Minggu, 18 April 2021

KOTBAH MINGGU MISERCORDIASDOMINI Minggu, 18 April 2021 “HIDUP DALAM KASIH SETIA TUHAN” (Mazmur 106:1-5)

 KOTBAH MINGGU MISERCORDIASDOMINI

Minggu, 18 April 2021

 

“HIDUP DALAM KASIH SETIA TUHAN”

(MANGOLU DIBAGASAN HASETIAON NI DEBATA)

Kotbah: Mazmur 106:1-5  Bacaan: Kisah 3:12-19




 

Dalam Minggu ini kita memasuki Minggu Misericordias Domini artinya, bumi penuh dengan kasih setia TUHAN - “Sai Endehon ma angka asi ni roha ni Jahowa” (Mzm. 33:5). Tema kotbah yang akan kita renungkan “Hidup dalam Kasih Setia TUHAN”. Kasih setia adalah istilah Perjanjian Lama (PL) yang sangat erat kaitannya dengan istilah Perjanjian Baru (PB) yaitu kasih karunia. Kasih setia berbicara mengenai kasih Allah yang sungguh-sungguh, setia dan teguh kepada umat-Nya. Di dalamnya tersirat kebenaran mengenai belas kasihan Allah, yaitu bagaimana Allah menangguhkan hukuman yang setimpal bagi dosa-dosa kita. Namun, lebih dari itu. Kasih setia juga mencakup kebaikan Allah, yaitu bagaimana Ia berkomitmen untuk melakukan yang baik bagi anak-anak-Nya setiap hari, menyediakan apa yang mereka perlukan.

 

Mazmur 106 ini diawali dengan ajakan pemazmur untuk bersyukur kepada Tuhan sebab Ia baik. Kebaikan Tuhan berlaku selama-lamanya. Pernyataan ini menegaskan bahwa kasih setia Tuhan tidak dibatasi oleh waktu dan berlaku dalam segala situasi. Hal ini juga berarti bahwa kebaikan Tuhan tidak bergantung pada manusia, melainkan keberpihakkan Allah bagi umat-Nya. Kendati umat berulang kali menikmati kebaikan Tuhan dan berkali-kali gagal untuk meresponi kebaikan-Nya, kasih setia Tuhan tidak pernah berubah. Meneladani pemazmur, kita diajak untuk mengutamakan kebersamaan, menikmati sukacita dan berkat dalam suatu persekutuan umat pilihan tetapi selalu terajak untuk bersyafaat bagi orang lain. Doa pemazmur ini memang berbeda dengan doa kita, kita ingin berkat Tuhan hanya untuk keluarga, kelompok, bahkan diri kita sendiri. Keinginan hati seperti ini adalah awal dari suatu tindakan yang merugikan dan merusak. Perbuatan Tuhan berbanding terbalik dengan perbuatan umat-Nya, Ia menyelamatkan mereka dari tangan pembenci dan musuh, sehingga dapat melintasi samudera raya. Pengalaman dahsyat ini membuat mereka percaya pada Firman-Nya dan menyanyikan pujian kepada-Nya.

 

Mazmur ini diawali dan diakhiri dengan seruan halleluya (Pujilah Tuhan; ay.1.48). Jadi, Mazmur ini adalah salah satu Mazmur hallel yang terkenal itu. Dalam ay.1 kita jumpai sebuah ayat yang terkenal yang juga menjadi refrein atau ayat ulangan dalam Mazmur 136 yang terkenal itu. Kita diajak untuk memuji dan memuliakan Tuhan karena kita sadar akan kebaikan Tuhan, dan akan kasih setia-Nya yang kekal abadi. Kedua hal itu tampak sangat kentara dalam seluruh perjalanan sejarah pembebasan Israel dari kungkungan perbudakan Mesir. Sejarah pembebasan itu dikisahkan dengan singkat dan padat dalam ay. 6-12 (setelah sebelumnya, ay. 3-5, ia lebih banyak berkutat dengan pergulatan pribadi dalam relasi dengan Allah). Campur tangan Allah dalam perjalanan sejarah itu membuat Israel akhirnya bermuara pada sikap iman dan percaya (ay. 12). Kebaikan Tuhan berlaku selama-lamanya. 

 

Pemazmur berdoa agar Tuhan mengingat dan memperhatikannya, bukan karena kebaikannya melainkan karena semuanya bergantung pada Tuhan; demi kemurahan terhadap umat-Mu dan keselamatan dari pada-Mu. Pemahaman yang membingkai doa ini terpola pada pemahaman yang inklusif; yaitu melihat kebaikan Tuhan pada orang pilihan-Nya, bersukacita dan bermegah bersama umat milik Tuhan, yaitu umat ciptaan-Nya. 

