Renungan hari ini:
“JAGALAH LIDAHMU”
Mazmur 34:14 (TB) "Jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapan-ucapan yang menipu"
Psalms 34:13 (NET) "Then make sure you dont speak evil words or use deceptive speech!"
Menjaga lidah atau perkataan adalah penting, karena lidah atau perkataan sangat berperan dalam menentukan suasana kehidupan. Berkenaan dengan itu maka pemazmur menasihatkan barang siapa mencintai hidup dan ingin menikmati hidup yang baik, maka orang harus mampu menjaga lidahnya atau perkataannya.
Perkataan adalah salah satu sarana untuk mengekspresikan hati, mengungkapkan isi kepala (pikiran) serta berinteraksi dengan lingkungan di sekitar kita. Tidak dapat dibayangkan jika manusia hidup tanpa memiliki perkataan, dunia pastinya akan menjadi sunyi; tanpa keluhan, teriakan, makian, hujatan bahkan sekedar obrolan santai di meja makan.
Perkataan memiliki aspek penting dalam kehidupan manusia, khususnya dalam berkomunikasi, di mana untuk menciptakan komunikasi yang berkualitas tentunya harus mengikuti norma dan etika yang baik sehingga terjalin persahabatan, penghiburan serta kekuatan dan bukan perselisihan, permusuhan bahkan percideraan. “Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid” (Yes. 50:4)
Berbicara tentang perkataan, dalam tradisi Ibrani ada yang disebut sebagai tradisi “Pey” yang memiliki makna rohani “mulut” atau “perkataan”. Tuntunan bagi kita terkait dengan tradisi “Pey” ini adalah kita harus lebih memperhatikan perkataan (mulut) kita. “Jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapan-ucapan yang menipu” (Mzm. 34:14).
Apa yang dinyatakan oleh Pemazmur ini juga diulangi oleh rasul Petrus dalam 1 Petrus 3:10, “Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu.”
Intinya adalah “Jagalah lidahmu” alias “jagalah perkataanmu”. Sampai dua kali pernyataan yang sama diulang, memberikan indikasi kepada kita bahwa hal ini adalah sesuatu yang penting. Ada dua hal yang disampaikan dalam ayat ini yang harus kita jaga, yakni jaga lidah kita terhadap apa yang jahat dan ucapan-ucapan yang menipu.
Pertanyaan kita adalah bagaimanakah cara menjaga perkataan kita? Ada beberapa cara menjaga perkataan kita, yakni:
Pertama, kita harus mampu menahan diri (Mzm. 39:1). Sebagian besar orang mungkin tidak mengalami kesulitan menjaga diri untuk tidak jatuh ke dalam kedagingan, namun mengalami “kebobolan” dalam hal dosa perkataan. Sebagaimana sebuah ungkapan mengatakan “memang lidah tidak bertulang”, artinya tidak memerlukan upaya yang besar untuk menggerakkannya. Dengan lancar dan mudahnya perkataan demi perkataan meluncur dari lidah kita. Jika tidak berhati-hati, kita akan mengalami kesulitan dalam mengendalikannya.
Perhatikan apa yang diungkapkan oleh Yakobus tentang lidah: “Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapa pun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar. Lidah pun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka … tetapi tidak seorang pun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan” (Yak. 3:5,6,8).
Betapa luar biasanya lidah kita. Hal ini harusnya menyadarkan kita bahwa dosa perkataan atau dosa lidah bukanlah sesuatu yang main-main. Daud sendiri menyatakan bagaimana dia memiliki tekad yang kuat untuk menjaga dirinya supaya jangan berdosa dengan lidahnya. Daud memberikan sebuah istilah "menahan mulutnya dengan kekang" seperti pada kuda tunggangan yang melaluinya dapat mengendalikan kehidupannya. Kekang artinya melakukan kontrol, memegang kendali terhadap mulut atau perkataan kita. Memang bukan sesuatu yang mudah, tetapi juga bukan merupakan hal yang mustahil. Dengan pertolongan dari Roh Kudus kita pasti bisa.
Kedua, kita harus menyadari bahwa semua perkataan kita diketahui oleh TUHAN. “Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN” (Mzm. 139:4). Perkataan merupakan ekspresi hati dan ungkapan dari apa yang kita pikirkan. TUHAN melihat kita jauh ke lubuk hati kita yang terdalam. Ia mengetahui segala motivasi hati. Mungkin orang lain dapat kita bohongi dengan perkataan manis dan lembut yang sesungguhnya hanya sekedar kemasan yang membungkus hati yang busuk atau pikiran yang jahat, namun TUHAN tidak dapat dibohongi.
Ketiga, kita harus senantiasa memperkatakan Firman TUHAN dan Puji-pujian. “Dan lidahku akan menyebut-nyebut keadilan-Mu, memuji-muji Engkau sepanjang hari” (Mzm. 35:28). Salah satu cara efektif untuk menjaga agar kita tidak salah dalam menggunakan perkataan kita adalah “menggunakannya secara benar”, yakni dengan cara senantiasa memperkatakan Firman Tuhan dan puji-pujian kepada TUHAN. Sambil kita memuji-muji TUHAN, ingatlah apa yang TUHAN nyatakan melalui Yakobus dalam suratnya,
Keempat, kita harus menyelaraskan perkataan dengan perbuatan. “Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran” (1 Yoh. 3:18).Perkataan adalah sesuatu yang nyata, dapat didengar secara nyata, dapat direkam menjadi bentuk digital melalui gawai (gadget). Namun ketika perkataan diucapkan untuk menggambarkan atau menyatakan perasaan kasih kepada seseorang maka ia bisa menjadi sesuatu yang sifatnya semu dan kosong belaka jika tidak disertai dengan perbuatan nyata seperti yang dikatakan. Misalnya, ketika kita berkata bahwa kita mengasihi TUHAN dengan segenap hati, namun kita malas beribadah, tidak memiliki waktu khusus untuk bersekutu dengan TUHAN, melakukan Firman TUHAN, maka perkataan kita tidak bermakna sama sekali.
Kita perlu menyelaraskan perkataan kita dengan perbuatan kita, dengan demikian membantu kita untuk berpikir sebelum berkata-kata. Apakah perkataan saya sesuai dengan perbuatan saya? Apakah saya menghidupi apa yang saya katakan dan sebaliknya mengatakan apa yang saya hidupi? Inilah yang disebut sebagai integritas, yang harus dimiliki oleh semua orang percaya. Karena itu, mari kita sungguh-sungguh menjaga perkataan kita, sehingga perkataan kita adalah perkataan yang menghidupkan! (rsnh)
Selamat memulai karya dalam Minggu ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar