Jumat, 22 Maret 2019

Renungan hari ini: PERKATAAN HIDUP YANG KEKAL

Renungan hari ini: 

PERKATAAN HIDUP YANG KEKAL



Yohanes 6:68b (TB) "Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal" 

John 6:68 (NET) "You have the words of eternal life” 

Perkataan hidup yang kekal ini muncul dari perkataan Yesus soal Roti Hidup. Sebagian orang menganggap perkataan Yesus ini sangat keras. Yesus mengajarkan tentang diri-Nya sebagai Roti Hidup yang telah turun dari surga untuk memberi hidup kepada dunia. Roti yang diberikan-Nya adalah daging-Nya sendiri. Barangsiapa makan daging-Nya dan minum darah-Nya, ia mempunyai hidup yang kekal. Yesus mengajak orang-orang untuk menyadari kehadiran Sang Ilahi, yaitu diri-Nya sendiri, di dunia ini melalui tanda-tanda, karya-karya-Nya yang baik dan pengajaran-Nya. Yesus juga mengajak mereka untuk percaya pada-Nya. Barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal. Lalu, bagaimana sikap orang-orang terhadap pengajaran Yesus tersebut? 

Ada pelbagai reaksi dan tanggapan yang muncul di antara orang-orang Yahudi dan para murid-Nya. Selama proses pengajaran itu sendiri orang-orang Yahudi bersungut-sungut dan berbantah-bantah terhadap Yesus. Mereka tidak menerima pernyataan-pernyataan Yesus tentang diri-Nya sebagai yang telah turun dari surga, apalagi perihal Yesus memberikan daging-Nya untuk dimakan. 

Di kalangan para murid Yesus juga muncul reaksi penolakan. Banyak dari mereka berkata, “Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?” Mereka yang berkata demikian tentu mendengar segala pengajaran baik-Nya dan melihat perbuatan-perbuatan baik yang Ia lakukan. Mereka pasti juga melihat Yesus sebagai seorang nabi Allah, tetapi tidak lebih dari itu. Karena itu, mereka tidak dapat menerima pernyataan Yesus tentang diri-Nya sebagai roti hidup yang telah turun dari surga dan yang memberi hidup kekal kepada dunia. Hanya Allah yang memberi hidup kekal dan bukan manusia. Bagi mereka, penyataan Yesus itu sesuatu yang berlebih-lebihan dan tak dapat diterima oleh pemahaman iman mereka. 

Terhadap mereka, Yesus berkata, “Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu? Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada? Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.” Yesus mengajak mereka untuk percaya pada-Nya dan berani melangkah menembus batas-batas pemahaman iman mereka. 

Tentu dalam hati mereka bertanya-tanya, apakah ajaran ini benar atau menyesatkan? Ada ketakutan dan ketidakpastian. Untuk hadapi situasi tersebut, dalam kesempatan sebelumnya Yesus mengajak mereka untuk melihat tanda-tanda yang Ia kerjakan. Tetapi, ternyata mereka menutup hati mereka terhadap ajakan Yesus untuk melihat kebenaran yang lebih dalam. Mereka tidak ingin mengambil resiko dan cukup merasa puas dan nyaman dengan pemahaman iman yang mereka miliki. Lebih dari itu, bagi mereka, tidak perlu. Karena itu, mereka mengundurkan diri dan tidak mengikuti Yesus lagi.

Lalu, bagaimana dengan keduabelas murid Yesus? Kepada mereka, Yesus bertanya, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Jawab Simon Petrus kepada-Nya, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi?” Petrus tidak melihat adanya orang lain yang dapat diikuti selain Yesus sendiri. Petrus tidak melihat adanya orang lain yang mengajar penuh kuasa dan melakukan mukjizat selain Yesus sendiri. Dan dalam peristiwa sebelumnya di tengah danau, Petrus melihat kehadiran Yesus yang menyelamatkan hidup mereka dari badai yang mengamuk di malam hari tersebut. Peristiwa-peristiwa yang ia lihat dan ia alami sendiri bersama Yesus menjadi pegangan untuk berani menembus batas-batas pemahaman iman mereka saat itu. Karena itu, Petrus berkata,  “Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.” 

Sekarang, bagaimana dengan kita dalam situasi-situasi yang menggoncangkan iman kita? Apakah kita akan seperti orang-orang Yahudi yang menolak Yesus? Ataukah kita seperti para murid Yesus yang puas dengan diri sendiri dan kemudian mengundurkan diri? Ataukah kita seperti Petrus yang berani terus melangkah mengikuti Yesus? Melalui sabda-Nya, Yesus selalu mengajak kita untuk belajar menemukan kehadiran Yang Ilahi yang sering samar-samar terlihat dan lirih terdengar. Karena itu, marilah mendengar perkataan yang keras yang pada kahirnya perkataan itu akan memberikan kehidupan bagi kita. (rsnh)

Selamat berakhir pekan dan besok ke Gereja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KOTBAH MINGGU PENTAKOSTA I Minggu, 19 Mei 2024 “KUASA ROH KUDUS YANG MEMPERSEKUTUKAN” (Kisah 2:1-13)

  KOTBAH MINGGU PENTAKOSTA I  Minggu, 19 Mei 2024   “KUASA ROH KUDUS YANG MEMPERSEKUTUKAN” Kotbah: Kisah 2:1-13   Bacaan: Kejadian 41:37-42 ...