 

Apa yang hendak kita pelajari dari kasih setia TUHAN ini?

 

Pertama, kasih setia Tuhan tidak sekedar diceritakan dan dirayakan tapi juga diwujudkan. Orang percaya yang mengalami kasih setia Tuhan harus hidup dalam kasih setia. Kasih setia adalah dua hal yang berbeda namun menyatu dalam tindakan iman. Kasih tanpa kesetiaan ibarat fatamorgana, indah dipandang, namun akan segera hilang. Kesetiaan tanpa kasih hanyalah ketaatan yang hampa, hidup yang dipenuhi dengan kewajiban belaka. Mewujudkan kasih setia kita tidak boleh dipaketkan dengan materi, “kalau ada uang, aku sayang padamu kalo tidak ada uang kita pisah”, melainkan satu paket dengan ketulusan dan ucapan syukur.

 

Kedua, kasih setia Tuhan tidak pernah berkesudahan, selalu baru tiap pagi, kokoh/tidak berubah untuk selama-lamanya, berlaku dalam segala jaman, generasi dan keadaan. Kasih setia-Nya bersifat aktif dan persisten (gigih) mendatangi hidup kita, teguh, dan penuh belas kasihan.

 

Ketiga, kasih setia Tuhan akan menopang seluruh kehidupan orang.  Orang yang dimaksud itu adalah orang yang: (a) takut akan Nama-Nya (Mzm. 103:11); (b) terikat dalam Perjanjian Kekal dengan Allah (Yes. 54:10); (c) percaya/taat kepada perintah-Nya (Ul. 7:9); (d) kembali kepada Tuhan dalam pertobatan (2 Sam. 24:13-14; Why 3:19); (e) mengandalkan Tuhan dan berseru kepadaNya (Mzm. 118:5). Inilah yang menjadi kekuatan bagi jiwa ketika kita dapat bersandar pada kekuatan kasih setia-Nya.Tuhan tetap setia sekalipun kita tidak setia. Ia dekat meskipun seringkali kita yang menjauh dariNya. Oleh sebab itu bersyukurlah karena Tuhan itu baik, kasih setia Tuhan kekal selamanya (Mzm. 118: 1). Saat kita merasa cemas, gelisah dan tidak tenang ketika melihat keadaan suatu bangsa, kota ataupun anggota keluarga yang hidup tidak benar, berserulah kepada Tuhan dan pegang FirmanNya, dan bersandar pada kasih setiaNya yang tidak pernah berubah.

 

Timbul pertanyaan kita sekarang bagaimanakah cara kita untuk menjaga kesetiaan kita kepada Tuhan? Ada beberapa hal yang harus kita lakukan, yakni:

 

Pertama, kita harus beriman yang teguh kepada Tuhan (bnd. Luk. 16:10). Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu (Yoh. 15:13-14). Yesus rela memberikan nyawa-Nya kepada mereka yang Dia sebut sebagai sahabat, dan ini telah dibuktikan lewat kematian-Nya di kayu salib. Siapa sahabat Yesus? Murid-murid-Nya. Siapa murid-murid Yesus? Mereka yang mengikuti Yesus dan tetap setia. Apakah yang menyebabkan kita tidak mau mengikuti Yesus lagi? Keuangan yang tidak kunjung baik, pasangan hidup yang tidak kunjung datang. Tantangan dapat datang ketika kita ditawari pekerjaan di luar kota yang dapat membawa kita jauh dari Tuhan. Tantangan dapat juga datang dari pasangan hidup dari luar yang mengajak kita meninggalkan Tuhan. Saat itu semua datang dapatkah kita tetap mempunyai iman yang teguh kepada Tuhan? Apapun pergumulan kita saat ini, percayalah semua tidak lebih berat dari apa yang sudah dialami Yesus. Dia telah menunjukkan kasih-Nya yang terbesar, mari kita tetap setia dalam kondisi apapun dalam hidup ini.

