Renungan hari ini:
HIDUP DAN KASIH SETIA TUHAN MENJAGA NYAWAKITA
Ayub 10:12 (TB) "Hidup dan kasih setia Kaukaruniakan kepadaku, dan pemeliharaan-Mu menjaga nyawaku"
Job 10:12 (NET) "You gave me life and favor, and your intervention watched over my spirit”
Pemeliharaan TUHAN bagi Ayub dalam nas hari ini disadarinya hanya atas kemurahan Tuhan semata. Kemurahan TUHAN itu tampak dalam tiga hal, yakni: “Hidup, kasih setia, dan pemeliharaan/penjagaan”.“Hidup” menyangkut pemenuhan eksistensial kebutuhan jasmani manusia akan kehidupan mereka. Sementara “Kasih setia” berbicara mengenai perihal kebutuhan manusia secara psikologis. Dan “Pemeliharaan/penjagaan” merupakan kebutuhan manusia dalam hal perlindungan serta rasa aman yang berhubungan dengan keselamatan.
Yang menarik dari ayat ini adalah Ayub justru menghubungkan ketiganya dengan kata “Kaukaruniakan” (Tuhan mengaruniakan/Tuhan memberikan) yang secara eksplisit berarti kesemuanya itu bermuara pada anugerah Tuhan semata. Kebenaran ini juga sekaligus menegaskan kepada kita bahwa tidak ada sesuatu hal terkecil sekalipun yang dapat kita lakukan/usahakan di luar anugerah yang Tuhan berikan itu (Kisah 17:28). Semua karena anugerah-Nya. Namun dalam kondisi tertentu kita sebagai umat Tuhan terkadang lupa akan hal ini sehingga sering kali kita berusaha “menyogok Tuhan” dengan apa yang sesungguhnya adalah milik-Nya juga.
Memiliki cara pandang seperti Ayub sangatlah penting, karena dengan cara pandang demikian pulalah ia mampu menghadapi pahitnya badai kehidupan dengan kalimat iman yang dasyat, “Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!” (Ayb. 1:21). Hanya dengan memahami bahwa segala sesuatu yang kita miliki adalah anugerah Tuhan, maka kita akan mengerti bahwa:
Pertama, kita adalah orang-orang yang berhutang, maka tidak ada alasan untuk tidak mempersembahkan hidup untuk kemuliaan Tuhan. Kedua, kehidupan kita adalah kehidupan yang bergantung pada anugerah dan pemberian Allah, maka tidak ada alasan untuk tidak bersyukur atas anugerah dan pemberian-Nya. Ketiga, karena segala sesuatu yang kita “miliki” adalah milik Tuhan maka ketika Ia memintanya, tidak ada alasan untuk kita menahannya. Keempat, Allah yang kita sembah, adalah Allah yang memahami apa yang menjadi kebutuhan hidup kita. Baik kebutuhan jasmani, kebutuhan akan kasih, perlindungan, pembelaan dan keselamatan. Ia sangat memahaminya, itu sebabnya ayat ini tidak mengatakan bahwa Ayub meminta, namun Ayub menyadari bahwa semuanya itu “Kau karuniakan”. Tuhan tahu kebutuhan anak-anak-Nya, dan Ia tidak pernah membiarkan kita hidup terlantar tanpa pengharapan, maka Ia mengaruniakan segala sesuatu kepada kita, terlebih karunia keselamatan di dalam Anak-Nya. Maka kita sebagai orang-orang yang berhutang tidak memiliki hak untuk menuntut, sebaliknya kita hanya dapat mengucap syukur atas anugerah Tuhan yang mulia itu serta berusaha untuk hidup dalam panggilan-Nya
Dengan mengetahui bahwa hidup yang saat ini boleh kita jalani adalah pemberian Tuhan yang harus dipertanggungjawabkan maka kita akan lebih menghargai hidup. Kalau sampai saat nyawa kita masih terpelihara dan terjaga dengan aman adalah karena pemeliharaan Tuhan. Pemeliharaan Tuhan atas nyawa kita bukanlah supaya ada kesempatan bagi kita berbuat dosa dengan memuaskan hawa nafsu dan keinginan daging; sebaliknya Tuhan memelihara nyawa kita adalah supaya bagi kita ada kesempatan untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik. Hidup dan dan pemeliharaan Tuhan adalah waktu dan kesempatan serta tanggungjawab membuat hidup berharga dan berguna bagi kita, sesama dan bagi Tuhan. Rasul Paulus mengatakan: “jika aku hidup, bagiku hidup memberi buah”. Karena itu, layaklah kita memuliakan TUHAN atas kasih karunia-Nya yang diberikan-Nya kepada kita. (rsnh)
Selamat memulai karya dalam Minggu ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar