Jumat, 15 Juni 2018

Renungan hari ini: TUHAN MEMANDU DAN MENGARAHKAN

Renungan hari ini: 

TUHAN MEMANDU DAN MENGARAHKAN



Mazmur 23:2 (TB) "Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang" 

Psalms 23:2 (NRSV) "He makes me lie down in green pastures; he leads me beside still waters” 

TUHAN sebagai gembala kita setia memandu dan mengarahkan perjalanan hidup kita. Dia memandu dan mengarahkan kita agar berbaring di padang yang berumput hijau dan mengarhkan langkah kita ke air yang tenang. Terlihat ada paralel di dalam kalimat tersebut. Perhatikan kata “Ia membimbing” dan kata “Ia menuntun”. Keduanya menjelaskan fungsi memandu atau mengarahkan. Daud memberikan metafora bahwa pengarahan dari Tuhan di dalam hidupnya membawanya pada padang yang berumput hijau. Maksudnya sebetulnya bukanlah berumput hijau tetapi berumput segar! Coba seandainya itu adalah makanan, maka kesegaran makanan itu akan memulihkan banyak hal di dalam stamina tubuh. Berbeda jika makanan itu basi atau layu. Demikian juga jika yang segar itu adalah sebuah tempat beristirahat. Kenyamanan menjadi salah satu standard kualitasnya. Itulah yang Daud rasakan di dalam hidupnya, pemberian terbaik dari Tuhan, dalam sebuah padang penggembalaan terbaik. Sesuatu yang selalu baru diterimanya disana. Bahkan Daud menegaskannya Tuhan yang menjadi gembalanya itu tidak pernah memandu dan mengarahkannya ke air yang bergolak melainkan ke air yang tenang. Mengapa Daud mengatakan demikian? Air tenang menunjukkan tempat peristirahatan yang menyegarkan seperti ketika seorang musafir menemukan oase di tengah padang pasir dari perjalanannya yang melelahkan. 

Tujuan Daud dalam baris nyanyian ini adalah kalimat terakhir. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Perhatikan frasa “menuntun di jalan yang benar”. Inilah hal luar biasa yang menjadi pengalaman Daud bersama Tuhan. Jika melihat pengalaman hidupnya, ditengah kesulitan hidup sekalipun, saat terjepit, saat dihadang musuh, saat dalam pelarian, tidak sedikitpun Daud meninggalkan Tuhan. Dia selalu mencari kehendak Tuhan sebelum mengambil keputusan di saat-saat seperti itu. Kontrasnya terlihat saat dia gegabah melangkah memenuhi keinginan dagingnya sewaktu menghampiri Batsyeba. Keputusan di luar Tuhan menghasilkan sejumlah konsekuensi yang harus dipikulnya. Daud menyadari bahwa tanpa Tuhan, maka jalan yang dilaluinya adalah jalan yang pasti salah. Nama Tuhan menjadi penting di dalam kalimat tersebut. Ada dua alasan penting. Nama Tuhan disebut sebagai tanda mengenali-Nya dan sebagai tanda seruan kepada-Nya. Daud mengenal Allah-nya sehingga berseru kepada-Nya.

Bagaimana dengan kita? Seringkali kita mengambil keputusan yang salah di dalam hidup dan melalui jalan yang menurut kita benar. Akibatnya, sejumlah konsekuensi telah menanti untuk kita tanggung. Hal itu terjadi karena kita meninggalkan Tuhan dan bertindak sendiri. Dalam kelelahan karena menjalani hidup dengan sejumlah persoalannya, kita dapat semakin ‘tenggelam’ sewaktu meninggalkan Tuhan. Energi menjadi terkuras habis dan kita tidak mendapat tempat dimana kita disegarkan kembali. Itulah konsekuensi jika tidak terhubung dengan Tuhan. Sebaliknya, dalam kelelahan dan segala daya yang mungkin terkuras habis, Tuhan memberikan satu tempat yang mere-fresh kita kembali dan mengarahkan “jalan’”hidup kita yang mungkin melenceng. Karena itu, tetaplah setia pada panduan dan pengarahan TUHAN dalam perjalanan hidup kita. (rsnh)

Selamat berakhir pekan dan besok ke Gereja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KOTBAH MINGGU PENTAKOSTA I Minggu, 19 Mei 2024 “KUASA ROH KUDUS YANG MEMPERSEKUTUKAN” (Kisah 2:1-13)

  KOTBAH MINGGU PENTAKOSTA I  Minggu, 19 Mei 2024   “KUASA ROH KUDUS YANG MEMPERSEKUTUKAN” Kotbah: Kisah 2:1-13   Bacaan: Kejadian 41:37-42 ...