 

Kedua, kita harus patuhi Perintah Tuhan (bnd. Yoh. 4:34). Yesus telah melakukan semua tugas dari Bapa di Surga sampai selesai. Diawali dengan kelahirannya sebagai manusia sampai mati di kayu salib. Penderitaan menuju salib sangatlah berat, dalam kondisi terberat Yesus tetap mematuhi perintah Bapa, Dia adalah teladan karakter setia. Hendaknya kita mengikuti teladan ini, mematuhi perintah Tuhan. Sikap ini bisa dibuktikan dalam setiap tanggung jawab yang diberikan kepada kita. Dalam pelayanan misalnya, seberapa sulit kita sedang membantu hidup orang lain selagi itu masih tanggung jawab kita maka kita harus menolongnya. Dalam pekerjaan misalnya, kita harus menyelesaikan pekerjaan yang telah dimulai hingga selesai dan memastikan tidak merugikan pihak lain. Mematuhi perintah Tuhan adalah bukti kita mengasihi Tuhan. Mengasihi tidak sebatas berkata, “Saya mengasihi Tuhan”. Tidak mungkin mengasihi tanpa perbuatan. Jika kita tidak mematuhi firman Tuhan, atau mematuhi setengah-setengah secara otomatis kita sedang menolak-Nya. Dan, apakah dengan menolak Tuhan kita masih bisa dikatakan setia? Kepatuhan seseorang kepada Tuhan dilihat dari bagaimana ia melakukan bukan hanya hal-hal yang disukainya saja, melainkan juga hal-hal yang tidak disukainya demi kasihnya kepada Tuhan.

 

Ketiga, kita harus mulai dari perkara kecil (bnd. Luk. 16:10). Banyak hal dimulai dari langkah-langkah kecil, demikian pula dengan kesetiaan. Kita bisa belajar setia lewat perkara-perkara kecil, seperti membaca firman Tuhan dan berdoa setiap hari, pergi beribadah, dan mengerjakan tugas pelayanan dengan penuh tanggung jawab.  Setia dalam perkara kecil tidak hanya terbatas dalam hal-hal rohaniah. Contohnya, seorang pedagang yang menjual barang dengan jujur. Ia mengatakan bahwa produknya asli karena memang itu barang asli, sehingga pembeli yang melihat integritasnya lalu memutuskan menjadi pelanggannya. Perkara-perkara kecil apa yang dipercayakan kepada kita saat ini? Menyusun proposal harga? Membeli barang untuk perusahaan? Datang tepat waktu, baik ke kantor maupun ke gereja? Apa pun itu, mari lakukan dengan setia mulai hari ini. 

 

Keempat, kita harus hidup untuk Tuhan: Jaga Kekudusan. Sebagai anak-anak Allah, hendaknya kita memikirkan perkara-perkara yang berhubungan dengan kekekalan. Belajarlah mencari tahu apa yang berkenan kepada Tuhan dengan mempelajari firman-Nya. Jangan mencobai diri kita sendiri dengan dosa. Kecenderungan pendosa adalah berbuat dosa, dan terus melakukannya. Jadi, jauhi hal-hal yang membuat kita jatuh dalam dosa.  Dosa apa yang selama ini menghalangi kita untuk hidup dalam kekudusan? Ingat, dosa memisahkan kita dari Tuhan, jadi segeralah bereskan sedini mungkin. Mintalah bantuan dari sintua atau pendeta untuk menguatkan dan membantu kita dalam proses meninggalkan dosa.

 

Apa yang hendak kita renungkan dalam Minggu Misericordias Domini ini? 

 

Pertama, ada kasih setia Tuhan yang menyokong kita. Menyokong berarti menyangga atau memberi bantuan tenaga supaya tidak roboh atau rebah saat tidak kuat untuk menanggung beban. Inilah yang Tuhan lakukan dalam kehidupan kita dalam masa-masa sukar, Dia akan menyokong kita sehingga kita akan mampu untuk menjalani dan melewati setiap beban dan tekanan yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup kita. 

 

Kedua, ada penghiburan Tuhan yang menyenangkan kita. Penghiburan yang dunia berikan adalah sementara, tetapi penghiburan dari Tuhan adalah penghiburan sejati karena menyentuh hati kita yang terdalam. Penghiburan dari Tuhan mendatangkan damai sejahtera yang memberikan kita kekuatan untuk bangkit. Biarlah penghiburan ini menjadi bagian kita di saat-saat kita dalam kondisi lemah, terlalu banyak beban dan tertekan. Allah mengundang kita untuk membawa ratapan kita kepada-Nya. Dia sanggup mengubah ketakutan, kesedihan dan ketidakberdayaan kita menjadi pujian yang memuliakan-Nya. Inilah yang Tuhan sudah pernah Dia lakukan dan masih akan Dia lakukan dalam kehidupan kita. Karena itu, teruslah berjuang untuk hidup dalam kasih setia TUHAN. (rsnh)

 

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Renungan hari ini: “BELAJAR MENGENAL KRISTUS" (Efesus 4:20)

  Renungan hari ini:   “BELAJAR MENGENAL KRISTUS"   Efesus 4:20 (TB2) "Tetapi, bukan dengan demikian kamu belajar mengenal Kristus...