluk yang memiliki Roh ? Apakah ia suatu makhluk bernyawa dan memiliki fisik? Ataukah sesuatu yang bukan berupa makhluk apapun namun benda ciptaan yang sangat penting saat TUHAN hendak melakukan suatu penciptaan sepanjang sejarah waktu dalam kekekalan? Bila penulis Amsal mengatakan takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan (Ams. 1:7) serta dalam Amsal 30:3 tersirat bahwa yang tidak mempelajari hikmat tidak akan mengenal Yang Mahakudus; bagaimanakah hubungan antara hikmat dengan Yang Mahakudus serta hikmat yang terkait dengan pengetahuan serta takut akan TUHAN? Apakah ini ada hubungan dengan kenyataan bahwa TUHANlah yang memberi hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian (Ams. 2:6), sehingga orang yang tidak takut terhadap TUHAN tidak akan mendengarkan segala sesuatu yang berasal dari mulut-Nya yang memberi hikmat dan wajar bila berdampak tidak mengenal Yang Mahakudus?
Bila hikmat dikaitkan kepada pengetahuan, sebab bukankah penulis Amsal menulis bahwa berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang mendapatkan kepandaian (Ams. 3:13) sehingga dalam ayat ini ada keterkaitan erat antara hikmat dan kepandaian yang identik atau serupa dengan pengetahuan? Apakah hikmat yang dimaksud dalam Amsal adalah kebijaksanaan yang memiliki hubungan dalam keagamaan atau etika dan agama sebab terkait dengan Yang Mahakudus? Hikmat berseru nyaring di jalan-jalan, di lapangan-lapangan ia memperdengarkan suaranya (Ams. 1:20). Penulis menyatakan bahwa di jalan-jalan pun ada hikmat yang berseru agar manusia mengamati hikmat di jalan-jalan. Bila di jalan-jalan ada hikmat, mengapa harus dikaitkan dengan takut akan Tuhan dan mengenal Yang Mahakudus?
Adakah perbedaan hikmat di jalan-jalan dengan TUHANlah yang memberi hikmat? Bukankah melalui pengamatan, penelitian segala sesuatu yang ada di jalan-jalan dan atau lingkungan hidup manusia, manusia memperoleh hikmat? Dimanakah keutamaan hikmat yang berasal dari TUHAN? Bukankah manusia juga diberi kepintaran dan dianjurkan memperoleh kecerdikan (Ams. 14:8) dan mempelajari segala sesuatu yang mendatangkan hikmat? Bukankah dengan hikmat rumah didirikan, dengan kepandaian itu ditegakan (Ams. 24:3; 9:1) sehingga seorang ahli teknik bangunan dapat dikatagorikan sebagai orang berhikmat dan itu dapat dipelajari di bangku sekolah hingga perguruan tinggi pasca sarjana?
Bukankah tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya (Ams. 29:15; 31:26) sehingga hikmat diperoleh dari hasil didikan seorang ibu dan juga dibantu ayah dan mungkin sejumlah pendidik dalam suatu komunitas dapat menghasilkan orang yang berhikmat? Bukankah, bila mengamati Amsal 8:12; 10:13 maka akan diketahui bahwa hikmat itu berdiam dalam kecerdasan, pengetahuan dan kebijaksanaan sehingga orang bodoh, orang bebal dan pencemooh hikmat sulit meraih hikmat (Ams. 24:7; 14:33; 11:2;14:6) Bukankah hikmat yang berseru di jalan-jalan adalah landasan dasar untuk memperoleh hikmat terlebih-lebih bila memperhatikan Amsal 4:7 sehingga memungkinkan dapat berjalan di jalan yang lurus (Ams. 4:11)?
Penulis Amsal menyatakan bahwa aku (hikmat) ada serta-Nya sebagai anak kesayangan.... aku bermain-main di atas muka bumi-Nya dan untuk anak-anak manusia menjadi kesenanganku (Ams. 8:30-31) Apakah ada alasan yang dikemukakan oleh penulis Amsal, Raja Salomo tentang mengapa harus takut akan Tuhan terlebih dahulu? Bukan hikmat dapat ditemui sebab hikmat bermain-main di atas muka bumi-Nya. Melalui riset, belajar dan memperhatikan disekeliling kita, bukankah itu sudah memiliki hikmat? Apakah karena hikmat ada serta TUHAN sebagai anak kesayangannya maka kita harus takut TUHAN? Ataukah ada pengertian lain tentang hikmat, dan bila ada apakah yang menjadi dasar pertimbangan serta apakah manfaat istimewanya?
Dengan adanya keterkaitan hikmat dengan takut akan TUHAN serta keterkaitan hikmat dengan memperoleh hidup dalam pengertian dunia orang hidup yang berkonotasi hidup kekal dalam kerajaan Bapa, Allah Yang Kekal, maka pengertian hikmat dalam kitab Amsal bukan sekedar sesuatu hikmat yang jangka pendek dengan manfaat hanya di bumi tetapi hikmat yang juga memiliki manfaat dalam dunia kekekalan. Kitab Amsal mengajarkan pembacanya untuk memperoleh hikmat secara menyeluruh yang berguna baik untuk hidup di bumi dan untuk hidup yang kekal. Karena itu, marilah menerima hikmat TUHAN sebab dengan hikmat itu kita akan dapat mengerti bahwa TUHANlah yang meletakkan dasar bumi ini dengan hikmat-Nya. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar